44. Selangkah

42 7 0
                                        

"Kata pun kita tak lagi bisa bertahan. Dengan mudahnya itu berbalik tak lagi sama. Menjadikan yang percaya merasa terasingkan. Jujur, kini tak bisa lagi aku memegangnya. Kalau hanya akan berakhir sama. Pergi dan terabaikan"
🍁🍁🍁Adhya Sinta🍁🍁🍁

🍁

Bagi Rima, kata maaf yang sudah berkali-kali ia dengar sebelumnya membuatnya kebal akan kenyataan yang menyakitkan. Tapi ternyata salah, justru kata maaf yang terlontar dari ucapan Irsyad semakin menyakiti Rima.

Itulah yang terjadi pada Rima. Bahkan saat ia berdiam diri di taman ini semua perkataan Irsyad terus terngiang bersamaan kenyataan pahit yang ia dengar. Sakit. Sudah pasti, hati perempuan mana yang tidak sakit. Menunggu seseorang yang selalu ia do'akan kesuksesan dan kesehatanya sejak lima tahun dalam jarak yang memisahkan. Namun berakhir seperti ini. Untuk sekarang tidak ada kata-kata yang bisa diungkapkan untuk menggambarkan perasaannya.

Kehadiran Irsyad di taman ini kembali membuat air mata Rima luruh. Ia melarikan diri untuk menenangkan diri tapi justru ini yang ia dapat.

"Rima saya mohon kamu tenangkan dirimu. Saya nggak bisa melihatmu seperti ini. Kamu tau perasaanku yang sebenarnya bukan..." ucap Irsyad terhenti.

"Stop! Perkataan mu itu...saya benci mendengar itu" nafas Rima tersenggal karena isak tangisnya. Rima muak mendengar perkataan Irsyad. Sudah cukup sampai disini untuk saat ini. Ia tidak sanggup menerima jika masih banyak kenyataan lagi yang belum terungkap.

"Niatku menghindarimu tidak akan bisa Syad, jika kamu akan bersama Nalla" ucap Rima. "Saya selalu berdoa semoga saya dijauhkan darimu. Karena saya tidak mau merasakan sakit ini terus. Tapi apa sekarang?. Aku tidak bisa menjauhi Nalla karena ada kamu. Kenapa kamu membuat hidupku sesulit ini Syad"

Irsyad tak bisa berkata lagi.

Rima terkejut ketika melihat Abangnya tiba-tiba datang dan memukul rahang Irsyad. Seakan lemah Rima tak punya kekuatan untuk melerai Luqman yang sudah kebawa emosi ke Irsyad.

Ia mendengar semua perkataan yang Luqman ucapkan kepada Irsyad, namun Rima tak peduli bahkan ucapan itu hanya masuk telinga kanan dan langsung keluar telinga kiri. Ia tak peduli lagi. Sampai ia pun memilih untuk pergi. Ia butuh tempat untuk sendiri, ia butuh waktu untuk semua ini.

Dengan tergesa-gesa ia memasuki mobil dan melajukan mobil tanpa melihat keadaan jalan sekitar. Dan hal itu pun terjadi. Semua menjadi gelap seketika setelah sebuah hantaman Rima rasakan menyentak tubuhnya.

🍁

"Assalamu'alaikum Ilham" seru seseorang.

Ilham yang sedang fokus berjalan pun menoleh. "Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Zakir" jawab Ilham tersenyum ramah.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Zakir. Mereka berjabat tangan.
"Alhamdulillah baik. Bagaimana dengamu? Ahh kau sudah lama tidak mengunjungiku ya?" ucap Ilham.

"Sorry, selagi kuliah libur. Keluargaku ingin pulang ke Turki jadi kami tinggal di sana untuk beberapa waktu" jelas Zakir.
"Wahh, menyenangkan kembali ke kampung halaman ya".

"Ya" Zakir terkekeh.

Mereka melanjutkan obrolan mereka sambil berjalan menuju taman kota di malam yang berangin ini. Taman kota adalah tujuan Ilham malam ini, kegelisahanya tak kunjung hilang sehingga ia memutuskan untuk berjalan-jalan.

"Bagaimana kabar Rima sekarang?" tanya Zakir.
Ilham menaikan alisnya dan menghela nafas. "Tiga hari yang lalu aku mendapat kabar bahwa dia baik-baik saja saat dia mengirimkan beberapa laporan padaku.Dia sedang menikmati liburannya dengan keluarganya".

Naungan CintamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang