Hari ini sekolah teratai suci memulangkan para siswanya lebih pagi pada jam 10 untuk mengikuti festival daerah yang diadakan oleh pemerintah daerah. Jadi untuk pergi ke sana bisa dengan keluarga atau temannya.
Zahra bangga pada sekolahnya yang bisa pengertian pada siswanya. Karena festival daerah diadakan setahun sekali di alun-alun kota dan sangat bermanfaat sekali kegiatannya, terutama pada kebudayaan yang perlu dilestarikan.
Ia memilih pergi ke sana bersama teman, karena orang tuanya tidak mau ikut dan kakaknya pergi ke sana mungkin setelah kerja. Zahra tak mau menunggunya yang mungkin saja ia malah tak bisa mengikutinya.
Di sana akan ada pertunjukkan tari daerah, seni dan musik. Ada juga bazar buku murah dan kuliner pun tak mau ketinggalan. Semua sudut alun-alun kota sudah seperti pasar malam, sangat ramai.
Zahra, Rini, dan Indri sudah memutari alun-alun mulai dari tempat pertunjukan sampai kuliner.
Zahra yang merasa lapar melihat ada yang jualan sekotak nasi, ia pun berjalan menjauhi mereka berdua tanpa memberitahu mereka.
Kumandang adzan terdengar memenuhi semua sudut kota. Tidak semua orang berhenti sejenak dari kegiatan yang sedang dilakukan, memberikan waktu sedikit saja untuk mendengarkan adzan. Itu pun hanya sebagian kecil saja yang mau melakukannya.
Banyak orang berbondong-bondong mengikuti festival ini, tapi tak berbondong-bondong juga orang yang pergi ke masjid untuk menunaikan ibadah shalat.
"Alhamdulillah sudah masuk waktu dzuhur."gumamnya sembari memasukkan sekotak nasi yang ia beli ke dalam tas.
Zahra berjalan meninggalkan tempat keramaian untuk menunaikan ibadah shalat. Langkahnya terhenti, ia ingat sesuatu. Tangannya merogoh masuk ke dalam tas, mengambil sebuah handphone.
"Rin, aku shalat dulu ya. Kita bisa ketemuan di masjid dekat sini. Bilang ke Indri juga, ku tunggu."ia mengirim sebuah pesan pada sahabatnya yang kebetulan berpisah karena Zahra mampir dulu untuk membeli sekotak nasi tadi.
Kluting...Balasan pesan masuk.
"Laksanakan komandan."bibirnya mengulas senyum. Selalu saja ada tingkahnya yang membuat ia tersenyum.
Ia melepas sepatu sandalnya untuk masuk ke masjid lalu ia mengambil air wudhu.
Tapi, ia tak membawa mukena. Pandangan matanya ia edarkan ke seluruh ruangan, sebuah lemari berada tepat di belakangnya. Ia pun meminjam mukena yang sudah disediakan.
Hanya ada beberapa laki-laki yang akan menunaikan shalat, selebihnya perempuan. Para laki-laki terlihat sedang eyel-eyelan siapa yang akan menjadi imam shalat.
Ia melihat ke keluar sebentar, terlihat Rini dan Indri sedang melepas sepatunya. Lalu matanya ia arahkan kembali ke depan.
Seorang laki-laki mengalah, lalu melangkah maju ke depan.
"Yang jadi imamnya kak Fachri, pantesan aja bacaannya fasih".kata Indri selesai shalat. Rini ikut mengangguk.
"Ha siapa?."Zahra balik nanya, memastikan Indri nggak salah menyebutkan nama.
Indri membuang napas...
"Tuh orangnya."tunjuk Indri pada seseorang yang sedang duduk memainkan ponselnya."Ah masa sih, salah liat kali kamu Ndri."jawab Zahra
"Kamu sih doanya khusyuk banget, jadi nggak lihat saat kak Fachri berbalik badan dari tempat mengimaminya."kata Rini.
Zahra memutar kepalanya untuk melihat Fachri, tepat saat itu juga Fachri sedang melihat ke arahnya dan...ia menyunggingkan senyum.
Dan satu lagiii, ia bahkan melambaikan tangan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why? (TAMAT)
Teen FictionZahra hanya diam mematung,ia akan bergerak jika ada seseorang yang akan menyemangatinya. Ia berharap seseorang akan datang melakukan itu. Tapi.... Mengapa harus dia? Mengapa? Why? Hai temen-temen...penasaran dengan kisah Zahra??? Baca dan nantikan t...