38. Walk on Memories

17.3K 2.3K 847
                                    

Yuhu, LNFIL balik dengan cover legend-nya 🤣🤣🤣🤣

Siapa yang mampir ke LNFIL karena cover tiga serangkai ini?

Pembaca lama pasti tahu kenapa covernya jadi tiga serangkai lagi 🌚🌚

btw, ini chpater ini 8 ribu kata. kalian pasti capek bacanya. 

Lisa menyesap susu cokelatnya dengan hati-hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa menyesap susu cokelatnya dengan hati-hati. Dia merasa was-was ketika sosok tampan di hadapannya ini menatap dengan penuh selidik.

"Lice, apa yang ingin kau katakan padaku?" Laki-laki itu bertanya. Nada suaranya penuh dengan penasaran, tapi ada ketakutan juga yang mengiringi.

Lisa mengangkat pandangannya untuk menatap sosok yang tidak lain adalah Jinan.

Sang mantan kekasih tampak tampan dalam balutan jas mahal yang melekat di tubuh atletisnya. Lisa sendiri tidak pernah meragukan ketampanan Jinan, laki-laki itu memiliki ketampanan yang membuat laki-laki mana pun merasa iri kecuali, Sehun.

Sehun jelas tidak akan pernah merasakan iri pada siapa pun, sebab laki-laki itu memiliki segalanya. Apa saja yang laki-laki itu inginkan, pasti akan dengan mudah didapatkan.

"Tentang kesempatan itu—"

"Kau tidak berniat untuk menarik kesempatan itu, 'kan?" Jinan memotong cepat ucapan Lisa ketika menyadari gelagat aneh dari gadis itu.

Saat Lisa datang ke kantornya dan menanyakan perihal foto, Jinan mendesak gadis itu menjawabnya dan Lisa mengatakan, 'iya' tapi, yang Jinan lihat saat ini adalah Lisa yang ingin mengubah jawabannya.

Lisa mengumpat saat Jinan dengan mudahnya mengetahui apa yang ingin dia katakan. Terkadang, Lisa merasa kalau Jinan memiliki kemampuan untuk membaca pikiran orang lain dan itu sangat menyebalkan baginya.

Jinan menatap Lisa dengan tajam, mencoba untuk menggali ke dalam mata gadis itu guna mencari jawaban. Jinan mungkin akan gila jika Lisa benar-benar mengatakan apa yang dia pikirkan saat ini.

Sementara Lisa menatap Jinan dengan sorot mata yang melemah. Ekspresi itu, Jinan mengetahuinya dengan sangat baik dan Jinan membencinya. Baik dulu maupun sekarang.

"Oppa."

Jantung Jinan melompat dari tempatnya, darahnya berhenti berdesir dan napasnya sedikit tercekat. Jika dia sedang tidak duduk saat ini, maka Jinan pasti sudah jatuh terjungkal karena terlalu terkejut.

"Tidak," tukas Jinan. Dia mengalihkan pandangan dari Lisa seraya menyesap coffee latte-nya dengan terburu-buru. "Jangan katakan apa pun!"

"Oppa," rengek Lisa saat Jinan meresponsnya dengan keras. "Aku tidak bermaksud untuk menarik ucapanku, hanya saja ..." Mulut Lisa terkatup, mendadak dia ragu untuk mengatakannya pada Jinan, tapi Lisa harus memperjelas semuanya.

Let's [Not] Fall In Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang