28. Ajarkan Saya

65 13 0
                                        

"Malulah pada tempatnya. Jangan malu untuk belajar ilmu untuk mendekatkan diri dengan Allah. Malulah saat dirimu membuka aurat atau bermaksiat kepada Allah, yang justru tidak tahu malu melakukannya"
🍁🍁🍁 Naungan Cintamu 🍁🍁🍁

🍁

"Kak. Yakin lo nggak papa kalo gua nikah duluan?" tanya Zafran dengan nada yang mengejek.
"Yakin lah. Asal lo bahagia gua juga bahagia" ucap Ilham bijak. Tangannya masih setia memegangi ponselnya di dekat telinga.

"Uuuhh udah kayak lagu ye" ucap Zafran tertawa.
"Eleh emang lo udah dapet lampu ijo dari Ayah Bunda?" tanya Ilham penasaran.
"Yeee. Ngeraguin gua nih ya ceritanya. Gua semalem udah ngobrol sama Ayah Bunda. Mereka dukung kok, tapi ada syaratnya" ujar Zafran.

"Apa?".
"Kepo si lo kak" ejek Zafran sambil terkekeh.
Ilham berdecak kesal. "Masih bisa becanda!" geram Ilham yang mulai serius.
"Hehe. Peace kak. Jangan galak-galak ah" ujar Zafran yang terdengar ketakutan.

"Kata Ayah. Gua boleh nikah kalo lo ngasih izin gua duluin lo. Tapi bukan karena lo terpaksa ya kak izinin gua. Ayah sama Bunda pengennya lo dulu yang nikah. Gua juga sih pengen banget lo duluan juga. Tapi itu terserah lo. Gua nggak mau lo izinin gua tapi lo tersiksa batin ya kak" ujar Zafran.
"Intinya kalo semisal lo nggak setuju ya gua bakal nungguin lo nikah dulu".

Ilham mendengus. "Kan udah gua bilang berkali-kali. Lo mau nikah duluan ya silakan. Kalo takdir lo nikah duluan ya mau gua apain lagi. Jodoh lo dia buat apa ditunda kalo emang lo udah mampu dan yakin. Bilangin ke Ayah Bunda gih. Nggak usah mikirin masalah gua. Kalo gua udah ketemu jodoh gua, pasti nanti gua nikah. Sabar aja. Nyelow is my life" ujar Ilham sambil tersenyum.

"Iya iya. Gua tau lo orang terNyelow. Tapi lo sendiri yang harus bilang Ayah Bunda. Nanti mereka nggak percaya lagi sama gua kak" ujar Zafran melas.
Ilham tertawa. "Iya emang lo tu nggak dipercaya" ejek Ilham.

Ilham tertawa senang mendengar adiknya Zafran yang terus kesal padanya. Dari jendela ruang kerjanya, Ilham menikmati pemandangan kota London yang sibuk tiap harinya. Pohon-pohon sudah mulai habis daunnya. Pertanda musim dingin sudah mulai dekat.

🍁

Berkumpul bersama saat jam istirahat. Memang selalu dilakukan Rima dan kawan-kawan. Seperti sekarang mereka semua sedang berkumpul di meja kerja Cristina. Mereka menarik kursi masing-masing mendekat. Dan lanjut meminum minuman mereka. Rima memilih coklat panas. Pasalnya udara cukup dingin untuk minum-minuman dingin.

"Rima" panggil pria berkemeja putih. Membuat Rima menoleh, juga dengan teman-teman nya.
"Iya Mike. Ada apa?" tanya Rima tersenyum ramah.

"Ada seseorang mencarimu di lobi. Sekarang ia sedang menunggumu" ujar Mike.
Rima berpikir. Ia tidak punya janji dengan siapa pun. Dan siapa yang mencarinya sampai ke kantornya.
"Baiklah. Terima kasih Mike. Aku akan kesana" ujar Rima. Kemudian Mike pun pergi.

🍁

Rima masih bertanya-tanya siapa yang mencarinya. Rasa penasaran itu membuat Rima kesal sendiri. Itulah Rima. Ia tidak bisa penasaran pada suatu hal. Ia akan kesal jika dibuat penasaran seperti ini. Hal yang tidak pasti. Itu kata Rima.

Sesampainya di Lobi ia memperhatikan orang-orang disana. Sampai matanya terhenti pada pria tinggi yang sedang berdiri melihat brosur perusahaan yang ditempel di dinding.

"Assalamu'alaikum. Zakir" sapa Rima. Membuat Zakir tersadar Rima di dekatnya.
"Wa'alaikumsalam" sahut Zakir tersenyum.

"Sedang apa kamu di sini?" tanya Rima bingung.
"Saya ingin menemuimu. Sekarang jam makan siang bukan?" tanya Zakir.
"Iya. Tapi ada apa kamu kemari? Ada masalah dengan tugas?" tanya Rima.

Naungan CintamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang