Cincin

15 1 0
                                    

Zahra menatap keluar dari mobil putih milik Fachri. Ia masih bingung, kenapa mengajak ke toko perhiasan. Ada apa ini?jangan bilang mau...

Lamunannya buyar begitu dengar suara Fachri.

"Ra, kenapa bengong. Mau turun nggak?."ucap Fachri di luar yang sudah turun dari mobil.

"Ah iya."balas Zahra membuka pintu mobil lalu ikut mengekor Fachri kemana perginya.

"Eh berhenti di bagian para cincin pasangan?."batin Zahra menjerit.

"Selamat siang kak, silahkan dipilih cincinnya."ucap penjual dengan ramah.

"Ra, menurut kamu cincin yang paling bagus mana?."tanya Fachri antusias.

Bola mata Zahra langsung berputar mengitari barisan cincin-cincin yang tersedia. Ia begitu semangat"Emm...kalo menurut saya yang ini sih kak."menunjukk cincin yang dimaksud.

"Tunggu...emangnya buat siapa kak?."tanya Zahra menengok ke Fachri.

"Emm, yang pasti orang yang spesial buat saya."

"Oh..."balasnya singkat tidak ingin menanyakan lebih jauh.

"Jadi, berapa harganya kak?."tanya Fachri ke penjualnya. Penjualnya pun menjelaskan harganya sekian.

"Eh, mahalnya atuh."lirih Zahra.

"Kak, itu nggak kemahalan?."tanyanya hati-hati, ia merasa bersalah karena yang memilihkan cincin itu.

"Nggak masalah buat saya, selagi buat orang spesial saya."jelas Fachri dengan penuh penekanan di kata spesial.

"Coba Ra, sepertinya besar jarinya sama kaya kamu."ujarnya memperhatikan tangan Zahra.

Zahra merasa salting, kenapa harus dia yang mencobanya. Kenapa nggak orang spesial itu yang diajak ke sini. Ia benar-benar bingung.

Dengan malu-malu Zahra mencobanya, dan ternyata cincin itu sangat pas dipakai tangannya.

"Jangan harap Ra, kamu yang bakal menerima cincin itu."pejam mata Zahra, lalu membuka matanya dengan menggelengkan kepala pelan. Ia pun melepas cincin itu hati-hati.

"Cocok di tangannya."lirih Fachri.

"Mba, saya pilih yang ini aja."penjualnya mengangguk, ia pun memasukkan cincin itu ke dalam kotak yang begitu klasik seperti nama tokonya. Lalu membungkusnya rapi.

"Terima kasih atas kunjungan dan kepercayaan Anda kepada toko kami."ucap penjual itu tersenyum memberikan pesanan pada Fachri.

"Makasih ya Ra, udah mau nemenin."ucapnya dalam mobil.

"Sama-sama kak, senang bisa membantu."

"Oh ya, kamu lapar nggak?."

"Nggak usah repot-repot kak. Saya udah makan tadi."ujarnya mengangkat dua jari tangan kanannya.

Selang beberapa detik, terdengar suara perut berbunyi. Dan ternyata itu berasal dari perut Zahra.

Fachri pura-pura tidak mendengar itu, namun ia ingin sekali tertawa karena melihat ekspresi malu Zahra dari bilik kaca mobil yang menggantung. Namun, Ia hanya bisa tersenyum kecil dengan ditahan tangan kanannya.

Dengan menahan malu, Zahra buru-buru angkat bicara"Suer kak, saya udah makan tadi pagi kok."ujarnya.

"Oh, ya nggak apa-apa, itu kan tadi pagi. Sekarang pasti udah lapar tuh perut."balasnya seolah menenangkan Zahra yang tengah menahan malunya.

"Sungguh malu, saya benar-benar malu. Saya malu di keadaan seperti ini. Saya malu."batin Zahra seraya menghayati seperti di sinetron a*ab.

))

"Makasih banget kak, udah ngajak makan."Zahra tersenyum.

Fachri juga membalas dengan senyuman juga.

"Eh kak, ada yang kelupaan."

Fachri mengggerakkan dahinya ke atas. Ia nggak merasa ada yang ia lupakan.

'"Apa?."

"Motor saya masih di taman hiburan kak. Hehe..."jawabnya merasa merepotkan Fachri.

"Astaghfirullah, kenapa kamu nggak bilang kalo bawa motor."

"Maaf lupa."

"Kenapa sampai bisa lupa coba. Saking senangnya ya pergi sama saya jadi lupa."

"Eh kenapa kak?."

"Tak apa."balasnya singkat, lalu menghidupkan mobil putar balik ke taman hiburan. Mungkin jika orang lain yang jadi Fachri pasti bakal marah, namun ia juga tidak tahu kenapa nggak bisa marah.

"Maaf banget kak, jadi nyusahin."

"Dari dulu emang udah nyusahin kan?."candanya.

"Maaf..."hanya kata itu yang keluar dari mulutnya, Zahra tidak tahu harus ngomong apa lagi.

"Kenapa lesu gitu?. Nggak masalah kok buat balik ke sana. Senyum dong, saya jadi nggak enak"

Zahra merasa canggung, ia pun menyimpulkan senyumannya.

"Gitu dong..."katanya melirik sekilas di kaca mobilnya. Ia pun ikut senyum.

Sesampai di sana,

"Bentar kamu tunggu di sini yah."tanpa menunggu jawaban Zahra, Fachri sudah melangkah pergi.

"Ini buat kamu..."menyodorkan ice cream rasa strawberry.

"Tahu dari mana kak Fachri kalau aku suka ice cream yang rasa strawberry..."pikirnya Zahra.

Karena harus menghargai seseorang, ia pun  menerimanya.

"Makasih kak."

"Ice creamnya tinggal dua rasa, coklat sama strawberry. Jadi saya memilihkan yang strawberry buat kamu."

"Ohhhh, iya kak. Makasih."jawabnya sambil menghabiskan ice creamnya.

"Kenapa selalu ge er gini sih aku."lirih Zahra malu sendiri.

"Pulangnya mau saya anter?."

"Nggak usah kak, makasih banget hari ini. Saya pulang duluan ya kak. Lain kali saya yang traktir kakak."ucap Zahra sambil menggunakan helmnya.

Fachri hanya mengangguk lalu senyum dengar pernyataan Zahra.

"Assalamu'alaikum..."kata Zahra memberi salam lalu pergi mengendarai motornya.

"Wa'alaikumsalam."balas Fachri, lalu bergegas masuk mobil membuntuti Zahra tanpa sepengetahuannya. Ia hanya ingin memastikan Zahra selamat sampai rumahnya.

))))









Why? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang