Selamat membaca 💕
•••
Warning ⚠⚠⚠
Typo dan kata-kata rancu bertebaran!!!
|
|
|Dinginnya AC tak membuat Kaiya terasa dingin. Peluh keringat masih membasahi tubuhnya. Diseka beberapa kali keringat yang mengalir diwajahnya.
Kafe saat ini sangat ramai, pasti, karena hari ini hari libur membuat seluruh pekerja kafe mau tidak mau harus bekerja lebih ekstra. Senyum diwajah para teman-teman kerjanya tak pernah luntur, tak terkecuali dirinya.
Wajah kami malah semakin berseri, karena banyaknya pengunjung yang datang. Walaupun mereka harus kewalahan, berjalan cepat kearah semua meja pengunjung, membersihkan meja yang ditinggal pengunjung yang telah selesai dengan makanan dan minuman mereka, dan juga melayani pembayaran dimeja kasir sepertinya.
"Kamu pulang ke rumah atau makan disini aja?"
Kaiya yang melamun sesaat itu terkejut dan menolehkan kepalanya tepat disamping kirinya.
Saat melihat Lina dengan muka malasnya yang mendapati dirinya melamun disaat bekerja, membuat Kaiya hanya menarik bibirnya keatas sampai gigi nya terlihat.
"Kakak ngomong apa tadi?"
"Kaiya, Kaiya, kamu nih ya, kebiasaan banget sih, ngelamunin siapa? Apa jangan-jangan kamu ngantuk lagi. Kalo ngantuk mending kamu kebelakang sebentar, buat kopi, minum kopinya habis itu. Gitu aja harus diomongin mulu sih." Ocehan panjang Lina hanya bisa membuat Kaiya meringis.
Lina dalam mode seperti ini yang membuat Kaiya hanya bisa diam. Sekarang memang masih biasa saja, tapi, jangan pancing dia lebih banyak lagi untuk membuat dirinya marah, karena bisa dipastikan semua orang akan ketakutan, jangankan berselisih jalan, bertatapan dari jauh pun dibuatnya menjadi enggan.
Itulah kenapa banyak yang bilang, jangan pancing amarah orang yang sabar, ya karena akan menyeramkan nantinya jika benar terjadi.
Membuang napasnya kasar, Lina mengulang pertanyaan yang dia ucapkan pada Kaiya. "Kamu istirahat mau pulang atau makan disini aja?"
"Ooh itu.. Kaiya hubungin orang rumah dulu aja kak. Kenapa memangnya? Kakak mau keluar cari makan?" Tanya Kaiya.
"Iya, sekalian mereka pada nitip makan sama kakak." Lina menunjuk teman-teman kerjanya. "Kamu nggak sekalian nitip gitu?"
Kaiya berpikir sejenak. "Nggak deh kak. Nanti kalo emang nggak jadi pulang aku beli sendiri aja. Tau sendiri kan ya aku harus hubungi orang rumah dulu." Kaiya menolak secara halus tawaran yang diberikan Lina.
Kaiya takut jika orang yang ada dirumah sudah menyiapkan makanan dan telah menunggunya untuk makan siang bersama.
Lina mengangguk singkat. "Oke. Tapi, kalo berubah pikiran kabari kakak ya."
Kaiya mengacungkan dua jempolnya. Saat Lina agak menjauh darinya, dengan sedikit teriak Kaiya bertanya pada Lina.
"Kakak pergi sama siapa?"
"Sama Reno."
Mendengar jawaban Lina membuat Kaiya jadi mesam-mesem sendiri. "Semoga Reno oppa bisa buat kak Lina percaya sama cinta mereka. Kasihan kalo Reno oppa nggak bisa dapetin, udah sering repot-repot sendiri membelanjakan jajanan untuk kak Lina, terus jadi tukang ojek pribadinya kak Lina. Tapi sayang kak Lina aja yang terlewat nggak peka. Aku harap kak Lina cepat berubah status menjadi Reno girlfriend's "
Setelah mengucapkan harapan itu Kaiya malah jadi cekikikan sendiri. Kaiya memukul kecil kepalanya beberapa kali.
"Mikir apa sih aku."

KAMU SEDANG MEMBACA
IDOL [TAMAT]
Roman pour Adolescents[Selesai] Menggapai hal yang sejak dulu ia perjuangkan dengan bantahan, larangan dari sang ayah tak membuat seorang Dean menyerah akan mimpinya menjadi penari yang disukai banyak orang. Jalan yang tak mulus karena tak ada restu dari sang ayah, tetap...