"Apa kabar Ra?."
Zahra masih mematung.
"Ok, karena mood saya masih baik. Saya bebaskan kamu dari hukuman."katanya sembari menyilangkan kedua tangannya.
"Terima kasih pak, terima kasih banyak. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi."jawab Zahra menghela napas, ia beruntung.
"Saya akan ingat janji kamu, kamu harus pegang itu."
Zahra mengangguk. Ingatannya melayang ke beberapa tahun yang lalu. Di mana Zahra jadi siswa dan Fadli jadi guru sementara, tepatnya kakak ppl. Dan sekarang ia jadi bawahannya. Ohhh...apakah ini jodohh?Zahra ragu, ia menggeleng pelan.
"Ini kamu harus menerjemahkan buku ini, dalam waktu seminggu harus selesai."
"Baik pak, kalau gitu saya permisi."Zahra membungkukkan badan lalu melangkah pergi.
"Tunggu..."
Langkahnya terhenti. Zahra membalikkan badan.
"Ya pak?."
"Nanti jam istirahat temui saya di kafe kantor."
"Eh, iya pak."Zahra melangkah pergi tak terlalu memikirkan itu.
))
"Duh kepalaku...istirahat dulu deh."Zahra mengangkat gelas air putih lalu meminumnya.
Ia meluruskan kakinya, tak lupa menekan jari-jarinya. Sudah beberapa jam ia mengetik.
"Ah capek juga."Zahra termenung, lalu ingat sesuatu. Ia langsung bangkit dari kantornya.
"Maaf pak telat, udah lama nunggu ya pak?."
"Ah iya, silahkan duduk."
"Kebiasaan, dari dulu nggak berubah."kata Fadli pelan."Apa pak?."Zahra mengangkat alis
"Ah nggak apa-apa. Mau minum apa?."
"Nggak perlu repot2 pak, saya tadi udah minum kok."Zahra mengulas senyum.
"Udah nggak pa pa, permisi mas. Pesen jus alpukat 2 ya mas."
Baik juga nih orang, jadi inget lagi kejadian dulu Zahra sering membuat masalah dengannya. Zahra hanya merasa bersalah. Jangan baper Ra, ia geleng2 kan kepala.
"Kenapa Ra?kamu sakit?."
"Nggak kok pak. Jadi, bapak manggil saya ke sini ada perlu apa ya pak?."
"Pengin ngobrol aja. Jangan panggil pak kalo nggak lagi di kantor, panggil saya mas aja. Saya belum menikah."
Mas?rasanya berat nih bibir buat manggil mas.
"Terus kenapa kalo situ belum menikah?nggak ada kaitannya dengan saya."batin Zahra.
"Ini kan masih termasuk di kantor pak, lagi di kafe kantor."
"Kan lagi nggak kerja."
"Pak, saya boleh tanya sesuatu? tapi bukan tentang pekerjaan."
"Boleh2 aja."
"Emm...kak Irfan sama bapak saudara ya?."tanya Zahra hati-hati. Ia dari dulu penasaran.
"Ohh soal itu, iya saudara tapi nggak sekandung. Saya kakak angkatnya."
Zahra menanggapi dengan anggukan.
"Ini pak minumannya."
"Terima kasih mas."balas Fadli dan Zahra bersamaan.
"Oh ya, gimana kesan kerja di sini?."
"Biasa aja sih pak. Masih beberapa jam kerja di sini, jadi belum kerasa gimana gitu."
Tapi nih orang nggak complain aku panggil pak lagi.
"Semoga kamu betah di sini, yang pasti jangan patah semangat ketika ada kerjaan."
"Ah iya pak, makasih supportnya."
"Kak Fadli dari dulu nggak berubah, masih sama perhatiannya."batin Zahra"Kenapa pak, kok ngeliatin saya terus?. Apa muka saya ada yang salah?."tanya Zahra, nggak biasanya Zahra jadi berani gini, yang dulunya malu. Mungkin efek dari kuliah yang harus berani dan aktif. Sekarang ia sudah berubah, yang pasti ke yang lebih baik.
"Jujur, saya pernah menaruh hati pada mu Ra. Pernah menganggap kamu bakal jadi milikku. Tapi saya sadar, kamu bukan untukku. Dan sekarang hati saya udah ada yang lain. Maaf jika dulu pernah menyukaimu."
Sebuah susunan kata yang sudah ia rangkai, namun tersangkut di tenggorokan. Fadli tak mau nanti mengganggu kerjanya di kantor jika ia mengatakannya.
"Pak Fadli, ponselnya bunyi..."Panggil Zahra seraya menatap ponsel Fadli di depannya.
"Bentar ya, saya angkat dulu."
"Oh silahkan pak."kata Zahra mengaduk-aduk minumannya, memikirkan nama yang tertera di ponsel Fadli. Zahra nggak asing dengan nama itu. Yang jelas nama perempuan.
"Saya harus pergi dulu ada kepentingan. Itu minumannya udah saya bayar. Oh ya, ini ada undangan buat kamu. Maaf saya tinggal, assalamu'alaikum."
"Iya pak nggak apa-apa, wa'alaikumsalam."katanya menerima sebuah undangan pernikahan.
"Fadli dan Nayla..."Zahra mengernyitkan dahi. Ia agak terkejut sih dan menurutnya mereka pasangan yang cocok, sama-sama baiknya. Intinya wanita yang baik untuk laki-laki yang baik juga.
Dan jujur ia dulu pernah baper. Zahra menyanggah, tapi hanya sedikit kok. Jadi, Zahra hanya merasa kehilangan seseorang yang dia anggap sebagai seorang kakak.
Seorang kakak yang dulunya perhatian. Dan mungkin kedepannya tak lagi, karena nanti semua perhatiannya untuk seseorang yang jadi pasangannya.
Kenapa Zahra merasa sedikit perih?
))))
😗💨😤

KAMU SEDANG MEMBACA
Why? (TAMAT)
Teen FictionZahra hanya diam mematung,ia akan bergerak jika ada seseorang yang akan menyemangatinya. Ia berharap seseorang akan datang melakukan itu. Tapi.... Mengapa harus dia? Mengapa? Why? Hai temen-temen...penasaran dengan kisah Zahra??? Baca dan nantikan t...