Jia you(semangat)

53 8 1
                                    

"Pengumuman ditujukan kepada siswa-siswi yang mengikuti ekstrakulikuler, setelah kbm (kegiatan belajar mengajar) selesai diharapkan berkumpul di ruang yang telah ditentukan. Sekian dan terima kasih atas waktu yang diberikan".

Begitu pengumuman ditutup...

Teng teng teng...bel berbunyi menandakan waktu pulang sekolah telah tiba.

"Anak-anak, materinya dilanjutkan besok ya. Kalian boleh pulang. Yang ikut ekstra wajib diikuti."

"Ya bu." jawab satu kelas.

"Ra, Rin, ke sananya bareng ya." kata Indri.

"Ok..."

"Jia you kawan." kata Zahra melambaikan tangan.

Mereka berpisah ke ruang masing-masing yang telah ditentukan. Zahra hanya menunduk masuk ruang rohis, ia tak percaya diri akan mengikuti ekstrakulikuler tanpa seorang teman. Sejak dulu Zahra akan selalu ditemani seseorang yang dekat dengannya.

Ia duduk menempati bangku paling depan, semua bangku hampir terisi penuh hanya tersisa urutan yang depan saja.

Ekstrakulikuler ini benar-benar banyak yang nengikuti, membuat nyali Zahra menciut. Apakah nantinya ia bakal menjadi bagian dari rohis.

Tiga kakak rohis; Irfan, Diana dan Dio akan membimbing dan mengevaluasi peserta. Irfan mengevaluasi sesi baca Al-Qur'an, Diana sesi tanya jawab dan Dio sebagai penilai sikap.

Zahra tak menyangka kak Irfan juga mengikuti ekstra rohis. Padahal ia termasuk menjadi peran penting dalam osis sebagi wakil ketua, mungkin ia ijin.

"Zahra mela nur azizah" begitu mendengar namanya dipanggil Zahra hanya clingak clinguk mencari sumber suara.

"Zahra mela nur azizah,  masuk ke sesi baca Qur'an." panggil irfan kedua kalinya.

"Ya kak."

Zahra maju ke depan dengan keringat dingin. Ia tak berani menatap Irfan tepat di depannya.

"Ayo mulai Zah."perintah Irfan.

Zahra masih diam.

"Jangan malu, bisa dimulai sekarang?."

Zahra mengangguk. Ia keluarkan semua kemampuan meski sedikit tekanan. Ia memulai dengan membaca al-fatihah lalu surah al-baqarah.

"Bismillahirrohmanirrohim..alif laaamm miiim dzalikalkitabula roibafih hudallilmuttakin..."

Suara lantunan Zahra begitu mengalun lembut yang membuat hati Irfan terasa sejuk. Zahra hanya sedikit melagukan ayat itu dengan cara tartilannya sendiri. Ia memang belum pernah belajar lebih dalam, hanya belajar dari apa yang bundanya ajarkan. Karna ayah dan bundanya sebagai pengajar anak-anak kecil di musholanya.

"Kamu bisa tartil Zah?." tanya Irfan.

"Sedikit..." ucap Zahra malu-malu.

"Enak didengar kok."imbuh Irfan.

Zahra hanya bisa tersenyum, ia telah melewati satu sesi yang membuatnya tegang. Ia akan segera ke sesi kedua. Ia tak yakin dengan sesi ini karena ia tak pandai bicara.

Diana yang sedang mengecek nama selanjutnya. Ia melirik sekilas ke arah Zahra. Nama yang cantik secantik wajahnya, pikirnya.

"Hai Zahra, sudah siap?.

"In sya Allah." jawabnya berusaha percaya diri.

"Apa alasan kamu mengikuti ekstrakulikuler ini?."pertanyaan pertama dimulai.

"Saya mengikuti ekstra ini untuk menambah ilmu pengetahuan saya, meningkatkan kepercayaan diri saya dalam bersosialisasi dengan orang lain dan yang utama agar diri ini menjadi lebih baik."

Why? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang