"Ra, kamu kemana aja sih?Kita cariin."tanya Indri yang melihat Zahra baru masuk kelas.
"Jalan-jalan..."jawabnya.
"Tau nggak Ra...ada ekstra baru, qiro'ah. Suara kamu kan bagus tuh, mau ikut nggak?."tawar Indri.
"Iya Ra, yang ngajarin duo cowok ganteng lho. Kak Irfan sama...siapa ya namanya?ah lupa."Rini berpikir sejenak.
"Oh ya...yang kemarin di perpus, yang rebutan buku sama kamu Ra..."
"Oh..."balasnya singkat.
"Kok gitu sih jawabannya?."balas Indri.
"Aku nggak mau ikut."
Rini dan Indri saling pandang.
"Nggak bisa gitu, kamu udah di daftarin. Jadi...kamu wajib mengikuti."kata Rini.
"Kapan, kenapa kalian nggak ngasih tahu aku?."Zahra memasang wajah memelas.
"Baru aja istirahat kedua lewat lima menit dari kamu. Sebenarnya sih kita mau menunggumu, berhubung harus segera dikumpulin kita sepakat menuliskan nama kamu. Hehe..."balas Indri.
"Tenang aja Indri ikut kok, ya kan Ndri?."Rini melirik Indri dan membalasnya dengan senyum.
"Jangan lupa Ra, nanti habis pulang sekolah ya."
Zahra hanya tersenyum paksa, ia lagi tak ingin bertemu dengan patung kutub.
Bel berbunyi, pelajaran telah usai.
"Ayo Ra."Indri menggandeng tangan Zahra menuju ruang yang akan dijadikan berkumpul.
Semua anggota diabsen satu persatu dengan mengangkat tangannya ke atas. Zahra pun selalu terabsen paling terakhir.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...terima kasih buat teman-teman yang udah mau datang pada kegiatan ini. Kami akan mengetes satu persatu, lalu akan kami bentuk beberapa bagian ya. Jadi jangan gugup ya..."papar sosok patung kutub itu.
Zahra tak menyangka ia bisa berubah seperti power rangers, menyesuaikan sikon. Kadang ramah, peduli, bahkan bisa-bisanya menjadi sedingin es kutub.
"Ra...jangan ngelamun, dari tadi kamu disindir sama kakak itu."Kata Indri menunjuk seseorang yang tadi membuka kegiatannya.
Zahra mengikuti arah telunjuk Indri. Zahra berdiri begitu saja seolah terhipnotis.
"Patung kutub."refleks Zahra menutup mulutnya sadar. Apa yang sedang ia lakukan sekarang?. Semua orang pun terkekeh geli melihat tingkah Zahra.
Perlahan Zahra duduk dengan membawa malunya, ia melirik Indri.
"Kamu kok ikutan ketawa sih Ndri?."bisik Zahra.
"Habisnya lucu ngelihat tingkah mu Ra. Lihat tuh kakaknya ikut ketawa."
Zahra pun mengarahkan pandangannya ke depan. Sosok patung kutub ikut tertawa???wah momen langka nih. Eh, senyumnya manis juga. Tidak tidak... ia baru saja menangkap basah senyum patung kutub itu.
Sadar dari tadi diperhatiin, Fachri menghentikan senyumannya.
"Buat Zahra yang berhasil mengalihkan perhatian, maju ke depan. Kamu mendapat seleksi pertama."Irfan memanggil Zahra.
Dengan melangkah masih menahan malu, ia maju ke depan. Ada dua kursi, di mana masing-masing kursi berhadapan langsung dengan penilainya. Ia memilih kursi dengan penilainya Irfan, padahal lebih dekat dengan kursi Fachri dari Zahra maju ke depan. Membuat Irfan salah mengartikan.
Lega rasanya ia sudah maju duluan, sekarang hanya menunggu sampai semua terseleksi.
Dan akhirnya kelompok terbagi menjadi dua. Ia satu kelompok dengan Irfan. Tapi ia tidak satu kelompok dengan Indri, tepatnya kelompok Fachri. Zahra bisa tenang ia tidak akan sering bertemu dengan si patung kutub.
Tapi, Zahra pulang pun pasti bertemu karena tujuannya satu arah.
"Zah, mau saya anterin?."tawar Irfan pada Zahra.
"Ng-nggak usah kak...kalo kakak nganterin aku, Indri gimana?."Zahra kasian padanya. Seharusnya padanya dia lakukan itu, bukan pada Zahra.
"Ah itu, maaf ya Ndri...saya lupa kalo ada kamu."Indri mengangguk saja pada gusnya. Zahra melirik Indri, ada raut kecewa yang ia pancarkan. Zahra tak begitu mengerti, kecewa nggak dianggap atau karena sikap Irfan. Ia tidak tahu persis.
"Kalo begitu saya duluan kak, assalamu'alaikum."begitu Zahra membalikkan badan ia menabrak seseorang.
Brukkk
"Astagfirullah...apa kamu baik-baik saja?."kata Fachri hendak membantu Zahra berdiri, tapi urung Zahra sudah dibantu Indri.
"Aku baik-baik saja kok." sejujurnya kakinya sedikit sakit, tapi ah sudahlah.
"Kamu harus ada pendamping Ra, jalan kamu juga begitu..."Indri angkat bicara.
"Fachri apa kamu bisa mengantarnya?."tanya Irfan.
Meskipun jika ia tidak mengantarnya, pasti akan ada di sampingnya.
"Bisa kok Fan...itu juga kesalahanku karena menabraknya. Kamu nggak usah khawatir."
"Baiklah kalo begitu, aku sama Indri duluan ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
"Apa perlu saya menuntun kamu berjalan?."
"Bukan mahrom kak."jawabnya galak.
Perempuan di depannya memang unik. Siapa juga yang mau bersentuhan, ia hanya mengetesnya.
Di antara mereka hanya hening. Hingga Zahra membuka mulutnya.
"Kenapa kakak tadi tidak bilang kalau kita satu arah."
"Tidak ada maksud tertentu kok. Maaf ya buat yang tadi pagi sama yang tadi."ujarnya masih menatap ke depan.
Zahra luluh meskipun Fachri ketika berbicara tidak menatapnya. Dunia serasa jadi miliknya, begitu bahagia.
Tidak boleh ini terjadi....tidak boleh, Zahra memegangi dadanya. Kenapa detak jantungnya tidak stabil...tidak seperti biasanya. Dia seperti merasa akan terbang walau tanpa sayap.
"Zahra...ayo naik, nanti ketinggalan."ia menepuk bahu Zahra.
"Ah, iya..."
Astagfirullah...Zahra kendalikan dirimu😠. Zahra baru menyadari, dia akhirnya menyebut nama Zahra.
))))

KAMU SEDANG MEMBACA
Why? (TAMAT)
Novela JuvenilZahra hanya diam mematung,ia akan bergerak jika ada seseorang yang akan menyemangatinya. Ia berharap seseorang akan datang melakukan itu. Tapi.... Mengapa harus dia? Mengapa? Why? Hai temen-temen...penasaran dengan kisah Zahra??? Baca dan nantikan t...