Selamat membaca 💕💕💕
|
|
|
Warning typo bertebaran ⚠⚠⚠•••
Dengan sepiring nasi serta lauk ayam goreng kesukaan Kaiya. Tak ketinggalan minuman dingin serta dessert stoberi. Kaiya mulai berkeliling di kantin tempatnya bekerja, saat terlihat hanya tersisa kursi single yang langsung menghadap kaca yang memperlihatkan kesibukan kota, Kaiya dengan sedikit enggan mendatangi meja itu. Terlihat sedikit mengenaskan, menurutnya. Sudah duduk sendiri, harus ngelihatin sibuknya ibukota. Apa yang dipikirkan pemilik gedung ini saat membangunnya.Setelah duduk, Kaiya memakan makanannya dengan sangat santai awalnya. Sampai seseorang yang memakai jaket denim dengan kaos oblong warna putih, oh jangan lupakan celana jeans yang terobek-robek didepannya itu mengambil kursi tepat disebelahnya.
Dari ujung mata Kaiya, pria itu belum juga menyentuh makanannya, dia malah memperhatikan Kaiya dengan seksama. Kaiya mencoba mengabaikannya sejak tadi, tapi jika terus-menerus diperhatikan seperti ini membuat Kaiya jadi gerah sendiri.
"Oppa kenapa sih?!"
Pria itu hanya menyengir, menahan tawa saat melihat Kaiya mulai marah. "Salah oppa apa?" Sedikit terbata karena pelafalan bahasa Indonesianya belum terlalu lancar, pria itu tetap mencoba menggoda gadis mungil yang duduk di sebelahnya.
Kaiya menarik napas dalam, sepertinya hari ini akan menjadi buruk karena harus bertemu oppa sableng -panggilan kesayangan Kaiya pada pria itu- disaat moodnya sudah membaik setelah tidur.
"Yoesoeb oppa, kamu sedari tadi memperhatikanku. Aku merasa risih jika diperhatikan seperti itu." Jujur Kaiya melihat tepat pada bola mata kecoklatannya.
Yoesoeb terkekeh. "Tidurmu sangat nyenyak ya."
Kaiya yang sedang asik mengunyah makanannya terhenti. Menoleh ke samping, melihat yoesoeb dengan mengernyitkan dahi.
"Darimana oppa tahu?" Bukannya mereka menjawab Kaiya malah bertanya balik.
"Ck.. dasar tidak sopan. Bukankah oppa yang terlebih dahulu bertanya?" Yoesoeb berdecak kesal. Dia malah mengalihkan pandangannya yang awalnya melihat Kaiya kini matanya sibuk memperhatikan tempat makannya, dan menyuap sesuap nasi menggunakan sumpit.
"Hyung tadi sepertinya mampir ke ruanganmu. Tapi, saat oppa akan menyusul dia bilang untuk bertemu denganmu nanti saja."
Kaiya menghentikan makannya, meringis kecil. "Aku semalaman tidak bisa tidur." Ujar Kaiya dan tangannya mulai memainkan makanan dihadapannya. Yoesoeb yang melihat itu langsung memukul tangan Kaiya, untuk segera berhenti. Kaiya mengerucutkan bibirnya karena merasa kesakitan saat di pukul.
"Memikirkan proyek kita? Kita ini bekerjasama, Kai. Jangan memikirkannya sendiri."
"Ahh.. aku sudah menyelesaikannya, oppa. Setelah makan sebenarnya aku ingin bertemu denganmu. Ingin bertanya apa ada yang kurang."
Yoesoeb menaikkan alisnya. "Uoh.. si penulis jenius kami sudah mulai beraksi lagi, he?"
Kaiya hanya tersenyum simpul saat beberapa orang diperusahaan ini memanggil dirinya sebagai 'penulis jenius'
"Oppa jadi semakin tidak sabar untuk melihat liriknya, dan kita akan menggarapnya berdua."
Yoesoeb dengan cepat menghabiskan makanannya, Kaiya yang disebelahnya hanya bisa mengikuti dengan santai saja, toh, mereka tidak terlalu terburu-buru bukan?
•••
Suara musik langsung terdengar jelas, saat seseorang membuka salah satu pintu tempat biasanya para trainee maupun artis dari gedung tersebut sedang latihan. Walaupun pintu terbuka dan langsung tertutup kembali tidak membuat seorang pria dengan baju training nya dengan menggunakan topi hitam itu sadar akan kehadiran orang yang baru saja masuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
IDOL [TAMAT]
Teen Fiction[Selesai] Menggapai hal yang sejak dulu ia perjuangkan dengan bantahan, larangan dari sang ayah tak membuat seorang Dean menyerah akan mimpinya menjadi penari yang disukai banyak orang. Jalan yang tak mulus karena tak ada restu dari sang ayah, tetap...