"Semua sudah di tetapkan. Apa yang akan terjadi jika itu diluar keinginanmu. Berarti itu yang kamu butuhkan. Sekali pun itu harus kehilangan. Mungkin Allah mau dengan kehilangan, kamu butuh belajar untuk ikhlas"
🍁🍁🍁 Adhya Sinta 🍁🍁🍁🍁
Kacau, bingung, dan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Semua terjadi hanya dalam sehari. Perkataannya pada Ilham murni karena ia tidak mau menyakiti Mila. Namun, disini semua pihak tersakiti. Desiran angin merayapi tubuhnya. Meski di dalam apartemen, udara dingin itu tetap saja bisa masuk. Tak peduli siapa yang akan kedinginan.
Air mata tanpa Rima sadari perlahan mengalir keluar jatuh di pipinya. Kshdjdj
Hingga suara bel apartemen mengagetkan Rima. Rima segera menghapus jejak air matanya. Ia yakin Agnes yang sedang keluar kini sudah pulang, ia tidak mau menunjukkan kesedihannya sekarang.
Bergegas ia membuka pintu.
Plakkkk.
Sebuah tamparan melayang di pipi Rima hingga membuat Rima sedikit terdorong kebelakang sesaat setelah ia membuka pintu."Gue nggak percaya kalo lo kayak gini Rima!" ujar Mila dengan mata merahnya yang sembab. Rima meringis merasakan nyilu di pipinya, menatap Mila terkejut.
"Kira gue, lo itu sealim pakaian lo. Tapi nyatanya nggak!!. Lo bisa-bisa nusuk gue dari belakang ya Rim!" ucap Mila dengan amarah yang membludak.
Rima menggeleng. "Istighfar Mila. Ini nggak bener, kamu nggak boleh kalut sama emosi kamu. Kita ngomongin baik-baik" Rima berusaha merengkuh pundak Mila, namun dengan keras Mila menepis tantan Rima."Bullshit. Jangan pernah sentuh gue. Karena lo itu kotor. Lo itu pembohong besar. Lo itu perebut. Lo penghancur Rima. Dari dulu lo cuma bisa ngehancurin apa yang mau gue raih. Lo itu penghalang Rima. Gue benci lo!!!!" dengan amarah Mila berteriak di depan Rima. Air matanya pun ikut mengalir.
"Astagfirullah Mila. Aku nggak ngerebut Ilham. Ini cuma salah paham. Kamu harus denger..." ucapan Rima terpotong oleh sebuah tamparan yang kembali Mila sematkan di pipi Rima.
"Gue benci liat muka lo yang sok nggak berdosa itu. Gue salah milih temen. Gue tiap hari cerita tentang Ilham ke lo. Tapi ternyata apa?! Apa?! Lo rebut dia Rim. Lo rebut dia!" ujar Mila dalam isak tangisnya penuh amarah.
"Gue benci sama lo! GUE BENCII LOO!!!" Mila mengatakan itu sebelum berbalik pergi.
Rima hanya bisa menatap Mila. Berharap amarah Mila mereda. Berkali-kali ia mengucap istighfar dalam hati. Sakit rasanya mendengar kata-kata yang dilontarkan dari temannya itu. Teriakan dan cacian Mila masih menggema di telinga Rima.
Di dalam kamar iya terduduk di lantai bersandarkan ranjang. Dadanya sesak mengingat setiap kata-kata Mila. Tangisnya pecah saat itu. Pipi kirinya terasa sangat panas karena tamparan Mila. Ia tak menyangka akan mendapatkan dan merasakan hal ini.
"Abi, Umi" isak Rima. Sampai tangisnya benar-benar tak tertahan lagi. Malam itu menjadi sangat menyakitkan untuk Rima.🍁
Bohong jika Ilham sedang baik-baik saja. Mata dan tubuhnya memang sibuk menyelesaikan banyak berkas yang harus ia selesaikan malam ini di kantor. Namun pikirannya menjelajah ke lain tempat dan topik. Bahkan Ilham harus berulang kali menghapus apa yang ia kerjakan.
Sejam berlalu seperti itu. Sampai akhirnya Ilham menyentakkan punggungnya bersandar dikursi. Ia menyesal karena sedikit lepas emosi di hadapan Rima kemarin. Namun ia juga kecewa atas apa yang Rima katakan. Keputusan tidak melanjutkan rencana perjodohan dengan Mila memang itu keputusan yang Ilham ingin ambil sejak awal. Ia menunda cukup lama hanya karena desakan dari ayahnya yang ingin Ilham kenal lebih dekat dengan Mila.

KAMU SEDANG MEMBACA
Naungan Cintamu
DuchoweSpritual-Romance 🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁 Ketika tiba saatnya untuk memilih. Pilihan yang sulit harus Rima ambil. Ia harus memilih yang bisa membawanya ke jalan Allah. Namun, pilihan itu ternyata salah. Kembali ia harus menelan kekecewaan. Dan membuatnya ha...