"Untuk melepaskan hal itu aku butuh waktu. Sementara waktu aku harus mengindahkan dulu egoku. Karena jika kuturuti lagi ego itu. Maka aku akan menangisimu. Dan aku akan meminta padamu untuk kembali padaku. Karena kamulah yang pertama mengisi rasa di hatiku. Dan kamu juga yang pertama kali menggores luka di hatiku"
🍁🍁🍁Adhya Sinta🍁🍁🍁🍁
Kini satu keluarga besar itu duduk di ruang keluarga. Tangisan Rima sudah mereda. Namum isakan tanpa suara masih belum juga mereda. Bukankah itu berarti sangat menyakitkan.
Rima duduk di apit kedua orang tuanya. Kepalanya ia sandarkan di pundak Abinya. Perkataan Abi Ibnu tadi sangat menyakitkan buat Rima. Lebih menyakitkan dari luka itu.
"Abi...Abi jangan berenti pedu...".
"Shutt kamu tenangin diri kamu dulu. Baru boleh ngomong" ujar Ibnu sambil mengelus puncak kepala Rima. Rima memuruti perkataan Abinya itu sambil meminum segelas air yang ia pegang."Abi, maksud dari yang Abi bilang tadi itu apa?" tanya Luqman serius.
Abi Ibnu tersenyum bukannya menjawab.
"Abi kenapa senyum gitu?" tanya Luqman dengan dahi yang mengkerut. Begitu juga Rima dan Umi Fatimah yang binggung.
"Coba kamu tanya istrimu" ujar Abi Ibnu. Yang langsung Luqman ikuti dengan menoleh ke Syifa."Maksudnya gimana Bi?" tanya Fatimah.
"Ya ampun mas, umi. Abi itu tadi cuma pura-pura aja. Abi kayak gitu biar buat Rima cepet keluar kamar. Pasti Rima nggak mau kalo misalnya semua nggak peduliin dia kan. Nggak mungkin lah Abi kayak gitu beneran" jelas Syifa.
"Jadi tadi pura-pura doang?" tanya Rima yang menegakkan duduknya di samping Ibnu.
Abi Ibnu hanya tersenyum saja tak mengatakan apapun."Ishhh Abi!" protes Rima sambil memukul pelan lengan Ibnu.
"Ya ampun Abi. Umi udah ketakutan tau" geram Umi Fatimah disusul dengan sebuah cubitan di lengan kiri Ibnu. Yang membuat Ibnu merintih kesakitan.
"Hehe, maaf ya. Lagian Rima nggak asik main kunci kamar segala" ujar Ibnu membela diri. "Untung Syifa peka kode dari Abi""Kode apa Bi? Emang Abi ngasih kode?" tanya Luqman.
Abi Ibnu terkekeh diikuti Syifa. "Ya ampun, ni anak satu nggak peka amat. Abi nya sampe merem-merem gitu nggak peka juga".
Fatimah yang mulai bisa memahami ikut tertawa. Sementara Luqman masih berfikir keras.
"Kapan Abi merem nya?" gumannya pelan. Namun semua orang di ruangan itu bisa mendengar."Ya ampun Bang, udah jadi dokter masih nggak pekaan juga" ujar Umi Fatimah tertawa geli melihat wajah Luqman yang lucu.
"Masih kebawa emosi. Sampe Abi ngasih kode nggak peka" tambah Syifa.Ya disini Luqman tersudut. Ketidakpekaanya membuatnya jadi bahan ledekan sekarang.
"Semerdeka Abi aja lah. Pening Luqman" ujar Luqman sambil menyenderkan punggungnya ke kursi.Mereka tertawa bahagia menertawakan Luqman yang begitu polosnya. Sementara yang lain tertawa Rima hanya tersenyum kecil.
Menyadari itu Syifa pun menghentikan tawanya.
"Rima apa ada yang mau kamu sampein ke kami?" tanya Syifa yang melihat wajah Rima yang penuh dengan beban. Semua mata kini menatap Rima penasaran.Entah dari mana rasa penasaran itu muncul pada Syifa. Kenapa Syifa terlalu peka menyadari kegundahan Rima.
"Emmm, nggak mbak" elak Rima.
Umi Fatimah menghela nafas panjang. "Rima kamu mau kita peduli sama kamu. Tapi kamu nggak mau bilang apa-apa. Kenapa nak? Segitu berat kah masalahmu, sampe kamu pikir Abi, Umi, Abang, sama Mbak Syifa nggak bantu?" tanya Umi Fatimah frustasi. Mendengar itu Ibnu segera menenangkan istrinya dengan mengelus pundak.Rima menggeleng. "Bukan gitu Mi. Rima cuma nggak mau..."
"Udah dek, kita tau alasan kamu. Nggak mau kami sedih. Kami semua bakal lebih sedih kalo kamu nggak cerita ke kami. Dan tiba-tiba kamu nangis kayak tadi pake kunci pintu segala" ujar Luqman. "Apa ini tentang Irsyad?" tanya Luqman kali ini dengan nada yang lebih rendah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Naungan Cintamu
SpiritualSpritual-Romance 🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁 Ketika tiba saatnya untuk memilih. Pilihan yang sulit harus Rima ambil. Ia harus memilih yang bisa membawanya ke jalan Allah. Namun, pilihan itu ternyata salah. Kembali ia harus menelan kekecewaan. Dan membuatnya ha...