Titipan

13 1 0
                                    

"Pak Fadli, selamat ya udah berkeluarga. Semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warohmah. Jaga mba Naila ya pak. Beruntung pokoknya dapetin mba Naila."kata Zahra memberi selamat pada Fadli dengan menelungkupkan kedua tangannya.

"Makasih Ra, makasih juga buat kemarin yang udah nemenin Naila."kata Fadli senyum.

"Sama-sama pak, senang bisa membantu pak Fadli sama mba Naila juga kok."timpal Zahra.

"Selamat menempuh hidup baru ya mba Nai, Zahra ikut bahagia mba. Nggak nyangka mba sama pak Fadli. Jodoh ada di depan mata ya mba."Zahra memberi selamat pada Naila lalu memeluknya penuh haru.

"Iya makasih Ra, kalau udah jodoh nggak akan kemana kok. Semoga kamu juga cepet nyusul yah."jawabnya tersenyum jail.

"Amin aja deh mba."

"Amin..."

Semua tamu yang datang pun memberikan selamat lalu mengabadikan moment terindah ini dengan foto bersama pengantin secara bergantian.

Yang sudah selesai foto pun turun dari panggung untuk menikmati hidangan yang telah disajikan.

"Sar, Sarah..."Zahra mencolek pundak seseorang yang sedang duduk di depannya.

"Eh, Siapa ya?."tanya Sarah dengan sedikit membalikkan badannya.

"Ih kamu pura-pura kan?...masa lupa sama aku."

"Serius, aku nggak ingat. Siapa sih mba?."tanya Sarah balik nanya.

"Coba ingat-ingat lagi, ih parah kamu Sar. Sama teman sepondok, seatap, seiman, sekamar, senampan lagi...masa kamu lupa."jawab Zahra kecewa.

"Zahra? Bener kan?.." kata Sarah sedikit menggoyang-goyangkan badan Zahra.

"Iya, ini aku. Masa sih, emang perubahan aku drastis banget apa?sampai kamu hampir lupa coba."

"Ih siapa coba yang nggak lupa, udah berapa tahun nggak ketemu. Sekarang tambah cantik, berisi, pipi tambah chubbyy begini. Siapa yang nggak lupa atuh."

"Nyatanya aku ingat atuh sama kamu..."

"Ya iyalah, orang aku punya hidung mancung kek Pinokio. Mana ada orang lupa sama aku."kata Sarah mngelus-eluskan hidungnya sembari tersenyum.

"Iyalah percaya yang hidungnya mancung."timpal Zahra yang ikutan mengeluskan hidung mininya. Dan ia baru sadar kalau hidungnya memang minimalis.

"Becanda-becanda...duh kangen deh sama Zahra yang manis ini."peluk Sarah tiba-tiba.

"Aku juga kangen sama kamu. Hiks hiks..."Zahra balas memeluknya.

"Udah ah Sar, malu tahu diliatin orang. Kita malah bikin drama gaje di sini."bisik Zahra melepaskan pelukannya.

"Iya juga sih, nggak nyangka ya Ra kita bisa ketemu lagi di sini."

"Iya bener banget, Sar. Aku minta nomor ponselmu dong biar kita bisa saling komunikasi."kata Zahra menyodorkan ponselnya.

"Oke siapp, nih udah. Eh aku duluan dulu yah. Obrolan kita lanjutin nanti. My honey udah calling-calling nih. Dah.."Sarah menyodorkan kembali ponselnya lalu melambaikan tangannya pergi.

"Dah juga..."

"Aku kenapa masih jomblo-jomblo aja ya..."

))

Zahra bangkit dari tempat duduknya bermaksud untuk pulang dari acara pernikahan Naila dan Fadli. Tapi, seseorang memanggil namanya. Zahra pun memutar pandangannya mencari sumber suara yang memanggilnya.

Zahra kaget, ia pun memastikan dirinya yang dipanggil.

"Saya?..."kata Zahra menunjuk dirinya sendiri.

Orang itu mengangguk.

"Kak Fachri ya?."

"Iya, eh ini ada titipan dari Naila sebagai ucapan terima kasih katanya."

"Padahal dari aku sendiri ."batin Fachri.

"Ohh, makasih kak. Kenapa kemarin nggak bilang kalau kak El itu kakak. Mau ngerjain saya ya kak."kata Zahra seraya menerima sebuah bingkisan.

"Emang saya harus bilang kamu ya?El kan emang nama saya, nggak salah dong kalau saya ngenalin diri dengan nama El?."jawabnya sambil mengangkat alis lalu senyum.

"Iya juga ya kak...ya udah saya permisi dulu. Makasih bingkisannya."balasnya sedikit salah tingkah.

"Eh mau saya anter?."

"Nggak usah kak, makasih. Saya bawa motor sendiri kok."

"Ohh gitu...hati-hati di jalan. Jangan sampai ngelamun ya."

"Nggaklah, nggak ada hal yang saya lamunin."

"Mungkin saya?..."

Zahra hanya bisa tersenyum membalasnya. Ia merasa perlakuan Fachri sedikit berbeda dari yang dulu, yang begitu cuek. Yah meskipun masih menyebalkan juga.

"Waktu terus berjalan, apa salahnya ada perubahan pada seseorang selagi perubahan itu menuju ke hal yang baik."kata itu muncul begitu saja dari bibirnya melihat kepergian Zahra seolah tahu apa yang ada di pikiran Zahra.

"Kalau kamu itu nggak berubah Ra, menurut pandanganku."ungkapnya lagi.

))))

Ho ho ho...










Why? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang