42. Masih Sama

70 9 0
                                    

"Kira ku telah salah. Dulu saat jalanku masih menuju padamu, tak ada lagi ragu yang seselip dalam langkahku. Dan kini ternyata, hanya hembusan angin yang membawa debu itu yang mengetahui siapa sebenarnya yang kutuju"
🍁🍁🍁 Adhya Sinta 🍁🍁🍁

🍁

Dua bulan berlalu setelah kepergian Abinya. Dan libur semester kuliah Rima pun sudah tiba. Saat ini ia tengah berada di Bandung, kemarin Rima baru saja tiba dari London. Ia mengambil cuti seminggu, setelah hampir dua bulan itu ia tidak mengambil hari libur sama sekali.

Bisa dibilang dua bulan itu adalah masa terpuruk Rima. Ia memforsir diri berlebihan pada pekerjaan dan tugas kuliah. Bahkan ia sering lembur hingga pulang dari kantor pagi hari. Alasannya tak lain adalah ia masih sedih atas kepergian Abinya.

"Yeee ponakan Aunty udah gedek loh. Berani ngompol pas di gendong Aunty" ucap Rima gemas pada bayi berumur dua bulan itu. Bayi laki-laki bernama Gibran kini berada di gendongannya.

Syifa yang melihat itu hanya tertawa kecil. "Tanda kalo dia sayang sama kamu itu dek".

Rima memindahkan keponakan tertampanya itu di atas kasur di samping Syifa. "Ya kali mbak harus pake diompolin juga. Kan bisa pake senyum atau apa gitu. Aku baru aja ganti mau keluar. Huft" ujar Rima pasrah.

"Hehehe. Yang sabar ya Aunty, kan Gibran masih bayi" ucap Syifa sambil dengan hati-hati dan lembut melepas popok Gibran.
"Selalu sabar kok aku" jawab Rima. Matanya tak lepas dari gerak-gerik Syifa mengganti popok Gibran. Kadang ia berdecak kagum saat melihat betapa ahlinya Syifa mengerjakan hal-hal yang menurutnya sulit dalam mengasuh Gibran.

Syifa hanya bisa tersenyum dan berkata. "Nanti saat kamu jadi seorang ibu kamu bakal jadi serba bisa jika. Hal-hal yang kamu lihat sekarang ini susah, nanti bakal jadi mudah pas kamu udah jadi ibu. Seorang wanita akan berubah ketika ia menjadi seorang ibu. Mbak yakin".

🍁

Puncak musim salju terjadi beberapa hari belakangan ini dan diprediksi beberapa hari ke depan salju akan terus turun sampai akhir tahun ini. Bulan Desember adalah bulan-bulan dingin di London. Itu mengapa kebanyakan orang senang melakukan aktifitas di dalam rumah jika salju turun dengan intensitas tinggi.

Seperti malam ini. Tepat dua bulan setelah adiknya Zafran menikah. Banyak sekali pertanyaan yang selalu di tanyakan sanak saudaranya kepadanya.

"Ilham kapan nikah? Adeknya aja udah nikah kok kamunya belum?"

"Kapan nyusul Zafran? Ntar anakmu bingung loh manggil anaknya Zafran gimana karena umurnya lebih tua anaknya Zafran?"

"Kok belum nikah? Mau nunggu di jodohin apa?"

Kira-kira seperti itulah pertanyaan yang ditanyakan sanak saudaranya. Sebenarnya keluarga Ilham sendiri tak peduli mengenai itu. Ilham pun sering kali mengabaikan itu atau menjawab dengan candaannya.

Saat seperti itulah ia teringat Rima. Dimana perasaannya terhadap Rima masih sama. Ia masih menyimpan perasaan itu. Ia hanya meminta pada Allah jika memang perasaannya untuk Rima akan berlabuh  setidaknya biarlah tersimpan perasaan itu di dalam dirinya.

Di apartemennya, Ilham tengah menikmati cemilan sambil menonton film Hollywood yang di tayangkan di televisi. Bel apartemen berbunyi. Mengalihkan perhatian Ilham.

Naungan CintamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang