8. Setia Padanya

86 9 3
                                        

"Kau tau, menjaga perasaan itu tak mudah. Setiap hari aku selalu mencoba mengindahkan egoku yang tak mau patuh. Mengalihkan pikiranku agar aku tak berdosa memikirkan itu. Dan saat ini aku berada di ujung penantian kepadamu. Kuharap penantianku selama ini kau balas dengan kebahagiaan yang kau janjikan dulu"
🍁🍁🍁Adhya Sinta🍁🍁🍁

🍁

Baru saja Rima sampai di apartemen. Setelah tadi ia jalan-jalan di taman dekat apartemennya. Dan juga ia baru menolak lamaran jarak jauh tadi. Rima berharap keputusan yang ia ambil itu tepat. Namun hal itu membuat perasaan resah timbul di hati Rima.

Setibanya di sana, ada Agnes yang tengah berkutik dengan laptopnya. Dengan kacamata yang membingkai matanya itu membuat Agnes terlihat tambah cantik.

Rima merebahkan tubuhya di sofa. Agnes hanya melihat sekilas Rima.
"Ada masalah ya?" tanya Agnes.

Rima menghela nafas. "Keliatan banget ya?" tanyanya lesu.

Agnes tersenyum, lalu menghentikan fokusnya ke laptop dan beralih menatap Rima yang tengah memejamkan mta.
"Kamu itu kalo lagi pusing, binggung, atau gimana gitu. Keliatan banget dari muka kamu yang lesu itu" ujar Agnes.

"Masalah perusahaan lagi? Mungkin aku bisa bantu" ujar Agnes menawarkan bantuan. Memang selama di London Agnes dan Rima saling membantu.

Rima menggeleng lemah. "Bukan. Perusahaan lagi baik kok".

Agnes mengangguk paham. "Jadi ini masalah pribadi" ujar Agnes yang mendapat anggukan dari Rima.

"Kalo ada masalah kamu butuh temen curhat jangan sungkan cerita. Kalo kamu mau cerita aja tapi. Jangan disimpen sendiri, itu berat kamu nanti keberatan" ujar Agnes diselingi gurauan.

Rima terkekeh melihat Agnes. "Iya Nes, nanti aku minta bantuin kamu ngangkatnya biar nggak berat".

Agnes tertawa. "Oke,, siap".
Bukannya Rima tak percaya pada Agnes, tapi ia rasa keresahannya ini pasti akan hilang seiring berjalannya waktu.

Rima pun pamit ke Agnes masuk ke kamar. Ia akan berganti baju. Namun belum sempat ia ganti baju. Ponselnya yang baru ia letakkan di atas nakas berdering.

Senyum terbit kala ia melihat nama yang terter di layar ponselnya.
"Assalamualaikum sayangku" ucap Rima mendekatkan ponsel ke telinga.

"Waalaikumsalam, ihh apaan sih kamu pake sayang sayangan" protes Najwa dari sebrang sana.

"Hehe, emang kenapa sih. Dulu aja biasa aja aku panggil gitu". Rima merebahkan tubuhnya di ranjang. "Ow iya aku lupa, kan kamu udah nikah. Jadi udah ada orang lain yang manggil sayang" Rima terkekeh.

"Iya terus aja godain aku. Aku ikhlas kok, silakan lanjutkan" jawab Najwa terdengar kesal. Rima senang sekali mengganggu sahabatnya ini.

"Ow iya, gimana lamarannya? Kamu terima?".
Seketika Rima yang tersenyum langsung merubah ekspresi wajahnya serius.

"Emm, kamu pasti udah tau ya kalo Ilham mau ngelamar aku?" tanya Rima. Pasalnya Reza tadi ada bersama Ilham. Jadi, Rima duga Najwa pasti tau.

"Hehe iya. Maaf ya Rim aku nggak ngasih tau. Ow ya, aku sebenernya nyembuiin sesuatu dari kamu" ujar Najwa.

Rima gagal paham. "Maksudnya?".
"Sebenernya setelah acara resepsi pernikahanku. Ilham itu sering nanya tentang kamu ke Reza dan aku. Dia nanya-nanya tentang pekerjaan kamu, gimana kamu dimata kita, dan yang pasti dia nanya. Kalo kamu itu udh ada yang ngelamar apa belum" ujar Najwa.

"Aku rasa kamu cocok sama dia. Dia baik dan soleh. Ganteng juga, pas kmu cantik dia ganteng" lanjut Najwa.

Sebuah fakta Rima simpulkan. Bahwa Ilham menyukainya sejak mereka bertemu di resepsi itu. Dan itu yang membuat Ilham dengan niat baik melamar Rima.

"Rim, kok diem?" tanya Najwa yang tak mendengar suara Rima.
"Eh maaf Wa".
"Jadi kamu terima nggak Ilham?". Najwa menunggu.
"Nggak Wa, aku nggak bisa terima Ilham" ujar Rima.

"Loh jadi kamu tolak" Najwa terkejut. Yang diikuti dehem Rima mengiyakan. "Kenapa?" tanya Najwa.
"Karena...sebelum Ilham ada pria lain yang sudah lebih dulu melamarku" jawab Rima. Dan Najwa dibuat tambah terkejut.

"Haahh, kok kamu nggak pernah bilang ke aku Rim?".
"Maaf, memang aku belum ngasih tau yang lain. Baru keluarga aja yang tau. Niatnya setelah aku terima lamaranya baru aku kasih tau yang lain" ujar Rima.

Tak ada sahutan dari Najwa sejenak membuat Rima harus melihat layar poselnya. Masih tersambung.
"Ihh belibet. Jelasin" protes Najwa yang masih binggung dengan perkataan Rima.
Rima menghela nafas sebelum mulai bercerita.

"Jadi gini. Sebulan yang lalu ada seorang pria dateng kerumah sama orang tuanya. Dia--"
"Namanya?" sela Najwa.
"Namanya Irsyad Alkahfi. Dia dateng ngekhitbah aku. Dan waktu itu aku binggung mau jawab apa. Soalnya dia itu temen SMA aku, dan aku sempet naruh rasa ke dia dari SMA. Terus--"

"Kok kamu nggak pernah cerita. Irsyad yang mana lagi? Aku temen SMA kamu lo, kok aku nggak tau" lagi-lagi Najwa menyela perkataan Rim. Yang membuat Rima menggelengkan kepala.

"Makannya dengerin dulu. Ini mau aku ceritain. Diem dulu" ujar Rima yang diiyakan oleh Najwa.
"Kamu mungkin nggak kenal dia. Karena memang dia itu beda kelas. Dia kelas IPA. Aku nggak kasih tau karena dulu aku pikir itu cuma rasa kagum aja. Ternyata rasa itu terus ada sampe sekarang"

"Dan ternyata perasaan itu nggak sia-sia". Rima tersenyum mengingat saat hari kelulusan itu
"Nggak sia-sia gimana ya? Kok aku nggak maksud sih dari tadi" ujar Najwa binggung.
"Hemm, maksudnya penantianku dari SMA sampe sekarang InsyaAllah nggak sia-sia buat dia" jelas Rima.

"Jadi kamu udah nunggu dia dari dulu?".
"Ya bisa dibilang begitu. Terus waktu dia ngekhitbah itu, aku minta waktu buat jawab. Aku mau minta petunjuk dari Allah. Dan dia setuju. Dia ngasih waktu sebulan buat aku, berhubung dia juga seorang tentara pesawat tempur. Dia harus kembali bertugas ke luar negeri selama sebulan. Saat dia balik nanti, dia mau denger jawabanku langsung. Insya Allah sesuai janji dia, tanggal dua puluh dia pulang" jelas Rima.

Najwa ber'oh' paham. "Jadi apa selama ini kalian selalu kabar-kabaran apa nggak?".

"Nggak Wa, aku takut malah tambah kepikiran dia dan nambah dosa. Tapi aku sempet tanya kabar Irsyad ke Ibunya. Dan lima hari yang lalu ibunya bilang Irsyad baru ngabarin dan keadaannya baik" ujar Rima.
"Kamu setia ya dari dulu nunggu?" Najwa berdecak kagum dan heran tak menyangka sahabatnya itu mengalami hal itu. Kesetiaan sahabatnya kini tengah diuji oleh Allah. Apakah Rima bisa terus setia atau akan berhenti di tengah jalan.

"Hehe, Insya Allah aku mencoba untuk terus setia selama ada harapan untukku" sahut Rima tersenyum.
"Semoga apa yang kamu piih itu bisa buat kamu bahagia Rim. Aku selalu mendukungmu" ujar Najwa.

"Makasih Wa, kamu selalu dukung aku". Rima gembira pasalnya sahabatnya ini selalu ada untuknya dan selalu medukungnya.
"Ehhh, kayaknya Reza udah pulang deh. Udah dulu ya Rim, nanti lanjut lagi" ujar Najwa pamit.
"Oke, Assalamualaikum" seru Rima.
"Waalaikumsalam".

Rima meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia mengusap wajahnya yang nampak lelah. Memang hari ini melelahkan untuk Rima. Dari masalah di perusahaan yang sudah ia selesaikan tadi ditambah persoalan lamaran tadi. Membuatnya harus banyak mengeluarkan tenaga untuk berfikir keras.

Tapi Alhamdulillah, berkat rahmat Allah Rima daat menangani semuanya. Semua yang ia kerjakan selalu Rima dasari oleh keyakinannya pada Allah. Agar semuanya berjalan dengan lancar dan atas ridho Allah.

🍁🍁🍁

Assalamu'alaikum semuanya.
Alhamdulillah aku bisa update lagi nih. Mumpung ada waktu luang aku pikir update aja deh 😁😁

Nggak banyak-banyak deh aku bikin note nya. Ya udah terus semangat ya buat kalian. Semangat Ibadahnya, baca Al-Qur'an nya.

😘

Spoiler buat next part =>
"Tapi aku tidak bisa memberimu harapan besar sekarang. Aku cuma ingin kamu tau perasaanku. Aku tidak bisa memilikimu Rim. Maaf"

Oke see you next part guysss

Naungan CintamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang