Part 34

103 17 18
                                    

Selamat membaca 💕
|
|
|
Warning typo bertebaran ⚠⚠⚠

•••

Seoul, Korea Selatan.

Musim gugur sedang berlangsung disini, saat Dean baru saja tiba di Korea. Masih terbilang cukup dingin untuk orang Indonesia sepertinya yang biasanya​ hanya menghadapi cuaca tropis.

Tulisan dengan namanya, terlihat di kerumunan orang yang menanti kerabat atau rekan kerjanya. Dean dengan cepat, bergegas menghampiri pria berusia kepala tiga yang memegang karton yang bertuliskan namanya.

"Paman." Sapa Dean dengan senyum tipis andalannya saat telah berada tepat dihadapan orang yang menunggu dirinya.

"Oh, Dean. Sudah besar sekali ya kamu." Pria itu menepuk bahu Dean yang berada dihadapannya, sedikit takjub melihat perubahan pesat keponakannya. "Tinggi badanmu saja sudah melewati, paman."

Dean hanya meringis saat pamannya ini menepuk pundaknya sedikit kuat dan berulang, mungkin karena mereka sudah terlalu lama tidak bertemu. Jadi, pamannya ini terlampau senang melihatnya.

Sejak tadi ada saja bagian tubuh Dean yang dipukulnya. Ya.. walaupun tidak kuat juga. Tapi, sedikit membuatnya gerah karena menjadi bahan tontonan orang-orang yang sedang lalu-lalang di bandara.

"Paman Sam, bisa kita segera ke rumah paman? Sepertinya bibi Kyung tidak akan segan memarahi paman jika kita tidak segera pulang." Sela Dean akhirnya.

Sam menepuk kepalanya pelan, lupa jika istrinya juga menanti Dean dirumah mereka.

"Oh iya. Untung kamu mengingatkan paman, Dean. Kita sih, lama banget nggak ketemunya."

Dean merutuk dalam hati 'dia lagi yang salah berarti'

•••

"Kyung~ berhenti memeluknya seperti itu. Dean terlihat tak nyaman."

Kyung istri dari Sam melonggarkan pelukannya, melihat ekspresi Dean apa benar merasa tak nyaman seperti yang dikatakan suaminya.

"Kau tak nyaman di peluk bibi, Dean?" Pertanyaan polos bibinya ini sangat mengingatkannya pada seseorang nan jauh disana.

Tatapan sendu Dean saat mengingatnya langsung berubah saat ingat dirinya bahwa ingin membuktikan mimpinya.

Sedikit meringis Dean menatap bibinya yang menuntut jawaban. "Ahh.. tidak masalah, bi. Tapi, sepertinya perut Dean sudah meronta minta diisi."

"Oh iya, maafkan bibi. Karena sudah lama tidak bertemu kamu jadi sampai lupa jika kamu belum makan." Ujar Kyung menyesal.

"Tak apa, bibi Kyung. Bukankah bibi telah memasakkan makanan spesial untuk Dean?"

Kyung mengangguk semangat dan mulai manarik Dean untuk berjalan bersama kearah meja makan. Dean menoleh kearah pamannya yang tertinggal dibelakang, pamannya melihatnya dengan tatapan menggoda dengan mulutnya yang melafalkan kata 'good boy, eh?'

Dean mendengus melihatnya, sudah lama tidak bertemu tapi tetap saja kelakuannya tidak berubah. Yang Dean heran sampai sekarang, kenapa sifat kakak beradik antara ayahnya dan pamannya itu bertolak belakang.

Ketika kami bertiga makan, semuanya berjalan baik. Disini, Dean merasa memiliki keluarga yang sangat diimpikannya. Saling melontarkan candaan, menceritakan keseharian yang mereka lalui saat tidak bertatap muka, dan saling menguatkan satu sama lain.

Ya, paman Sam sampai sekarang belum juga dikaruniai anak. Pernikahan mereka bahkan sudah menginjak usia 7 tahun. Dulu, paman Sam sering sekali mengeluh saat sang mama masih menghirup udara di dunia. Mamanya seringkali menguatkan paman Sam dan juga bibi Kyung walaupun hanya dengan sambungan suara saja.

IDOL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang