Jawaban

11 1 0
                                    

"Jadi, sebenarnya yang kakak cintai itu gadis kecil itu kan?Apa kakak merasa kecewa kalau gadis kecil itu bukan saya?."tanya nya menyelidik.

"Dulu kakak waktu ngelihat foto ini rasanya seneng gitu dan sekarang masih sama sih. Jujur, begitu tahu dia bukan kamu kakak sedikit kecewa juga."

"Oke, mungkin itu wajar. Intinya hati kakak masih ragu kan ingin melabuhkan hatinya untuk siapa?."

"Tapi Ra, sebagian besar hati saya masih tetap memilih kamu. Jujur, dulu waktu bertemu kamu ketika masih sekolah. Saya sudah jatuh hati dan ingin memperjuangkan."

"Tapi kak, ini suasananya beda lagi. Dan jangan membuat keputusan yang terburu-buru kak. Dan nanti malah bakal ada penyesalan."

"Dan saya mau nanya sama kamu. Bagaimana perasaanmu pada saya, itu yang terpenting. Kalau kamu punya rasa yang sama saya bakal memperjuangkanmu. Namun jika tidak, saya akan berusaha untuk... ikhlas."

"Kak Irfan...jujur, buat saya kakak adalah orang yang paling baik dan perhatian buat Zahra. Dan kakak, sudah saya anggap sebagai kakak saya sendiri. Semoga kakak tidak marah."jawab Zahra lirih, menolak secara halus.

"Dan saya minta maaf, jika membuat kakak kecewa dan terluka."

"Pesan saya untuk kakak, lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta. Karena...jatuh itu sakit, bangun itu semangat. Dan semoga kakak bisa membangun cinta bersama gadis kecil itu kak."Zahra sedih karena telah melukai hati seseorang.

Irfan dari tadi hanya diam, Zahra tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran Irfan sekarang.

"Bentar kak, jika kakak masih menganggap saya. Zahra harap kakak masih menunggu di sini. Jika tidak, tak masalah buat Zahra."kata Zahra lalu bangkit dari duduknya meninggalkan Irfan duduk termenung.

Selang beberapa menit, Zahra kembali lagi. Dan ternyata Irfan masih setia duduk menunggunya. Zahra pun menyunggingkan senyum.

"Makasih kak, masih mau menunggu Zahra. Ini buat kakak."kata Zahra menyodorkan satu kotak ice cream rasa coklat padanya.

Irfan mendongakkan kepalanya untuk melihat Zahra.

"Ini buat kakak..."kata Zahra sekali lagi.

Seulas senyum terukir dari Irfan. Ia berusaha tegar.

"Makasih Zahra..."

"Sama-sama kak Irfan."

"Kamu pulangnya naik apa?kakak antar yah..."

"Nggak usah kak, saya bisa naik angkot kok."kata Zahra sedikit canggung.

"Kalau kamu nolak nggak mau saya antar, saya juga bakal nolak..."

"Eh mau kok kak, saya mau diantar."potong Zahra.

"Oke, ayo..."

Zahra mengikuti langkah Irfan dari belakang.

Di dalam perjalanan mereka terhanyut dalam dunianya sendiri.  Zahra yang merasa bersalah berusaha mencairkan suasana.

"Kak Irfan, esnya nggak dimakan? Nanti nyair..."

Krik krik...

"Duh kenapa suasananya jadi merinding gini."batin Zahra.

"Nih buat kamu aja..."katanya sembari menyodorkan tangannya ke belakang tanpa menoleh karena fokus menyetir.

Zahra tertawa kecil, "ng-nggak usah kak, masa udah saya berikan saya ambil lagi."

"Malu dong..."pikir Zahra.

"Saya lagi nggak mood makan."katanya yang masih setia menyodorkan ice creamnya.

"Gimana nih, terima nggak ya?terima aja deh, daripada nanti marah."batin Zahra lagi.

"Saya terima ya kak ice creamnya..."kata Zahra merasa berat hati mengambilnya.

"Aku tahu, kamu bakal menerimanya."batin Irfan bersuara.

"Kasian juga ice creamnya. Pasti dia bakal nangis kalau nggak dimakan."pikir Zahra lalu melahap ice creamnya sendok demi sendok.

"Kak, beruntung banget deh nantinya yang bakal dapetin kakak."ujar Zahra tanpa sadar.

"Terus kenapa kamu menolak, kalau udah tahu begitu."

"Upss, kenapa salah ngomong lagi. Jadi keinget yang tadi kan..."kata Zahra lirih sedikit menepuk-nepuk dahinya.

"Kan udah saya bilang, kakak udah saya anggap sebagai kakak sendiri. Kakak tahu kan, cinta tidak dapat dipaksakan."

"Buat kakak, jangan fokus pada Zahra. Tapi cobalah lirik sekeliling yang dekat dengan kakak."

"Itu kunci buat nemuin siapa gadis kecil itu kak."kata Zahra sembari melahap ice creamnya lagi.

"Apa bener ya kata Zahra?aku terlalu fokus padanya dan tidak ada niatan untuk melihat orang-orang terdekat yang ada di sekitarku."batin Irfan bersuara lagi.

))

"Akhirnya lega juga, semua uneg-uneg udah aku keluarin."kata Zahra membanting tubuhnya ke kasur.

"Eh ada yang lupa."

Zahra mengambil ponselnya lalu mulai mengetik pesan.

"Oh ya kak, buat yang terjadi diantara kita. Zahra minta biar kita saja ya kak yang tahu."

"Oke..."

Zahra bernapas lega.

"Kamu telat Ra memberitahunya..."balasnya namun hanya bersuara.

))))

Hehhhhhhh🙄

Why? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang