Part 29

88 17 15
                                    

Selamat membaca 💕

|
|
|

Warning typo bertebaran ⚠⚠⚠

• • •

"Ai."

Yang punya nama hanya diam, seolah tak mendengar apapun disekitarnya. Tangannya yang memegang kuas masih sibuk memoles tinta diatas kanvas.

"Ai, aku mau cerita."

"Cerita saja."

Jawaban cuek dari Kaiya ternyata membuat geraman tertahan keluar dari lawan bicaranya. Setelah lama bertahan dan tidak diperhatikan, dia melangkah mundur, pergi dari hadapan Kaiya.

"Nggak jadi."

Bibir Kaiya berkedut, tidak tahan jika tidak tersenyum saat mendengar itu. Dimana ada nada dingin itu terselip pula nada jengkel diucapannya.

Kaiya mengeluarkan suaranya, berusaha menghentikan langkah orang itu yang sudah mendekati pintu. "Kamu marah?"

"Nggak. Lanjutin aja itu kerjaan kamu, anggap suara aku tadi nggak kamu denger."

"Yaudah."

Kaiya pura-pura melanjutkan apa yang sempat ia tunda tadi. Tapi, malah suara pintu terbuka dan tertutup yang didapat pendengarannya.

"Huh! Ngambekan banget sih dia sekarang."

Bukannya mengejar orang itu, Kaiya jadi benar-benar melanjutkan lukisannya. Paling dia saat ini ke lapangan basket indoor, menyendiri dan sibuk bermain dengan bola memantul itu.

• • •

"Lano!" Teriaknya saat melihat sahabat dari Dean berjalan dari arah perpustakaan dengan membawa buku ditangannya. "Kamu liat Dean?

Lano menggeleng.

Kaiya mendesah. Salahnya, tadi mengabaikan Dean. Jika sudah begini dia juga yang kelimpungan. Kaiya pikir Dean akan pergi ke lapangan basket indoor, tapi tidak ada, hanya hening yang menyapanya saat tiba disana.

Ruang tari?

Tidak ada juga. Dean jarang kembali kesana lagi semenjak menjadi trainee di perusahaan paman Nasa. Hari Dean setiap hari sudah dipenuhi berlatih tari di gedung Nasa entertainment itu. Melatih kemampuan suara juga. Jadi, jika berada disekolah dia hanya fokus untuk belajar dan untuk sedikit merefresing pikirannya yang sedikit lelah Dean akan melakukan olahraga kecil dari basket ataupun bola sepak, itu katanya.

Dean sudah berubah, menjadi giat belajar supaya bisa mendapatkan nilai yang bagus pula di akhir sekolah mereka. Walaupun tanpa belajar seserius itu Dean sudah mendapatkan nilai yang tidak bisa di bilang buruk juga.

Sifatnya tidak sebar-bar seperti awal mereka bertemu dulu.

Seseorang menepuk pundak Kaiya membuatnya mengerjap pelan. Melamun lagi. Bisa-bisanya dia melamunkan Dean disaat seperti ini.

"Coba tanya sama Dion, soalnya Dion yang mudah disuruh-suruh sama Dean."

"Hmm.. bisa kamu aja yang tanya? Aku tuh males kalo ngomong sama Dion. Dia suka ngajak orang berdebat dulu soalnya."

Lano terkekeh.

Paham betul, jika Kaiya dan Dion selalu berdebat di setiap pertemuan mereka.  Dengan satu tangannya, Lano mengambil ponselnya didalam saku seragam yang dipakainya. Tidak membutuhkan waktu lama sampai Dion mengangkatnya.

IDOL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang