34. Bertanya

65 10 3
                                        

"Aku ingatakan padamu, bahwa aku tidak bisa menjadi sebuah pilihan kedua yang terus menunggu. Hatiku bukanlah sebuah pilihan cadangan. Yang kamu pilih saat apa yang kamu inginkan tidak bisa kamu dapatkan. Dan nanti jika kamu pilih aku, itu pasti karena sebuah keterpaksaan"
🍁🍁🍁Adhya Sinta🍁🍁🍁

🍁

Ilham sedang di ruangannya memeriksa berkas-berkas di mejanya. Hari ini Ilham merasa sedikit kesepian, karena Glen tidak masuk kerja. Pria yang telah menjadi temannya di sini. Glen izin untuk mengambil cutinya di bulan ini. Begitu juga Rima, hari ini wanita itu tidak masuk kerja.

Tunggu. Ilham kesepian karena Glen tidak masuk kerja atau Rima?

Ilham menggelengkan kepalanya. "Ohh tidak" guman Ilham agak kesal karena pikirannya. "Kamu harus fokus Ham. Kerja kerja" ujarnya pada dirinya sendiri. Karena pekerjaan yang menumpuk membuat Ilham merelakan jam istirahatnya untuk bekerja.

Tiba-tiba telepon kantor di atas mejanya berdering. "Halo" ucap Ilham mengangkat gagang telepon itu. Telepon itu biasa digunakan Ilhan untuk menghubungi sekertarisnya, atau pun sebaliknya. Agar ia tidak repot-repot keluar ruangan jika membutuhkan bantuan Hans secepatnya.

Hans memberi tahu jika salah satu karyawannya ingin menemuinya. Setelah mengetahui nama orang itu Ilham pun menimbang-nimbang untuk memberi izin. Namun akhirnya ia pun memberikan izin untuk orang itu.

Tak lama seseorang berjilbab merah hati itu masuk.
"Assalam'alaikum" ujar wanita yang mengenakan kemeja bergaris-garis hitam putih dipadu rok panjang saat memasuki ruangan Ilham.
"Wa'alaikumsalam" jawab Ilham ramah. Ilham berdiri dari tempat duduknya dan memperhatikan wanita itu yang berjalan mendekat ke kursi di sebrang mejanya. "Silakan duduk" ucap Ilham yang diikuti oleh wanita itu.

"Apa ada hal penting yang membuatmu ingin menemuiku diluar jam kerja ini?" selidik Ilham agak binggung.
"Emm maaf pak, saya hanya ingin bertanya hal penting yang pribadi dengan anda" ujar wanita itu agak menundukan pandangannya.
"Panggil saya dengan nama saja" titah Ilham dan wanita itu pun mengangguk.
"Jadi saya ingin bertanya sama kamu, apakah kamu sudah memutuskan untuk melanjutkan perjodohan ini tau tidak? Om Hendra bilang kalau kamu belum memutuskan hal itu" ujar wanita itu menatap Ilham penuh tanya.

"Maafkan saya kalau saya terlalu lama memutuskan itu. Tapi memang saya harus mempertimbangkan banyak hal untuk itu. Ini masalah penyatuan dua keluarga, juga ini masalah penyatuan dua insan dalam satu ikatan suci. Jadi saya tidak bisa bermain-main dengan ini. Saya harap kamu mengerti" ujar Ilham.
"Tapi kamu tidak bisa membuat seseorang menunggu lama Ilham. Jika kamu memang tidak suka perjodohan ini kamu beritahu saja pada Papaku, jangan sampai kamu terpaksa dengan perjodohan ini" ujar wanita itu yang kebetulan tepat sekali. Kalau Ilham sangat tertekan dengan perjodohan ini, tapi di sisi lain Ilham tidak ingin membuat kedua orang tuanya kecewa.

"Baiklah aku akan mengatakan padamu segera apa keputusanku. Tapi aku mohon padamu, jangan terlalu berharap padaku. Berharaplah pada Allah, kita tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Semua akan berjalan lancar jika Allah menginginkan kita bersatu. Tapi jika tidak, kuharap kamu menerima dengan ikhlas" ucap Ilham mantap.
"Baiklah Ilham, tapi kenapa aku mendengar seolah-olah kamu memang tidak menginginkan perjodohan ini?" tanya wanita itu.

Ilham menghela nafas panjang. "Sejujurnya memang saya sangat kaget saat Ayah mengatakan akan menjodohkan saya. Yang mana saya sangat tidak suka di jodohkan. Tapi, bukannya saya menolak kamu. Hanya saja saya masih belum siap untuk menikah dalam waktu dekat ini" ucap Ilham.
Wanita itu menatap Ilham. "Apakah karena kamu mencintai seseorang dan menunggu orang itu?" tanya wanita itu yang langsung menusuk Ilham.

Naungan CintamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang