Amat

21 1 0
                                    

Fachri tak menyadari ada gadis lain yang tengah memperhatikan dirinya senyum-senyum sendiri. Gadis itu pun sudah lama selalu mencari tahu tentang dirinya.

"Khemm..."

"Eh, Irfan. Ngapain di sini?"tanyanya salah tingkah merasa ia seperti maling habis ketahuan nyuri.

"Harusnya aku yang tanya, lha kamu ngapain ke sini?"kata Irfan mengalihkan pandangannya ke arah Fachri dan Toni yang sedang tertawa lalu masuk ke mushola.

"Ah itu...cuma, cuma mau nyari angin segar kok. Suer."katanya menunjukkan 2 jari sambil senyum.

"Duluan ya, duh panas banget hari ini."mengibas-ngibaskan kedua tangannya seraya berlalu jalan.

"Diana Diana, kalau boleh aku nggak setuju kalo kamu sama di antara sahabatku. Aku nggak mau kamu terluka."

"Dan itu udah aku rasakan, gimana sakitnya orang yang kita cintai malah sama sahabat sendiri."ia mengepuk dadanya sedih.

))

Jam Istirahat...

"Mau dong."kata Rini menyomot bakpao nya Zahra tapi ditepis tangan Zahra.

"Pelit amat sih sama sahabat sendiri, Amat aja nggak pelit."

"Nggak boleh aku cuma bawa 2, dan ini makanan kesukaanku."mengelus-eluskan bakpao yang mau dimakan.

"Harusnya tadi kamu bawa 4 Ra, kita kan juga mau kebagian."kata Rini meringis.

"Iya tuh Ra, kita ikhlas kok buat kamu 2, kita cuma kebagian satu. Hehe."timpal Indri

"Pantes aja pipi tembem kek gitu, orang tiap hari suapan gizinya bakpao."goda Rini.

"Bodo amat, terus kenapa?."balas Zahra.

"Eh eh, nggak boleh marah. Amat aja nggak suka marah-marah lho."goda Rini lagi.

"Udah ah Rin, kasian tuh Zahra manyun mulu dari tadi. Kasian juga ama Amat dibawa-bawa terus."bela Indri.

"Bener tuh. Kamu suka ya Rin sama Amat?nanti aku omonin deh. Ngomong dong dari tadi kalo topiknya mau Amat. Hihi..."balas Zahra terkekeh.

"Udah deh becandanya, perutku sakit. Amat aja nggak suka becanda. Sukanya yang serius."

Zahra dan Indri mengangkat alis, mereka saling adu pandang bergantian.

"Jadi, kamu pengin segera dilamar Amat?"jawab Zahra dan Indri antusias.

"Tuh kaaann kalian, please deh. Jangan bikin ribut. Amat aja nggak suka keributan."

Mereka pun terkekeh kembali, merasa kasian sama amat dibawa-bawa terus, padahal mereka nggak ada temen yang namanya Amat.

"Oh, ngomong-ngomong Zahra suka sama siapa ya?cerita dong Ra. Siapa tahu kita bisa bantu buat..."

"Nggak suka sama siapa-siapa kok. Hehe.."tukas Zahra

"Ya udah kalo nggak mau ngomong, kita comblangin aja Zahra. Emmm...pantesnya sama siapa ya? Oh ya, sama kak Irfan aja deh. Dia kan baik banget kalo sama Zahra. Ya nggak Ndri?."

"Ndri?kok ngelamun sih."

"Ah iya, aku mau ke toilet dulu ya."kata Indri tiba-tiba meninggalkan mereka berdua.

"Indri kenapa sih?, tiba-tiba lesu gitu mukanya." tanya Rini.

"Entahlah...mungkin capek lihat kamu ketawa mulu."jawab Zahra seenaknya, ia masih memegang bakpaonya yang dari tadi belum ia makan karena Rini ngomong terus. Selera makannya pun hilang.

"Atau jangan-jangan sama kak Fachri yang berperang terus kalo sama kamu?atau nggak sama kak Fadli yang, ah jadi kangen sama abang handsome." Kata Rini mengusap matanya yang sama sekali nggak mengeluarkan air mata.

"Apaan sih Rin, sembarangan aja kamu."

"Mereka semua terlalu baik buat aku, lebih tepatnya aku nggak pantes buat mereka." batin Zahra, ia menghela napas.

"Sekarang aku tahu, kemarin saat di masjid kenapa Zahra tiba-tiba pergi gitu aja." Selidik Rini.

"Kapan?."Zahra mencoba mengingatnya lagi.

"Lupa atau pura-pura lupa?."kata Rini.

"Itu lho Ra, saat ada festival daerah. Aku tahu karenaa kamu la..."

"Oh itu, ya terus kenapa? Kenapa kalo emang aku lari dari kak Fachri. Haduh, rasanya malu banget lagi."kata Zahra terus terang sambil menepuk jidatnya.

"Wow, jadi kamu...Eh mau kemana?."

"Udah ah males, tuh makan aja bakpao."kata Zahra pergi.

"Palingan juga ke perpus dia. Hihi...enak juga dapet bakpao ditambah lagi tahu tentang Zahra. Padahal kan aku nggak tahu dia lari kenapa, cuma mau nebak mungkin ia lapar, eh tahunya dia malah jujur."

))

"Duh Zahra, kenapa sih jadi orang keceplosan amat. Padahal kan amat aja nggak keceplosan. Tau ah, aku lelah mau tidur."

"Kenapa sih ni anak, gitu amat ngigaunya. Amat aja nggak ngigau."Kata Luna menyelimuti Zahra.

))))

Gini amat autornya, amat aja nggak gitu.

Xixixi...

Apaansih










Why? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang