"Have I ever told you, what can make me happy. If not, then I'll say. You are one of my greatest reasons to be happy"
🍁🍁🍁Adhya Sinta🍁🍁🍁🍁
Hari berikutnya. Rima masih mendengar bahwa Ilham masih bersifat dingin kepada para karyawan. Kemarin Rima ingin menanyakan pada Zakir karena Zakir cukup lama bertemu dengan Ilham. Tapi ia belum sempat bertemu Zakir lagi.
Rasa bersalah membayangi Rima. Ia pun berniat menemui Ilham pagi ini.
Rima sudah menemui Hans untuk menemui Ilham. Tak lama Hans pun mengatakan kalau Rima boleh menemui Ilham. Padahal Rima tidak mengatakan alasannya ingin bertemu."Assalamu'alaikum" seru Rima saat memasuki ruangan Ilham.
"Wa'alaikumsalam" sahut Ilham yang sedang duduk di kursi kebesarannya.
Rima pun menutup pintu ruangan itu. Lalu berjalan ke arah Ilham.
"Kok tumben pintunya di tutup. Biasanya di biarinin kebuka?" tanya Ilham bingung."Saya mau bicara pribadi dengan kamu" ujar Rima.
Dengan wajah datarnya Ilham menyuruh Rima duduk.
"Ilham saya minta maaf kalau kemarin saya menolak kamu. Tapi saya sudah mengatakan padamu kan apa alasan saya. Saya harap kamu mengerti. Juga saya harap sifatmu yang berubah ini bukan karena memikirkan hal itu. Soalnya dari kemarin kamu sangat berbeda dari seperti biasanya" ujar Rima serius.Ada sesuatu yang membuat Ilham tersenyum dari kata-kata Rima tadi. Tanpa sadar Ilham berfikir bahwa selama ini Rima memperhatikannya. Ada rasa senang mengetahui itu.
"Nggak kok Rim. Saya tidak mempermasalahkan itu. Belakangan ini saya hanya ada masalah saja. Ini bukan karena itu kok" ujar Ilham akhirnya tersenyum.
"Kamu nggak bohong kan?" tanya Rima memastikan. Ilham menggeleng dengan pasti.Rima menghela nafas lega.
"Kamu memperhatikanku ya sejak kemarin?" selidik Ilham.
Rima membelalak. "Apa?! Ti..tidak saya tidak memperhatikanmu" elak Rima.
Ilham menahan tawanya melihat wajah panik Rima.
"Kalo kamu nggak merhatiin saya, tau dari mana kamu sikap saya berubah belakangan ini?" tanya Ilham lagi."Itu..itu saya dengar..dari yang lain. Mereka bertanya-tanya kenapa kamu tidak membalas sapaan mereka belakangan ini. Iya itu" ujar Rima berbohong. Ia bingung harus bilang apa.
"Jadi mereka bergosip tentang saya?" tanya Ilham dengan wajah serius.Rima salah bicara. Ilham pasti salah mengartikan perkataannya. Dan sekarang Ilham malah bertanya lagi. Rima bingung. Aneh kenapa ia jadi binggung begini.
"Bukan bukan kayak gitu. Mereka nggak ngegosipin kamu kok. Mereka cuma bertanya-tanya aja. Nggak lama juga kok" ucap Rima tak jelas.Ilham tak memahami perkataan Rima. Sehingga ia mengerutkan keningnya. "Nggak lama apanya?".
"Nggak lama nanyain kamunya lah" jawab Rima dengan pasti sambil tersenyum.
"Owh" guman Ilham.
"Ya" sahut Rima singkat.Sejenak keduanya diam tak berbicara. Rima menunggu Ilham untuk kembali bertanya, sekarang ia sudah siap dengan pertanyaan Ilham. Tapi sedari tadi Ilham hanya diam sambil melihat ke laptopnya dan melihat Rima sesekali.
"Ada yang mau kamu tanyain lagi?" tanya Ilham dan Rima berbarengan. Keduanya saling menatap lalu kemudian tertawa.
"Kok bisa barengan?" tanya Ilham masih tertawa.
Rima juga tak tau kenapa bisa barengan pun menggeleng di tengah tawanya. "Nggak tau juga"."Aku kira kamu mau nanya lagi. Makanya saya nungguin kamu nanya" ucap Ilham setelah menghentikan tawanya.
Rima kembali tertawa. "Loh saya juga dari tadi nungguin kamu. Kirain kamu mau nanya lagi. Ternyata kamu juga nungguin to" ujar Rima sambil menahan tawanya."Loh kok bisa samaan. Pantes aja pada diem-dieman tadi" ujar Ilham. Rima tak menjawab hanya tersenyum.
"Kita jodoh kali ya Rim. Dari tadi samaan terus" ucap Ilham tersenyum kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Naungan Cintamu
EspiritualSpritual-Romance 🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁 Ketika tiba saatnya untuk memilih. Pilihan yang sulit harus Rima ambil. Ia harus memilih yang bisa membawanya ke jalan Allah. Namun, pilihan itu ternyata salah. Kembali ia harus menelan kekecewaan. Dan membuatnya ha...