Suprise Katanya

13 1 0
                                    

"Zahra..." Panggil seseorang dari seberang telepon.

"Eh iya Pak, ada yang bisa saya bantu?."jawab Zahra seraya mengetik dengan satu tangan.

" Emm... nanti setelah pekerjaanmu selesai, Saya minta tolong sama kamu buat nemenin Naila memastikan desaign baju pengantinnya. Kamu bisa nggak?."

"Kenapa nggak sama Pak Fadli saja, ini kan hal yang paling penting."batin Zahra.

"Saya ada rapat nanti, jadi gimana?." balasnya seolah tahu yang Zahra tanyakan.

"Setelah ini saya nggak ada acara kok pak, jadi insyaallah bisa."

"Ok makasih Ra, nanti Naila ke sini kok."

"Iya sama-sama pak."

))

"Duh mana sih mba Naila, aku keburu ngantuk nih. Huaaaa." kata Zahra sendiri sambil menutup mulutnya yang membuka.

"Hei..."kata seseorang menepuk pundak Zahra pelan.

"Hiyaaaa..." Zahra langsung memasang kuda-kuda layaknya siap bertarung.

Naila hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah Zahra.

"Masyaallah mba Naila...suka banget ya ngagetin orang. Untung jantung saya nggak copot."ujar Zahra memegangi dadanya.

"Iya iya maaf, kamu tambah cantik aja Ra."katanya sambil merangkul pundak Zahra diselingi jalan menuju mobilnya.

"Mba Naila juga kok, banget malah."jawabnya.

"Biasa aja, eh makasih banget lho mau nemenin mba."

"Nggak apa kok mba. Ngomong-ngomong kenapa nggak sama pak Fadli aja mba, kan ini moment-moment kalian berdua."

"Ya sebenarnya penginnya gitu, berhubung dia ada acara sama pihak desainernya bisanya hari ini, ya mau gimana lagi."

"Oh gitu ya, hemm Pak Fadli bakalan jadi penasaran nih saat mba memakai gaun pengantin nantinya. Apa mungkin bakalan terpesona saat mba Naila muncul seperti di film-film gitu mba?."

Naila hanya menyunggingkan senyum melihat Zahra berekspektasi.

))

"Gimana Ra?cocok nggak?."

"Bentar, Aku lihat dulu."mendekati Naila lalu mengitarinya.

"Bagus kok mba."

"Tapi menurut aku terlalu glamour, aku nyoba yang lainnya dulu."

"Kalo yang ini gimana?."

"Bagus mba, cocok banget sama mba. Terlihat anggun. Tapi, mba nyaman nggak?."

"Hemm, nyaman kok. Ya udah ambil yang ini aja gaunnya." Kata Naila lalu membalikkan badan ke ruang ganti.

"Tunggu jangan dilepas dulu mba, mau Selfi dulu dong mba."kata Zahra meringis.

Naila menggelengkan kepala lalu ikut juga meniru gaya Zahra.

"Udah kan?mba mau ganti dulu. Tunggu ya."

"Siyaapp..."

Zahra kembali duduk memainkan ponselnya melihat foto yang diambil tadi. Beruntung sekali Naila bisa mendapatkan orang seperti Fadli, Zahra beristighfar ia nggak bolah iri.

Tring tring tringg...

Zahra menengokkan kepalanya ke ponsel yang berbunyi.

"El..."baca Zahra di ponsel Naila, ia mengangkat satu alisnya lalu kembali memainkan ponsel miliknya.

Tring tring tring...ponselnya kembali berdering.

"Angkat nggak ya? Biarin aja deh nggak usah." Zahra kembali memalingkan kepalanya lagi dari ponsel Naila yang berdering.

Tring tring tring...ponsel berbunyi yang ketiga kalinya.

"Ih ganggu aja sih..."

))

" Apa aku jemput aja, katanya bang Fadli nggak bisa nemenin kasian kan dia sendirian. Tapi aku baru saja sampai rumah."lalu ia pun memutuskan pergi ke butik.

"Kok nggak diangkat sih Nai, aku udah di butik nih. Apa aku masuk aja."

Tring tring tring...ponsel berbunyi yang ketiga kalinya.

"Ih ganggu aja sih..."kata Zahra mengambil ponsel Naila.

"Halo..."

"Iya halo..."

Tunggu, kenapa Zahra mendengar suara penelpon terdengar jelas sekali.

"Maaf mba Naila lagi di.."
Zahra membalikkan badan.

"Lagi di butik."jawab Zahra mengecilkan suaranya karena kaget. Seorang laki-laki muncul dengan memakai sweater hitam, kacamata hitam dan tak lupa juga terlihat cool.

"Kenapa dia ada di sini? Oh iya lupa, dia kan kenal Naila. Tak heran dia bisa sama Naila."batinnya seraya melihat ekspresi  Zahra yang kaget.

Klekk, suara knop pintu terbuka.

"Eh kamu kapan pulang, kok nggak ngabarin dulu toh."tanya Naila seraya mendekatinya.

"Suprise dong..." jawabnya mengangkat kedua tangannya sejajar dengan pinggang.

"Apaan sih nggak lucu tahu."balas Naila mencubit lengannya.

"Kenapa cewek kalau nyubit sakit sih."ia mengelus lengannya yang dicubit. Hanya suara tawa Naila yang mengiringi keluhan laki-laki itu.

"Mereka berdua seenaknya aku dikacangin, malah asyik ngobrol berdua."batin Zahra.

"Khemmm..."

"Duh maap Ra, kamu jadi dilupain. Oh iya, kenalin Ra dia sepupu aku.
Ngomong-ngomong dia juga kuliah di Mesir bareng kam-

"Kenalin saya El..."ia buru-buru memotong Naila lalu menyunggingkan senyum ke Zahra. Menunggu respon Zahra, apa dia masih mengenalinya?Sudah berapa tahun Zahra tak bertemu dirinya, tapi El alias Fachri sangat tahu tentang Zahra.

"Oh kirain siapa kok akrab gitu, ternyata sepupunya. Salam kenal juga, saya Zahra." balas Zahra menganggukkan kepalanya.

"Masa dia nggak ngenalin aku sih, apa hanya karena penampilanku yang beda?." Fachri mengernyitkan dahi." Tapi nggak apa sih, kapan-kapan deh kasih suprise."batinnya menenangkan diri.

"Kalau gitu ayo pulang, kamu ke sini pake apa El?."

"Motor Nai, kalian pulang aja dulu. Aku masih harus ke bengkel dulu."katanya lalu melangkah pergi.

"Ok, yuk Ra. Kamu mampir rumahku dulu mau nggak?."ajak Naila sambil jalan keluar butik.

"Nggak usah mba, makasih. Mba antar aku di tempat kerja aja, motorku masih di sana."

"Tunggu-tunggu...kak Naila bilang tadi dia sepupunya yang namanya El, berarti kak Fachri dong? Dia kan namanya Fachri Hasan El Hamdani..."pikir Zahra seraya berjalan mengikuti Naila dengan penuh tanda tanya.

))))





Why? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang