Mengapa

24 2 0
                                    

"Ra, semangat latihannya buat lomba qiro'ah nya besok ya..."Indri menyemangati.

"Iya, makasih Ndri."

"Kok aku nggak dikasih tahu sih Zahra ikutan lomba, kan aku bisa kasih support terus buat Zahra."Rini cemberut.

"Sekarang kan udah tahu. Ya udah, kasih support sekarang dong."balas Indri.

"Nggak mau, pengin nya besok aja saat hari lombanya biar spesial."

"Terus kenapa tadi ngambek?."tanya Zahra seraya terkekeh kecil.

"Ih tuh lesung pipinya nggak bisa dihilangin apa?nempel terus di pipi kananmu. Awas lho nanti bakal aku ambil kalo nggak dijagain..."kata Rini gemes seraya menyubit pipi Zahra.

"Apaan sih Rin, nggak jelas ih."timpal Zahra.

"Udah kan sayang-sayang nya. Ayo Ra, nanti keburu ditungguin."sambung Indri menatap Zahra.

"Ok, kita duluan ya Rin. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Dia akan mengikuti lomba qiro'ah tingkat sekolahan yang diadakan untuk memeriahkan kenaikan kelas. Dan masih banyak lomba-lomba yang lain. Kebetulan juga lombanya diadakan di sekolahnya, smk teratai suci.

Hari ini, hari terakhir bagi Zahra untuk latihan. Ia berharap dapat mengharumkan nama baik sekolahnya. Jika ia tidak mendapatkan juara tak apa, yang penting ia sudah berusaha semampu dia.

Tapi kenapa tiba-tiba ia merasa punya beban berat yang harus ia tanggung jika ia tidak bisa melakukannya dengan baik.

"Kak apa boleh saya mengundurkan diri, saya merasa belum layak. Saya bisa diganti kak Irfan atau kak Fachri yang sudah berpengalaman. Atau juga bisa Indri kak."katanya pelan.

"Nggak bisa Ra. Kakak udah kelas tiga, mumpung kamu masih kelas dua jangan sampai kamu melewatkan kesempatan yang ada Ra."tutur Irfan.

"Iya Ra, kamu kok ngomongnya gitu sih Ra. Kamu tuh bisa, percaya deh." balas Indri.

"Apa kamu menyerah begitu saja?kamu udah luangin waktu, tenaga, dan pikiran hanya untuk latihan. Kita di sini punya harapan sama kamu. Tapi terserah keputusan ada di dirimu."papar Fachri bangkit dari tempat duduk lalu pergi begitu saja.

Semua diam setelah Fachri mengatakan itu. Seperti senapan meluncur tepat di hati Zahra. Rasanya sakit...Tapi ia sadar, Fachri benar. Ia sudah sampai sini. Ia nggak boleh pesimis.

Hari di mana lomba berlangsung telah tiba. Panggung sudah berdiri tegak siap menerima para peserta dari setiap perwakilan sekolah. Sekitar 15 siswa terpajang di belakang panggung.

Para penonton pun sudah mengelilingi lapangan indor ingin menyaksikan penampilan para peserta.

Empat juri juga sudah duduk manis siap menilai penampilan mereka. Tepukan tangan dari penonton menandakan telah dimulai. Mc membawa acaranya dengan sangat baik menyambut peserta pertama untuk segera maju ke depan panggung.

Zahra yang mendapat nomor dua terakhir, merasa nyalinya menciut. Semua peserta sangat bagus dalam menampilkan keterampilannya.

Tepukan penonton selalu menggema setelah setiap peserta menampilkan bakatnya di ruang indoor.

Kini tiba gilirannya. Kegugupan telah menguasai dirinya, keringat dinginnya pun sudah membasahi tubuhnya.

"Ya Allah kuatkan hamba...hamba tidak ingin mengecewakan mereka."Ia memejamkan matanya.

Zahra hanya diam mematung, ia akan bergerak jika ada seseorang  yang akan menyemangatinya. Ia berharap seseorang akan datang melakukan itu.

Para penonton pun bingung, kenapa qiro'ahnya tidak segera ia mulai. Irfan yang berada di tengah-tengah para penonton juga khawatir, takut kejadian saat Zahra pingsan terulang lagi.

Why? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang