Part 5

178 34 7
                                    

Selamat membaca 💕
.
.
.

Kiana yang baru tiba dikelas bernafas tersengal di sebelah Kaiya. Menarik nafas seolah kegiatan yang paling susah dilakukannya saat ini.

Bagaimana tidak, Kiana ternyata berlari untuk memasuki sekolah yang pintu gerbangnya hampir saja tertutup.

Kiana sesekali melirik ke arah Kaiya yang kini seakan tak peduli dengan sekitar. Matanya seakan fokus dengan sketsa yang sedang dikerjakan.

"Kamu nggak ada niatan untuk nanya aku kenapa ngos-ngosan begini?" Nafas Kiana masih belum beraturan saat bertanya pada Kaiya.

"Oh, kamu udah dateng?"

Kaiya hanya melirik Kiana sekilas dan tangannya kembali sibuk membuat sketsa di buku gambar miliknya.

Kiana mendengus sebal, bibirnya mencebik. "Kamu kalo udah ngegambar gitu mana ada perhatian sama sekitar, nyebelin."

Kaiya menghentikan coretan dibukunya, berhenti saat mendengar suara sahabatnya yang sedikit berubah. Kini badan Kaiya sepenuhnya menghadap Kiana yang sedang sibuk memainkan ponsel.

"Iya, iya ini aku berhenti ngegambar. Memangnya kamu habis ngapain sampe nafas kamu nggak beraturan tadi?"

Hening.

Tak ada respon dari Kiana.

Membuat Kaiya terkekeh.

Ternyata sahabatnya ini tengah merajuk dan mendiamkannya, seperti dirinya tadi.

"Idih, ngacangin aku sekarang. Tadi minta ditanya, sekarang udah ditanya nggak mau jawab."

Kaiya menopang dagunya, matanya mengerjap beberapa kali saat melihat Kiana beberapa saat lalu meliriknya sebentar, Kaiya akan menunggu berapa lama Kiana akan betah mendiamkannya.

Bosan tak ada tanggapan, Kaiya mengeluarkan kata-kata pemungkas.

"Yaudah, daripada aku dicuekin gini mending lanjut aja ngegambarnya." Diliriknya sedikit Kiana. "Tapi, awas aja ya kamu minta tolong sama aku untuk temenin kamu curi-curi pandang sama siapa itu aku lupa namanya.. ehm.. Lano?"

Tangan Kaiya tertarik, Kaiya tertawa kecil saat melihat Kiana dengan muka memelasnya.

"Jangan gitu dong, Kai. Kamu kok jahat banget sih sama aku." rajuk Kiana.

"Salah sendiri, kenapa nyuekin aku?"

"Kan kamu duluan yang nyuekin aku, iihh." Kiana menghempas kasar tangan Kaiya.

Kaiya malah terbahak, bukannya marah karena tangannya yang terhempas itu terantuk pinggiran kursi.

"Kamu tau sendiri kan." Balas Kaiya kalem.

"Iya, tau." Kiana memutar bola matanya jengah.

"Kamu kenapa terlambat? Kesiangan bangunnya?" Kaiya serius saat ini bertanya pada Kiana.

Yang ditanya malah cengengesan dan menggaruk tengkuknya.

"Itu.. iya aku kesiangan."

"Kok bisa? Kamu begadang?" Kaiya mengernyit heran.

Kiana menganggukkan kepalanya polos.

"Ini semua karena sepupu aku, kalo aja dia semalem nggak dateng ke rumah, aku pasti nggak akan bangun kesiangan kayak gini." Kiana bersungut kesal saat menceritakannya.

"Lah kenapa? Dia tidurnya nggak bisa diem? Apa dia malah mendengkur?"

Kiana menggeleng keras.

Kerutan di dahi Kaiya mendalam.

IDOL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang