Part 11

166 29 2
                                    

Selamat membaca 💕
• • •

Karena kejadian semalam, Kaiya harus membawa bekal bikinan mbaknya untuk seseorang.

Kenapa harus Kaiya yang memberikan bekal ini pada orang aneh itu?

Kaiya merutuk disepanjang jalan menuju sekolah. Setelah orang aneh itu meninggalkan rumahnya, baru lah mbaknya perhatian pada pergelangan tangannya yang memar akibat tarikan paksa dari tiga orang yang tak dikenalnya semalam.

Kaiya tahu jika orang aneh itu yang menyelamatkan dirinya, tapi seharusnya mbak Alya memeriksa keadaan dirinya terlebih dahulu.

Yang di ingat Kaiya, mba Alya hanya minta maaf karena mendahulukan orang aneh itu. Tapi, kenapa pagi ini dia yang harus memberikan bekal ini, dia sudah enggan berurusan dengan manusia aneh, tidak tahu malu, kurang ajar seperti dia.

"Wuiih... Tumben banget kamu bawa bekal?"

Kaiya hanya melirik Kiana sekilas yang baru saja tiba dan melanjutkan memperhatikan kotak bekal yang ada dihadapannya.

"Kalo nggak mau makan, sini kasih ke aku aja. Daripada cuman diliatin begitu, entar jadi mubazir."

"..."

Argh!!

Kaiya mengacak rambutnya asal membuat rambut yang sejak tadi terlihat rapi menjadi acak-acakan.

Melihat itu, Kiana mengernyitkan dahinya. "Kamu kenapa? Kesambet?"

Tangan Kiana langsung bergerak memegang dahi sahabatnya itu. Normal. Tidak panas sedikit pun.

Kaiya menenggelamkan kepalanya pada tangan yang terlipat diatas meja. Bergumam tak jelas.

"Ngomong yang jelas kenapa? Aku nggak tau kamu lagi ngomong apa." Ujar Kiana yang mulai sebal melihat tingkah laku sahabatnya ini.

Kaiya mengankat wajahnya. Ditunjuknya kotak bekal dihadapannya.

"Dia. Harus aku kasih ke orang aneh itu. Aku nggak mau berurusan sama dia lagi. Gimana nih, Ki? Kalo nggak kamu aja ya yang ngasih ke dia. Bilang aja ke dia juga, tempatnya nggak usah dibalikin. Plis.. bantu aku kali ini aja." Pinta Kaiya memelas.

"Orang aneh? Apa sih, Kai." Kiana masih tak mengerti maksud sahabatnya.

"Dean."

Jawaban singkat Kaiya sedikit memberi pencerahan bagi Kiana untuk memahami situasi ini.

"Iya, terus kenapa Dean? Pake segala ngasih dia bekal." Tanya Kiana.

"Dia..." Kaiya mengatupkan bibirnya lagi, merasa tak perlu menceritakannya pada Kiana.

Kiana masih menunggu dengan tak sabar, sahabatnya ini benar-benar membuatnya makin penasaran saja. "Dia?"

Kaiya menggeleng.

"Kok malah geleng-geleng sih. Dia kenapa?" tuntut Kiana.

"Kamu jangan heboh, cukup diam, dan dengerin baik-baik. Janji?"

Kaiya mengacungkan jari kelingkingnya dan disambut cepat oleh Kiana.

Kaiya menyerah dan menceritakan kejadian semalam dari awal hingga akhir, sahabatnya ini pasti nggak akan pernah berhenti bertanya jika tidak dia jelaskan.

Setelah selesai menceritakan kejadian semalam, Kaiya melihat Kiana yang sedikit membuka mulutnya tak percaya. Dia menggelengkan kepala pelan.

"Kok aku bisa sekaget ini ya, Kai?"

Kaiya meringis, "Bukan kamu aja. Aku yang dia tolongin semalam aja juga nggak percaya."

"Jangan-jangan yang semalam nyelamatin kamu itu kembaran dia, Kai? Atau dia punya sifat yang bertolak belakang jika dimalam hari dan siang hari." Jawaban ngelantur dari Kiana membuat Kaiya memutar bola matanya sebal.

IDOL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang