"Iya, kini aku harus berjuang sendiri. Berusaha untuk mengindahkan dirimu dari rasa cinta ini. Mungkin berat, tapi setidaknya aku akan menjauhkan hati ini darimu pencuri rasa ini"
🍁🍁🍁Adhya Sinta🍁🍁🍁🍁
Siang hari Ilham sampai di bandara kota London. Ilham telah ditunggu oleh salah satu karyawan di perusahaannya. Seorang pria berkulit gelap berkebangsaan Inggris keturunan Afrika itu menyambutnya dengan senyuman ramah.
"Selamat Datang Pak Ilham" ujar pria itu dengan ramah menggunakan bahasa inggris.
"Terimakasih" sahut Ilham balas tersenyum senang.
"Anda ingin langsung ke apartemen atau kemana dahulu Pak? Saya akan mengantar anda" ujar pria itu.
"Antar saya ke apartemen saja. Besok baru saya akan mengunjungi kantor" putus Ilham.
"Baiklah. Silakan masuk" pria itu hendak membukakan pintu mobil. Namun Ilham mencegahnya. Ia tak biasa terlalu dilayani oleh bawahannya. Ia biasa melakukan hal-hal sepele sendiri.Koper yang Ilham bawa sudah dimasukkan ke dalam mobil. Dan kini ia tengah memandangi jalanan kota London sambil memakai earphone mendengarkan murottal ayat-ayat suci Al-Qur'an dari aplikasi di ponselnya. Lantunan surah Muhammad menggema di telinga Ilham. Rasanya ia sangat damai saat ayat-ayat suci Al-Qur'an itu menusuk sampai kehatinya. Surah ini adalah salah satu surah kesukaan Ilham. Karena setiap ia mendengar atau membaca surah Muhammad. Ia akan sangat merindukan Rasulullah. Ia begitu merindukan syafa'at dari-Nya, ia selalu berdoa agar Allah bisa menemukannya dengan Rasulullah nanti. Dialah yang menjadi panutan setiap muslim. Kisah-kisahnya, sunah-sunahnya berusaha Ilham menjalankan semunya. Dengan ridho Allah, Ilham menjalani kehidupannya ini.
Sampai tak sadar Ilham jika sang supir telah berhenti sangking larut dalam merdunya suara hafidz yang melantunkan ayat-ayat suci itu.
"Pak, kita sudah sampai" ujar pria itu yang bernama Glen. Ilham tadi menanyakan namanya saat awal perjalanan.Ilham pun membuka matanya mendengar Glen berbicara padanya.
"Oh, maaf. Saya tidak sadar jika sudah sampai" ujar Ilham tersenyum malu.Glen membantu Ilham mengeluarkan koper dari dalam mobil. Kesan pertama yang Ilham dapat dari Glen adalah Glen orang yang ramah. Awal perjalan tadi Glen, tak sungkan berbincang untuk sekedar basa-basi karena mereka baru pertama kali bertemu. Glen sangat sopan berbicara dengan atasannya itu. Meskipun usia Glen sama dengan Ilham.
"Glen, kamu boleh pergi sekarang. Dan mobilnya biar aku saja yang membawa. Kamu tidak usah menjemput dan mengantarku, fokus saja dengan urusan kantor. Lagi pula kamu bukan supirku kan" ucap Ilham tersenyum.
Glen tertawa renyah. "Baik pak. Ini kunci mobilnya". Glen menyerahkan kunci mobil pada Ilham."Maaf ya, karena harus pulang dengan kendaraan umum" mohon Ilham. Sebenarnya ia ingin mengantar Glen, namun Glen tadi menolak. Dengan alasan apartementnya tidak jauh kok.
"Tidak perlu minta maaf pak. Bapak pasti lelah, bapak harus istirahat dan saya baik-baik saja pulang dengan kendaraan umum. Itu biasa untuk saya" ujar Glen. "Kalau begitu saya pamit pak".
"Iya. Thanks Glen" ujar Ilham.🍁
Ilham melenggang masuk ke dalam lobi apartement dengan menyeret kopernya. Karena gedung apartemen ini sebagian sahamnya milik perusahaan ayah Ilham. Jadinya para pekerja di sana sudah menyiapkan apartemen untuknya atas perintah ayahnya.
Ilham pun tinggal mengambil kunci di resepsionis. Lagi, Ilham menolak karyawan hotel membawakan kopernya. Ia memilih melakukan itu sendiri, lagi pula kopernya tidak terlalu berat. Ilham bukan membawa batu yang harus meminta bantuan karyawan hotel untuk membawa satu koper.
Apartemennya berada di lantai 6 membuatnya harus menunggu lift untuk sampai di sana. Earphone yang tadi sempat ia lepas saat di lobi ia pasang kembali dan kembali mendengar lantunan shalawat. akhirnya pintu lift terbuka Ilham pun segera masuk. Saat pintu lift perlahan menutup Ilham melihat seorang wanita berkerudung yang lewat sekilas dari celah pintu itu.
Ilham tertegun, refleks ia hendak menahan pintu lift namun terlambat pintu lift sudah tertutup. Ilham berdecak kesal.
"Bukankah itu dia" gumannya pelan. Ilham segera menggeleng. "Astagfirullah, mungkin itu bukan dia. Berhenti memikirkan dia Ilham. Dia bukan untukmu" ucapnya merutuki dirinya sendiri. Sampai sekarang ia masih sering teringat wanita itu. Sebenarnya ia takut berdosa karena masih mengingat dia. Tapi apalah daya hati Ilham masih lemah. Ia masih terlena dengan perasaannya sendiri.
Itulah salah satu niat Ilham ingin mengambil tugas kantor di London karena ingin menyibukkan dirinya dan pikirannya. Agar ia tak memikirkan perasaan itu dulu. Ia masih ingin sendiri. Kalau bahasa anak jaman sekarang menikmati masa jomblo.
Memang Ilham sangat menikmati itu. Ia sudah berkeinginan jika nanti di London ia akan jalan-jalan sendiri keliling Londong saat libur atau tidak ada pekerjaan di kantor. Ia ingin mendatangi masjid-masjid yang ada di London. Juga akan mendatangi para penduduk muslim yang ada di London. Ilham ingin bergabung agar ia bisa ikut kajian di sana. Dan tak ketinggalan ia ingin menonton langsung pertandingan tim sepak bola kesukaannya, Manchester United mumpung dia di Inggris.
Tapi untuk sekarang Ilham ingin istrahat dulu. Ia lelah karena penerbangan selama hampir empat belas jam itu membuat tulang Ilham rasanya kaki duduk telalu lama.
🍁🍁🍁
Assalamu'alaikum semua 😍😍
Aku balik lagi nih, gimana puasanya? Semoga lancar terus yah dan selalu lancar ibadah yang lainnya. Jangan lupa amalan-amalannya 😊Oh ya gimana nih ceritanya? Kalian masih baca kan? Masih nungguin kan?
Aku sebenarnya mau update kemaren, tapi aku masih belajar buat UTBK tadi
Maafken yah ya ya ya 🙏🙏Jadi ini aku up, baru pulang tadi padahal langsung kepikiran mau up. Karena udah agak luang sedikit pikiranku dari soal-soal yang aneh bin ajaib itu 😆😆😅
Owya jangan lupa kawan, ini udah memasuki 10 hari terakhir Ramadhan, inget malam yang istimewa menanti, jadi perbanyak baca Al-Qur'an
Wattpad baca buat hiburan aja, selingan di waktu luang okehhh 👌

KAMU SEDANG MEMBACA
Naungan Cintamu
EspiritualSpritual-Romance 🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁 Ketika tiba saatnya untuk memilih. Pilihan yang sulit harus Rima ambil. Ia harus memilih yang bisa membawanya ke jalan Allah. Namun, pilihan itu ternyata salah. Kembali ia harus menelan kekecewaan. Dan membuatnya ha...