Menikah?

16 1 0
                                    

Hari ini sepulang kerja Zahra akan menginap di rumah kakaknya. Karena menuruti keinginan kakak tercinta, ia pun mengiyakannya. Tidak cuma kali ini Zahra menginap dan ia sudah menganggap rumah kakaknya seperti rumah ia sendiri.

Sesampainya ia langsung menuju kamar tamu untuk rebahan sebentar karena penat. Sebenarnya kakaknya sering mengingatkan Zahra jika pulang kerja untuk mandi terlebih dahulu, baru terserah mau ngapain aja. Namun kali ini Luna membiarkannya.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

"Ra, bukain pintunya. Kakak lagi mandiin Ara."suruh kakaknya dari kamar mandi.

"Hemm..."

Dengan langkah malas, ia melangkahkan kakinya untuk membukakan pintu.

Ceklek, begitu bunyi pintu yang telah dibuka. Matanya yang sedikit sayup karena kelelahan menyala kembali seperti lampu yang baru saja dihidupkan, begitu tahu siapa tamu yang datang. Zahra merasa ada energi masuk ke dalam tubuhnya dan entah kenapa kepenatan itu pun hilang.

"Zahra?..."kata tamu itu kaget. Pikirannya pun traveling kemana-mana.

"Kamu sudah menikah, Ra?."
"Kamu istri pak Ardi?."
"Sejak kapan kamu menikah, Ra. Kamu sudah punya anak?."

Pertanyaan-pertanyaan itu muncul begitu saja tanpa permisi di benaknya. Ia bakalan syok nantinya jika pertanyaan itu jawabannya iya.

"Eh, kak Fachri. Temanya bang Ardi ya? , Silahkan masuk."kata Zahra mempersilahkan masuk.

"Iya."

"Mau minum apa kak?. Teh?, kopi?".
"Kak, kenapa bengong?."kata Zahra sembari mengayunkan tangannya untuk menyadarkan Fachri.

"Eh, e terserah kamu aja."jawabnya gugup.

"Emm, teh aja gimana?."

"Boleh..."balasnya.

"Tunggu sebentar ya kak."kata Zahra pergi tanpa menunggu jawaban Fachri. Namun Fachri tetap membalasnya dengan anggukan kepala meskipun Zahra tak melihatnya.

"Siapa Ra?."tanya Luna yang tengah selesai memakaikan baju Ara.

"Temannya bang Ardi kak."kata Zahra sambil mengaduk-aduk tehnya. Lalu pergi menuju ruang tamu.

"Silahkan kak..."katanya seraya menyuguhkan secangkir teh.

"Ah, makasih."katanya lalu menyeruput minuman yang disuguhkan Zahra.

"Manis, seperti yang buat."batinnya. Namun, ia menggelengkan kepalanya. Ia tak boleh begini, Zahra sudah ada yang punya.

"Oh ya Ra, boleh nanya sesuatu?."

"Nanya apa?."

"Kamu, kamu udah me..."

"Eh pak El ya?."kata Luna tiba-tiba seraya menggendong si kecil Ara.

"Iya mba."

"Bang Ardi belum pulang, kayaknya bentar lagi pak. Tadi dia bilang nanti bakal ada tamu, jadi disuruh nunggu sebentar."

"Oh iya nggak apa-apa mba. Panggil nama aja mba, saya jadi malu. Saya masih single loh mba."

"Uhuk..."Zahra yang mendengar Fachri bicara seperti itu entah kenapa ingin sekali batuk, ia tak percaya akan hal itu.

"Ya udah saya panggil mas El aja."

"Boleh kok mba. Maaf...ngomong-ngomong mbaknya siapanya Zahra ya kalau boleh tahu."tanya Fachri ingin tahu.

"Saya ini kakaknya Zahra dan bang Ardi..."Luna berhenti bicara karena ada seseorang datang mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsalam, eh bang Ardi dah pulang."ucap Luna mencium tangan Ardi.

Fachri yang melihat perilaku mereka, akhirnya tahu siapa yang jadi istrinya. Senyumnya pun terukir di bibirnya. Harapannya tak jadi hilang.

Masih ada harapankah ???

))))

Why? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang