Part 12

140 29 5
                                    

Selamat membaca 💕

• • •

Kaiya melangkah dengan ringan menuju gedung seni. Digenggamannya terdapat alat melukis yang memang sengaja dia bawa dari rumah. Dia tidak bisa melukis jika bukan menggunakan kuas kesayangannya. Alasannya, apa yang akan dia lukis tak akan indah hasilnya.

Hari ini, hari sabtu, hari dimana tak ada pelajaran di dalam kelas. Alias, hari pengembangan diri. Sekolah membebaskan semua muridnya menggunakan seluruh peralatan, dan gedung sekolah. Asalkan menggunakannya dalam hal positif tentunya.

Kaiya suka sekolah ini. Kaiya jadi bisa tahu, semua murid disekolahnya memiliki hobi yang berbeda-beda. Dan Kaiya suka perbedaan itu. Setidaknya, jika dia sedang tak ingin melukis, dia bisa melipir, melihat-lihat, ataupun mencoba belajar pada salah satu hobi semua teman sekolahnya.

Mengasikkan, bukan?

Kaiya yang membayangkannya saja sudah bisa senyum-senyum sendiri. Dirinya pasti tak terlalu canggung saat membahas masalah hobi seseorang.

Ngomong-ngomong Kaiya sedari tadi belum melihat batang hidung sahabatnya. Mereka telah janjian akan bertemu didepan gedung seni. Tapi, sampai sekarang Kaiya tak dapat melihat tanda-tanda kehadirannya.

Kaiya menunduk sambil menendang-nendang​ kecil benda apapun yang berada dihadapannya. Bibirnya selalu berkomat-kamit menyebut nama Kiana yang belum datang.

Sampai tak sengaja, Kaiya menendang batu dengan sangat kuat. Membuat kepala Kaiya otomatis tegak, takut ada yang terkena batu yang dia tendang sangat kuat itu.

Kaiya menarik napas lega saat tak melihat siapapun didepannya. Tapi, matanya sedikit menyipit saat melihat seseorang yang sedang berlari menghampiri dirinya dengan melambaikan tangannya heboh dari jauh.

Dahi Kaiya mengkerut, saat melihat Kiana yang telah tiba dihadapannya memiliki tampilan yang sedikit berbeda dari biasanya. Mata Kaiya menelusuri penampilan Kiana dari atas hingga bawah. Sampai-sampai diputarnya beberapa kali tubuh Kiana, untuk memastikan ini benar sahabatnya atau bukan.

Kiana yang sudah mulai pusing akibat ulah Kaiya, melepaskan tangan sahabatnya yang masih setia berada di pundaknya. "Kenapa sih, Kai?! Pusing nih."

Kaiya hanya menyengir tanpa dosa saat melihat sahabatnya tengah memajukan bibirnya kesal.

"Aku mau ngecek aja." Kaiya menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Aku kira kamu bukan Kiana, sahabat aku."

Kiana melototkan matanya tak percaya, dimana pikiran Kaiya sebenarnya, pikirnya.

"Wahh... Kamu pikir aku hantu gitu?! Aku ya Kiana lah. Siapa lagi coba?!"

Kaiya meringis, sedikit merasa bersalah karena tak mengenali sahabatnya saat berpakaian seperti ini.

"Eum... Tapi..." Kaiya balas memandang Kiana dengan kesal, memicingkan matanya. "Eh, salah kamu juga ya, kamu udah nggak ngasih tahu apa hobi kamu, atau apa yang suka kamu lakuin, terus sekarang kamu malah tampil anggun dengan pakaian seperti itu. Toh, biasanya juga kamu nggak berpakaian seanggun ini kan."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IDOL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang