Selamat membaca 💕
.
.
.Kejahilan yang Dean lakukan ternyata tak hanya saat meninggalkan Kaiya yang terjatuh di depan toilet waktu itu.
Tapi,
Kaiya yang beberapa hari yang lalu memasuki kantin bersama dengan Kiana dan teman kelasnya yang lain ternyata telah dinanti oleh Dean.
Kaiya sebenarnya telah merasakan ada yang tak beres akan terjadi pada dirinya, tapi Kaiya berusaha menampik perasaan yang terlalu paranoid itu.
Selagi menunggu pesanan mereka datang, Kaiya pamit untuk pergi ke toilet ditemani Kiana. Kaiya harus antisipasi saja, setidaknya jika ada Kiana, akan ada orang yang menjadi penolong dirinya jika terjadi apa-apa.
Setibanya Kaiya dari toilet, Kaiya melihat teman-teman kelasnya mulai memandangnya dengan tatapan meminta maaf.
Ada apa sebenarnya?
"Kalian nggak ada yang makan? Aku sama Kiana mah nggak papa kalo kalian makan duluan."
Barulah teman-temannya itu mulai memakan makanannya, memakan dengan perlahan dan sesekali mencuri pandang untuk menatap dirinya.
Kaiya sebenarnya ingin mengabaikan, tapi dia tidak bisa jika itu terjadi teru-menerus sampai ia hendak memasukkan makanan yang ia pesan ke dalam mulutnya.
"Kalian semua kenapa sih?" Tanya Kaiya yang menurunkan kembali sendok yang sempat masuk ke dalam mulutnya.
Kiana yang sejak tadi sibuk mengunyah makanannya sambil memainkan ponsel pun ikut memandangi temannya yang lain.
Yang lain langsung tertunduk dan mulai makan seakan tak mendengarkan pertanyaan dari Kaiya barusan.
Kiana menyenggol tangan Kaiya yang berada disebelahnya, mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi, Kaiya hanya menatap Kiana sebentar dan menggelengkan kepala pelan dengan menghela napasnya kasar.
Kaiya menyuapkan satu sendok penuh untuk ia lahap, perutnya sudah memberontak minta di isi sejak tadi.
Tapi, baru satu kali kunyahan Kaiya merasa lidahnya seperti terbakar. Tangannya dengan cepat langsung mengambil minuman yang berada di hadapannya.
"Argh! Kok bisa pedes gini sih makanan aku?" Kaiya berceloteh sendiri. Dia ingat jika makanan yang ia pesan tak akan sepedas ini.
Minuman di gelasnya habis, membuat Kaiya merebut minuman milik Kiana.
"Ya!!! Kai, aku belum selesai minum." Protes Kiana.
Kaiya menulikan pendengarannya, saat ini yang dibutuhkannya hanya minum sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan rasa pedas di mulunya. Air matanya saja keluar dengan sendirinya, menandakan makanan yang ia makan memiliki tingkatan pedas yang tinggi.
Sekilas di pojok kantin Kaiya tak sengaja melihat Dean tersenyum meremehkan dan melambai kecil saat mata mereka saling bertemu, membuat dirinya terbatuk kecil.
Uhhukk
Kiana menepuk punggung Kaiya pelan. "Tuh kan, makanya pelan-pelan minumnya, Kai,"
Kaiya menunjuk beberapa kali seseorang yang jauh dihadapan mereka, berharap Kiana mengerti maksudnya. Kiana menoleh siapa yang Kaiya tunjuk.
Gotcha!
Kiana akhinya mengerti, sudah pasti ini kerjaan dari Idola sekolah mereka, Dean. Pantas saja tak ada yang berani buka suara sejak tadi.
Kaiya menggeram marah. "Dean!!!!"
• • •
"Kamu inget ini hari apa bukan?" tanya Kiana yang baru saja tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOL [TAMAT]
Novela Juvenil[Selesai] Menggapai sesuatu yang diinginkan, ternyata tak semudah itu dilakukan oleh Dean. Bertemu dengan gadis yang selalu marah jika bertemu dengannya, adalah hal baru di kehidupannya. Gadis itu, Kaiya Natasya, keajaiban baginya. ~Dean Stya Lintan...