Part 37

112 17 16
                                    

Selamat membaca 💕💕💕
|
|
|
Warning typo bertebaran ⚠⚠⚠
•••

"Dean..."

Tak ada jawaban sejak tadi, membuat seseorang yang memanggilnya dibalik kemudi melirik kearah spion. Terlihat Dean sedang memejamkan mata dengan headphone yang menutupi pendengarannya.

"Soejin, tolong bangunkan dia. Kita sebentar lagi akan sampai di bandara."

"Ya, hyung."

Soejin menggoyangkan beberapa kali kaki Dean dari kursi penumpang depan. Lumayan lama Soejin melakukannya, Dean sepertinya sangat terlihat lelah sampai tak juga bergerak saat di bangunkan. Soejin tidak menyerah sampai disitu saja, sekarang dia kembali menghadap depan dan mencari botol air minum yang masih terisi air. Dibukanya dan dituangkannya sedikit di telapak tangan. Kembali menghadap kebelakang, Soejin mencipratkan air itu tetap di wajah Dean membuat Dean melenguh dan mulai bangun dari tidurnya.

Taegi menyesal tidak bisa ikut membantu Soejin untuk membangunkan Dean dengan cara itu karena dia yang sedang mengemudikan mobil. Tapi, melihat muka Dean yang saat ini sedang tertekuk membuat tawanya pecah seketika.

"Ya! Kau marah? Jangan salahkan Soejin. Dia sudah lebih baik daripada aku. Dia masih sempat membangunkanmu dengan cara baik-baik." Taegi kembali melirik sekilas Dean dari spion.

"Mungkin jika aku menjadi Soejin sudah sejak tadi aku menyirammu."

"Ya!! Hyung!"

Taegi tertawa kembali, kali ini lebih keras hingga membuat Soejin ikut tertawa bersamanya. Dean hanya mendengus, managernya ini memang menyebalkan.

"Cepat kenakan masker milikmu. Kita akan turun dari mobil. Apa kamu hendak tebar pesona di bandara? Silahkan saja."

Tanpa sepatah katapun, Dean yang sedang tidak ingin mukanya disorot full oleh bidikan kamera profesional maupun yang abal-abal segera memakai masker dengan warna hitam, dan tidak melupakan topi. Sehingga hanya matanya saja yang terlihat oleh awak media.

Saat membuka pintu, flash dari kamera mulai menyerbu penglihatannya. Karena telah terbiasa dengan semua ini Dean hanya berjalan cuek, bukan masalah flash yang bisa membuat penglihatannya sedikit sakit itu. Inilah pekerjaannya.

Dean yang sedang berjalan diantara manager dan bodyguard terus sibuk menoleh ke kiri, kanan, depan dan juga belakangnya. Semua orang yang ikut berjalan dengannya seakan mencari perhatian Dean supaya wajah Dean terlihat jelas di kamera mereka.

"Dean-ssi, bisa lihat kemari."

"Dean-ssi, disini."

"Ini untukmu, semoga perjalananmu menyenangkan."

Seseorang memberi bingkisan untuk dibawa Dean. Salah satu wartawan sedikit merona saat kedua bola mata mereka bertubrukan. Bukan hanya satu sebenarnya, sangat banyak bingkisan yang dia terima hingga penuh genggamnya. Wajahnya pun sedari tadi menyunggingkan senyuman walaupun tak terlalu terlihat karena masker, tapi dari matanya sepertinya fansnya akan tahu.

Sesampainya didalam pesawat baru lah Dean bisa bernapas lega. Hanya berjalan dari mobil sampai ke dalam pesawat terasa lama karena harus menyapa para awak media dan juga fansnya.

"Hyung."

Taegi yang sedang menyatukan bingkisan pemberian penggemar Dean menoleh saat mendengar panggilan.

"Wae?"

Dean terdiam sejenak. "Tidak jadi."

Taegi menatap Dean dengan datar. "Apa kamu ragu kembali ke daerah asalmu? Kamu bisa menolak permintaan Pd-nim waktu itu."

IDOL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang