Part 35

83 16 12
                                    

Selamat membaca 💕

•••

Didalam ruangan yang kecil dengan peralatan musik seadanya. Gadis dengan tubuh mungil itu, sibuk memainkan pena yang dipegangnya. Beberapa kali diputarnya ke udara, kertas putih dihadapannya terlihat mulus tanpa jejak, seakan memperlihatkan bahwa gadis itu tengah kesulitan untuk memulai semuanya.

Bibirnya mengerucut tak suka, menatap benda persegi panjang tipis dengan warna putih di mejanya. Dahinya pun ikut mengerut dalam.

Keheningan di dalam ruangan seakan membuat gadis itu semakin tersiksa, kesendirian yang awalnya diharapkan dapat mengasikkan, tiba-tiba saja terdengar seperti memalukan jika kalimat itu di putar ulang.

Dihempaskannya pena yang dia pegang hingga jatuh kearah lantai. Badannya, sepenuhnya dia tumpukan pada kursi kesayangannya. Dia pijat beberapa kali area kepala yang mulai sedikit sakit.

Kenapa sesusah ini?

Selalu kata itu yang dia ulang di dalam hati. Keahlian yang biasanya dia miliki seakan hilang entah kemana saat ini. Padahal, biasanya dia bisa melakukan ini. Makanan sehari-hari malah, jika bisa dibilang. Bukannya sombong, tapi memang kenyataan.

Tapi, untuk kali ini. Kepala dan hatinya sedang tak ingin diajak berkompromi. Kantung matanya saja sudah mulai terlihat menghiasi, saat dirinya melihat kaca kecil yang sengaja diletakkan disamping laptopnya. Memperlihatkan bahwa project kali ini memang benar-benar menguras tenaganya.

Tangannya yang mulai lemah mencoba mengambil ponsel pintarnya​ yang sejak tadi dia charge saat terlihat telah penuh 100% terisi. Dilihatnya jam dinding yang terletak diatas ruangan, berharap tidak menganggu seseorang yang akan dia hubungi.

Tutt

Deringan panjang sepertinya memang akan mulai mengganggu teman telponnya. Yang perlu dia siapkan hanya, siap akan mendengar ocehan panjang.

Baru satu orang yang terlihat menjawab panggilan video darinya, dengan rambut yang acak-acakan, mata yang sudah setengah terbuka, dan memakai pakaian tidur bergambar kartun Doraemon. Mengangkat panggilan ternyata tak membuatnya membuka mata sepenuhnya. Gadis penelpon itu tersenyum tertahan melihatnya. Tak lama, sambungan terakhir juga menjawab panggilannya. Keadaannya sama saja dengan yang pertama, hanya pakaiannya mereka saja yang berbeda karena yang satu ini dia lebih menyukai bunga daripada kartun yang katanya sangat kekanakan.

"O.M.G. Kaiya Natasya. Kamu tau ini jam berapa bukan?" Ucapan setengah sadar dari pemakai pakaian bunga membuat gadis penelpon itu atau bisa dibilang Kaiya hanya menganggukkan kepalanya tanpa bersuara. Sedikit merasa bersalah sebenarnya, tapi, biarkan saja toh dirinya memang sedang tidak bisa tidur juga.

Karena tak kunjung mendengar jawaban, gadis dengan pakaian bermotif bunga itu memaksakan matanya terbuka. Matanya sedikit terbelalak ternyata mereka sedang tersambung pada panggilan video grup. Dengan langkah malas, gadis dengan pakaian motif bunga itu bangkit dari tidurnya, menghilang sesaat dari pandangan dan kembali dengan muka yang sedikit fresh. Kaiya masih saja menatap panggilan video mereka.

Alika memutar bola matanya jengah. Melihat sahabat satunya masih asik di alam mimpi. "Kiana!!! Bocah banget yaampun bajunya."

"Hm" sahutan singkat Kiana membuat Kaiya akhirnya tertawa lirih.

Kaiya yakin 100% jika kiana mendengar ada yang meledek dirinya kekanakan, pasti mulut Kiana tidak akan berhenti mengoceh tak jelas.

"Al.."

Keheningan beberapa saat yang lalu membuat Kaiya baru mulai mengangkat suaranya.

"Kenapa? Eh.. bentar dulu deh, Ai. Tuh, anak nggak dibangunin?"

IDOL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang