Part 22

125 23 16
                                    

Selamat membaca 💕
|
|
|
Warning typo bertebaran ⚠⚠⚠
•••

"Kak."

Mendengar panggilan dari arah belakangnya. Dean yang sedang mengobrol bersama dua sahabatnya mengalihkan pandangannya pada orang itu.

"Kenapa?"

Jawaban singkat, mungkin sedikit terdengar dingin membuat orang itu sedikit berkeringat dingin.

Orang itu tidak dekat dengan sepupunya. Jika memang ada waktu untuk saling mengobrol paling hanya membahas bahasan yang seperlunya saja.

"Aku.. mau izin ke rumah temen." Ujarnya memberitahu.

"Ngapain izin sama gue? Kalo mau izin sama bunda aja."

Dean sebenarnya merasa terganggu dengan kehadiran orang itu yang tidak lain adalah sepupunya sendiri yang menginterupsi pembicaraannya dengan Dion.

Sebenarnya tak masalah. Cuman Dean tak mau jika Dion malah lupa apa yang mau di katakanya.

"Bunda nggak ada jadi aku pamit sama kakak aja."

Dean mengangguk. "Yaudah boleh. Tapi.. Lo emang tau daerah sini? Duduk aja dulu, bentar lagi gue anter."

Orang itu menggelengkan kepalanya dengan cepat dengan tangan yang ikut mengibas.

"Nggak usah kak. Aku bisa pake driver online aja."

"Oke. Pulang jam berapa Lo? Nanti kalo bunda nanya ke gue, gue bisa jawab."

"Aku mungkin sampai sore, nanti aku kabarin bunda juga kok."

"Oke. Terserah lo. Kalo ada apa-apa di jalan hubungi gue. Ada nyimpen nomor gue kan?"

Melihat sepupunya itu mengangguk. Dean berdiri dari duduknya menghampiri sepupunya. Dean mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan.  "Ini. Untuk Lo jajan. Nggak usah nolak."

Mendengar itu sepupu Dean tak jadi menolak uang pemberian Dean. Bisa gawat kalo nolak, batin sepupu Dean berteriak.

"Aku pamit pergi ya kak."

Dean hanya berdehem menjawabnya saat melihat sepupunya keluar dari rumah dan sedikit memberi sapaan ketika melihat sahabatnya di ruang tamu.

"Itu siapa?"

Dean mengabaikan pertanyaan yang menurutnya tak penting untuk di jawabnya.

"Lanjutin yang tadi, Lo mau ngomong apa?"

Dion berdecak. "Ck. Jawab dulu kek pertanyaan gue. Gue nggak pernah liat itu anak disini deh. Sejak kapan juga Lo punya adek?"

"Seinget gue ya. Sepupu Lo aja udah pada tua, eh enggak bisa dibilang tua juga. Maksud gue umurnya udah pada di atas kita. Lah ini? Dia manggil Lo kakak??" Dion masih mencerna siapa gadis yang memanggil Dean tadi dengan sebutan kakak.

Lano yang tak mau ikut campur mulai berselonjor di sofa empuk milik Dean. Badannya lelah setelah mengerjakan beberapa soal matematika yang tingkat pengerjaannya tinggi. Padahal baru 20 soal yang dikerjakannya, tetapi sudah membuat kepalanya lelah untuk berpikir seperti ini.

Lano pun tidur mengabaikan dua orang aneh yang masih sibuk bertengkar.

"Jangan banyak bacot, Lo itu cuma pengen nanya siapa namanya kan?" Dean telah jengah karena Dion yang terlalu memutar-mutar sejak tadi.

Dion meringis. Mengusap tengkuknya yang​ tidak gatal beberapa kali. "Lo emang debest banget sih jadi sahabat. Peka banget gue mau nya apa. Jadi.."

IDOL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang