Merasa Bersalah

38 6 2
                                    

Selesai pembahasan, mereka berencana untuk pulang.

"Bang kayaknya mau hujan nih awannya mendung."

"Ya terus kenapa?mau nolak kalo turun hujan."balasnya terkekeh.

"Nggak bang,bang Fadli pulang duluan aja sama Diana. Kamu nggak ada yang jemput kan Na?."

"Enggak...lha terus kamu gimana?."

"Aku masih ada urusan. Nanti pulangnya aku bisa naik angkot."

"Yakin kamu nggak apa apa fan." tanya Fadli meyakinkan.

"Iya bang."

Irfan ngerasa Zahra belum pulang. Ia berjalan mencari Zahra saat di gerbang ia melihat Zahra seorang diri.

Hujan telah mengguyur tanpa memandang apapun dan siapa pun yang diguyur.

Irfan masih berdiri meskipun hujan telah mengguyur nya. Ia melihat Zahra berlari entah kemana. Irfan mengikutinya dari belakang.

Ia tersenyum dengan semua gerak gerik Zahra yang dilakukan. Apa yang sedang Zahra pikirkan yang tadi cemberut dan sekarang wajahnya ditutupi kedua tangan, apa ia sedang merapalkan doa.

Irfan berjalan menghampiri Zahra yang sedang duduk di sebuah gang mungkin ia berteduh. Irfan hanya berniat ingin membantu dengan menemaninya.

                           ))))

Entah datangnya dari mana, di depan mata Zahra ada tangan memberikan sebuah jaket hitam kepadanya.

Zahra menatap ke atas memastikan siapa yang mengulurkan tangan kepadanya.

Mata mereka bertemu, Zahra menatap bingung. Selalu saja makhluk itu muncul di saat ia genting.

"Nggak usah kak, maaf selalu ngrepoti."kata Zahra menunduk.

Makhluk itu terkekeh pelan, Zahra tahu kok ia masih dapat mendengarnya walaupun tersaingi suara hujan yang makin deras.

"Udah pakai aja, kalo nggak mau biar kakak aja yang makein."ujarnya seraya merentangkan jaketnya ke bahu Zahra.

Tapi Zahra langsung menyelesaikannya sendiri. Ia melihat Irfan membuka tasnya mengeluarkan sebuah kotak yang ia ia berikan sepulang sekolah.

"Kenapa masih utuh kak?. Katanya mau dibagikan sama kak..."

"Nggak kok kakak cuma becanda. Nih dimakan." potong Irfan.

"Kan udah diberikan sama kakak, masa saya minta lagi."

"Kan sekarang udah jadi hak kakak,terserah kakak kan mau diapakan."

"Emm ok, tapi kakak juga makan ya..." kata Zahra senyum terlihat gigi kelincinya yang membuatnya manis.

"Ternyata kamu banyak bicara juga ya..."

Zahra langsung tertunduk malu, ia berubah lagi ke posisi semula menjadi putri yang malu.

Zahra pertama kalinya ia berbicara santai dengan seorang laki-laki. Sejak dulu ia jarang berkomunikasi dengan kaum laki-laki kecuali bicara yang penting saja.

Tapi sekarang hening lagi menyisakan suara dari makanan yang mereka makan.

Beberapa menit kemudian, sebuah motor yang Zahra rasa tidak asing baginya berhenti di depan sekolah.

"Oh itu kak Luna...maaf kak saya pulang duluan. Makasih udah nemenin."

"Iya sama-sama."

"Kak Irfan nanti pulangnya gimana?."tanya Zahra.

Why? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang