"Alhamdulillahi ba'dama amatana wailaihinnusuur...Jam berapa sih?hah jam 6?untung aku lagi nggak sholat." kata Zahra membaringkan badannya lagi ke tempat tidur lalu menutup kepalanya dengan selimut.
"Haduh duh, hari gini seorang gadis belum bangun?patut dipertanyakan, bangun Ra." kata Luna membangunkan Zahra.
"Apa sih kak, dateng-dateng udah kaya mc aja."
"Kalo kamu gini nantinya jodohmu gimana?kalo kamu minta jodoh yang baik kamu juga harus berusaha menjadi baik."
"Ah siap kak..."kata Zahra berlari ke kamar mandi tanpa membuka matanya. Kalo nyangkut soal jodoh, ia bisa apa.
"Awas kalo di kamar mandi ketiduran...nggak bakal kakak bangunin."kata Luna sambil geleng-geleng kepala geram punya adik seperti ini. Tadinya mau kasih suprise, jadi berantakan gini lihat adiknya belum bangun.
"Nggak kangen apa sama dedek gemes ini. Baru pulang dari negeri orang malah diomelin."kata Zahra kesal seraya menuruni anak tangga ke ruang makan.
"Kangen nya nggak jadi. Lihat kamu gitu."
"Udah-udah, kalian kan udah dewasa. Masih saja bertengkar."kata Bunda melerai.
"Eh ada dedek gemes yang lain. Dedek Ara kan?ayok biar bibi gendong.Sini..."ajak Zahra
"Jak mau..."jawab Ara seraya menempel Luna.
"Kok jak mau sih, yang bener tuh nggak bukan jak, pake eng ditambah g jadinya nggak. Coba Ara bilang nggak, gitu..."
"Huaaaa..."
"Hayo lhooo, tanggung jawab udah bikin Ara nangis."kata Luna.
"Nggak mau, yang jadi mamanya siapa?."balas Zahra nggak mau kalah.
"Ya nggak gitu, yang bikin nangis siapa?."Luna juga ikut-ikutan nggak mau kalah.
"Sini-sini ama kakek, cup-cup. Mama sama bibi jahat ya ama Ara?mau kakek ceritain ngggak tentang kancil?."kata ayah seraya gendong Ara, tangis Ara pun perlahan berhenti diselingi anggukan.
"Nih ya biar kakek ceritain. Pada zaman dahulu..."
"Ra, bangun. Jangan ngelamun mulu. Siapa yang diceritain malah kamu ikutan berimajinasi."
Bunda Icha hanya tersenyum melihat mereka kumpul lagi. Itu sudah cukup membuatnya bahagia.
"Berasa nonton Si Kancil versi asli ya kak. Seneng punya ayah seperti ayah."kata Zahra
"Alhamdulillah Ra, iya."jawab Luna terharu.
"Nggak kaya kakak ya."kata Zahra sudah siap mengambil posisi pergi,
"Nih anak, bikin kesel aja. Padahal tadi bikin aku terhura, kenapa bikin sakit hati kakak kamu sih Ra. Padahal niat kakak cuma mau kamu belajar neng-nengin anak kecil nangis."
"Kak maksud aku nggak gitu, maap kalo becandanya kelebihan he he. Maap..."kata Zahra meringis merasa bersalah.
"Nggak apa-apa kok, makasih udah ngingetin. Kakak emang belum jadi orang tua yang baik. Maafin Kakak ya sering ngomelin kamu, padahal kamu udah gede."
"Ah kakak, aku tahu kok kakak sayang dan peduli sama Zahra. Zahra juga sayang sama kakak."kata Zahra memeluk Luna.
"Kak, jadi pengin ziarah. Kangen nenek."tukas Zahra sedih.
"Iya iya, ganti baju dulu sana. Kita sekeluarga nanti pergi ziarah. Nunggu bang Ardi dateng."
Zahra mengangguk.
))
"Udah Ra, jangan nangis terus. Kamu doain aja semoga nenek tenang di sana." kata bang Ardi, suami kak Luna.
"Iya Ra, ayo kita pulang."kata Luna mengelus pundak Zahra.
Setelah berziarah, kami berjalan menuju tempat parkir dan masuk mobil.
"Eh Ra, kamu kan sekarang udah lulus kuliah tuh. Bahkan lulusan dari Mesir, kenapa nggak kerja aja di sana?."tanya Luna menengok ke belakang.
"Sebenarnya aku udah ada tawaran kerja di sana sih kak. Tapi nggak mau aja, jauh dari keluarga."
"Itu kesempatan yang bagus kalo kamu mau ambil Ra. Kalo Abang jadi kamu pasti udah Abang ambil. Tapi ya terserah kamu sih."kata Ardi sambil menyetir.
"Emangnya kamu mau kerja apa?."tanya Luna.
"Penginnya sih kerja jadi penerjemah, penulis juga bisa kok. He he."kata Zahra senyum lebar.
"Oh kebetulan Abang punya kenalan. Katanya sih ada lowongan yang kaitannya dengan penerjemah bahasa. Apa kamu tertarik Ra?."
"Seriusan bang?."kata Zahra penuh takjub.
"Iya...ini kamu bisa hubungi kontaknya secara langsung, soalnya katanya sangat dibutuhkan." sambil menyodorkan ponsel.
"Oke, yang mana nih bang kontaknya?."tanya Zahra seraya membalikkan ponsel ke Ardi.
"Yang ini."
"Teman new?, ada-ada aja nih bang Ardi. Nggak sisan friend baru aja."
"Apa Ra?."
"Eh nggak kok bang. Nih ponselnya bang. Makasih."
"Hem."
"Segera dihubungi, jangan ditunda nanti malah udah direbut yang lain."kata Luna.
"Siyap kak."
))))
Lanjut kuyyy!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Why? (TAMAT)
Novela JuvenilZahra hanya diam mematung,ia akan bergerak jika ada seseorang yang akan menyemangatinya. Ia berharap seseorang akan datang melakukan itu. Tapi.... Mengapa harus dia? Mengapa? Why? Hai temen-temen...penasaran dengan kisah Zahra??? Baca dan nantikan t...