19. Lamaran Tengah Malam

16.2K 2.2K 554
                                    

Yuhu~ yang udah nunggu versi pdf dari lapak rusuhnya bapake ini udah bisa dibeli, ya. Silakan cek chapter paling bawah untuk detailnya.

Btw, cover balunya LNFIL gumush sekali, kan? 😍😍

Happy reading ~

Menikah, menikah, menikah dan menikah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menikah, menikah, menikah dan menikah. 

Hanya itu yang Oliver katakan pada Sehun dalam beberapa hari belakangan ini, seolah tidak ada kata lain yang bisa anaknya itu katakan. Jujur saja, pemilik Caramel Group itu sudah sangat muak mendengarnya, meski yang mengatakan itu adalah putranya sendiri.

"Aku tahu ini sulit untukmu, Dad, tapi kumohon lakukan ini untukku." Oliver menatap Sehun dengan sungguh-sungguh, bahkan mengambil tangan ayahnya untuk digenggam. Biasanya, Sehun-lah yang melakukan hal ini pada Oliver untuk membujuk, tapi kali ini yang terjadi malah sebaliknya. 

Sehun menatap lurus ke dalam mata Oliver, dia bisa melihat kalau bocah itu sedang mencoba untuk meyakinkannya. Sehun yang tadinya ingin menyela, secara sadar menelan kembali kata yang ingin dia keluarkan kala mata Oliver mulai berkaca-kaca. 

"Ini juga berat untukku, Dad. Apa kau pikir aku senang melakukannya?" Oliver berbisik lirih dalam gelengan kecil, masih dalam sorot mata yang memohon pada Sehun. "Tidak, Dad. Aku juga membenci apa yang aku lakukan saat ini. Hanya saja aku tidak ingin kehilangan apa yang aku cari selama ini." Oliver menudukkan kepala ketika setetes cairan bening mengalir membasahi pipinya. Dia tidak ingin kalau sang ayah melihatnya menangis saat ini. 

Namun, tidak peduli sepintar apa pun Oliver menyembuyikan keadaannya, Sehun tetap tahu kalau putranya itu sedang menangis.

Sehun hanya diam mendengarkan, tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Melihat Oliver yang mengemis seperti ini padanya jelas bukan sesuatu yang Sehun sukai, ditambah lagi suara parau yang bergetar membuat Sehun merasa sangat hancur.

Sehun bisa merasakan kalau Oliver semakin meremas kuat tangannya. Bocah tampan itu sama sekali tidak bermaksud untuk menyalurkan emosinya, dia hanya sedang mencari kekuatan dari dalam genggaman ayahnya. "Kau mungkin tidak tahu, Dad, tapi harus aku akui kalau aku iri padamu." Oliver mengangkat wajah yang kini penuh dengan air mata.

"Kau? Iri padaku?" Sehun tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya ketika Oliver mengatakan 'iri' padanya, bahkan dia bisa merasakan setiap kesedihan di dalam suara putranya. "Apa yang kumiliki, kau juga memilikinya. Jadi, mustahil kau iri padaku."

Oliver menarik napas dalam dan mencoba untuk menghentikan laju air matanya saat ini, tapi dia tidak bisa. Air matanya terus mengalir, tidak peduli seberapa banyak dia menyeka air mata itu. Dengan tersedu-sedu, Oliver mengatakan apa yang membuatnya iri pada Sehun. 

"Kau memiliki grandma yang akan selalu mencium keningmu ketika kita menginap di sana, tapi aku tidak memilikinya."

Rasanya ada sebuah belati yang baru saja menikam jantung Sehun dengan sangat dalam ketika Oliver menjawab pertanyaanya dengan seulas senyum yang sebenarnya adalah bentuk lain dari sebuah kekecewaan. 

Let's [Not] Fall In Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang