Zahra tak biasa pulang malam-malam gini. Ia bergidik takut melihat sekelilingnya tertutup gelap.
Irfan melirik spion kaca, memastikan Zahra baik-baik saja.
"Kamu sakit Zah..."memulai percakapan.
"Ng-nggak kok kak."Menutupi mukanya dengan kedua tangan.
"Jangan bilang kamu takut."ledeknya.
"S-sedikit..."katanya pelan.
"Kalo takut baca aja bismillah 3 kali, pasti baikan."
Zahra menuruti apa yang Irfan katakan. Ia mengucap bismillah berharap takutnya hilang. Benar saja ia sedikit tenang.
Setelahnya mereka hanya diam selama perjalanan. Irfan tak biasanya nggak bicara, ia heran padahal ia tipe orang banyak kata tapi di situasi ini ia hanya diam.
Suara dereman motor terdengar, bunda Zahra buru-buru keluar rumah. Syukurlah batin bunda Zahra yang melihat Zahra turun dari motor.
"Kamu tuh dihubungin kok nggak bisa, Ra. Bunda kan jadi khawatir."kata bundanya sambil memeluknya erat.
"Aku baik-baik saja kok bun, kan udah besar bisa menjaga diri Zahra sendiri. Lagian Zahra lagi ada kegiatan sekolah jadi pulang telat." Zahra meyakinkan bundanya.
"Makasih nak udah nganterin Zahra, masuk dulu yuk." ajak bunda Zahra begitu melihat seseorang di atas motornya. Irfan menstandarkan motornya lalu menyalami bunda Zahra.
Zahra melirik Irfan ragu, menunggu jawaban.
"Nggak usah repot-repot tante, udah malem."tolaknya halus.
"Ya udah makasih ya. Kapan-kapan mampir kalau gitu. Sekali lagi makasih banget nak udah jagain Zahra." tukas bunda Zahra.
"Iya tante. Saya permisi dulu tante, Zahra."
"Hati-hati kak."
Irfan mengangguk lalu menyalami bunda Zahra dan tersenyum melewati Zahra. Ia langsung mengendarai motornya akan pulang.
Ia masih memikirkan kenapa merasa jadi gugup saat melewatinya. Entahlah...Ia geleng-gelengkan kepalanya pelan sambil mengucap istighfar.
"Setan enyah kau."
))
Zahra dan bundanya masuk ke dalam rumah. Bunda masih menceramahi Zahra yang hanya ia jawab dengan anggukan.
Zahra merebahkan badanyya yang lelah. Ia beranjak menyarger hpnya yang lowbet. Sambil nunggu ia ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
"Ra,makan dulu."terdengar suara bundanya dari bawah. Zahra yang masih mandi tak menghiraukannya.
Tak butuh waktu lama untuk mandi, ia beranjak shalat isya. Setelah itu, baru Zahra menuruni anak tangga.
"Ayah belum pulang bun,tumben."kata Zahra sambil memasukkan tempe ke mulutnya.
"Mungkin setelah ngajar ada urusan penting."timpal Ica,bundanya.
"Tadi siapa Ra. Rasanya bunda pernah lihat. Sepertinya pernah ke sini."bunda penasaran.
"Nggak mungkin bun, salah liat kali."
"Namanya siapa, orang tuanya siapa, rumahnya di mana? dan...."
"Satu-satu dulu nanya nya bun,namanya kak Irfan anak dari pendiri ponpes hidayah nggak tahu nama orang tuanya siapa, tinggalnya ya di pondok itu." jelas Zahra sambil nikmati makanan tanpa melihat bundanya.
"Selesaikan dulu makan nya baru jawab. Ternyata ia sudah gede, padahal dulu masih imut-imutnya kayak Zahra."
Zahra ber-Oh saja mendengar kata bundanya. Ia tak penasaran, Zahra lebih memilih menghabiskan makanannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why? (TAMAT)
Teen FictionZahra hanya diam mematung,ia akan bergerak jika ada seseorang yang akan menyemangatinya. Ia berharap seseorang akan datang melakukan itu. Tapi.... Mengapa harus dia? Mengapa? Why? Hai temen-temen...penasaran dengan kisah Zahra??? Baca dan nantikan t...