Part 9

146 25 11
                                    

Selamat membaca 💕



Warning!!!!
Langsung up! Mohon maaf jika tersapat banyak typo bertebaran. Harap dimaklumkan.
• • •

"Selamat datang di Donuts Cafe."

Sapaan riang tak kunjung berhenti diucapkan Kaiya dari balik mesin kasir.

Pelanggan mulai ramai datang di kafe tempat dirinya bekerja. Ditambah hari ini, hari Minggu. Yang membuat dirinya maupun teman kerjanya yang lain harus bekerja lebih ekstra.

Kaiya tersenyum senang, saat melihat semua meja yang ada di toko telah penuh terisi oleh para pengunjung.

Walaupun itu semua membuat tenaga dirinya dan semua pegawai terkuras, jika ramai seperti ini tetap saja tak terasa bagi mereka.

"Kak, ini untuk meja di nomor 14 ya."

Kaiya memberikan nampan yang berisikan pesanan kepada Lina yang tersenyum menyambutnya.

"Semangat banget sih kamu, makan dulu sana, gantian sama Dina."

"Nanti aja kak, kak Dina juga masih sibuk sama kerjaannya."

Kaiya menunjuk Dina yang saat ini sibuk membantu chef di dapur.

"Yaudah, kakak nganter ini dulu ya."

"Iya kak."

Bunyi pintu terdengar bersamaan dengan seorang wanita yang masuk. Dilihatnya, wanita itu datang dengan anggun membuat Kaiya berdecak kagum. Kaiya rasa umurnya tidak berbeda jauh dengan ibunya. Apa karena mereka orang berada jadi mereka selalu melakukan perawatan, pikir Kaiya.

"Selamat datang di Donuts Cafe."

"Dina dimana?"

"Egh?"

Kaiya terkejut saat tau wanita dihadapannya​ kini mencari kak Dina. Apa kak Dina berbuat salah sehingga wanita ini mencari kak Dina?

Belum sempat Kaiya menjawab, kak Lina datang menyapa wanita ini.

"Selamat datang bunda cantik. Tumben banget ke sini?" Sapa kak Lina dengan santainya.

"Kenapa? Emangnya bunda nggak boleh datang ke sini?"

"Ya boleh dong, kan cafe ini punya bunda, masa aku larang dateng sih. Nanti bisa-bisa saya yang dipecat." Ucap kak Lina yang cengengesan.

Mendengar itu, membuat Kaiya melebarkan matanya, terkejut atas informasi yang dia dapat. Selama bekerja disini Kaiya memang tidak pernah bertemu secara langsung dengan pemiliknya.

"Oh iya, dia anak baru ya, Lin?"

"Iya Bun, baru masuk dua bulan ini. Dia namanya Kaiya."

"Nggak usah kamu kasih tahu namanya siapa, bunda juga bisa liat di nametagnya."

"Bunda mah, kan biar jelas gitu maksud Lina."

"Iya iya."

"Bun, Lina tinggal dulu ya, Lina mau ngantar pesanan pelanggan."

Bunda, yang Kaiya tahu nama panggilan pada wanita yang berdiri dihadapannya hanya mengangguk membiarkan kak Lina pergi.

Sejak tadi Kaiya hanya menjadi pendengar yang baik diantara mereka dibalik meja kasir.

Kaiya hanya tersenyum kikuk saat ditatap sama pemilik cafe. Dia takut salah bertindak menghadapi bosnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" Tanya Kaiya. Dia masih belum berani memanggil dengan panggilan bun atau bunda. Karena takut dinilai tak sopan, diawal mereka bertemu.

IDOL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang