20. Mencoba Ikhlas

71 11 0
                                    

"Kuberitahu padamu, kalau aku belum bisa merelakanmu. Sulit memang untukku merelakan sesuatu yang begitu indah sepertimu. Jadi, tolong jangan lagi kamu muncul di hadapanku. Karena mungkin jika itu terjadi aku tidak bisa melepasmu. Lagi"
🍁🍁🍁Adhya Sinta🍁🍁🍁

🍁

Tok tok tok.
Suara ketukan pintu itu membuat seorang pria yang tengah berbaring di atas kasur itu pun merangsek bangun. Dengan kaos abu dan celana jeans yang masih belum ia ganti sejak pulang bekerja tadi malam.

Pria itu membuka pintu kamarnya.
"Eh bunda. Kenapa bun?" tanya pria itu tersenyum saat mengetahui kalau itu bundanya.
"Kamu belum mandi lagi ya?" selidik wanita berhijab coklat itu melihat sang putra yang masih mengenakan pakaian tadi pagi.

Pria itu menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hehe belum bun".
"Ya ampun Ilham! Dari kemaren kamu nggak mandi sore terus. Kenapa sih? Males mandi kamu?!" geram sang bunda menggeleng heran.
"Bukan males bun. Ilham mau mandi tapi dari kemaren sibuk terus sore di kantor. Aku mau mandi di kantor mager" jelas Ilham sambil tersenyum tak berdosa.

Bundanya pun memukul pelan lengan Ilham. "Jangan kayak gitu Ham. Nanti kebiasaan jadinya, jorok".
"Iya bun. Ini Ilham mau mandi kok".
"Ya udah sana mandi nanti shalat isya sama ayah ke mushola depan. Mandinya cepet nggak usah lama-lama, udah malem ini" ujar Bundanya Ilham itu.
"Baik bundaku" ujar Ilham tersenyum kemudian bersiap memeluk bundanya itu.

Namun bundanya lebih dulu mundur menghindar. Alhasil Ilham hanya memeluk udara di depannya.
"Males bunda kamu peluk, jorok belum mandi" ujar Bundanya sambil tertawa.
"Ihhh bunda mah nggak asik" gerutu Ilham memandangi Bundanya yang sudah pergi berjalan menuruni tangga.

🍁

"Gimana Ham besok? Udah siap semua belum?" tanya seorang pria paruh baya di samping Ilham. Yang tak lain adalah ayahnya, Hendra.
"Alhamdulillah udah yah. Tadi sore Ilham baru nyelesain yang terakhir itu, tinggal dikirim besok. Ilham udah suruh Faisal buat ngirim besok" jelas Ilham.

Hendra mengganguk paham. Ia tau sekali kalau apa yang anaknya kerjakan pasti tidak pernah setengah-setengah. Semua harus Ilham selesaikan tuntas. Termasuk dalam pekerjaan. Pemilik bisnis properti besar ini, sudah siap turun dari jabatannya sebagai pemilik dan menyerahkan pada Ilham putra sulungnya.

Namun Ilham yang baru menginjak usia dua puluh lima itu masih enggan menerima jabatan itu. Ia rasa ia masih kurang berpengalaman dalam dunia bisnis ini. Ilham yang baru menyelesaikan kuliah S-2 nya setengah tahun lalu itu masih ingin belajar dari jabatan yang ia kini tengah pegang di perusahaan ayahnya sebagai CEO.

"Terus kamu udah siapin semua untuk berangkat besok? tiket? Udah hubungi kantor di sana belom buat nyiapin ruanganmu?" tanya Hendra lagi.
"Alhamdulillah Yah, tiket udah, paspor udah, Ilham juga udah hubungin kantor disana kok. Semua beres res res" ujar Ilham tersenyum bangga.
Hendra ikut tersenyum bangga

"Semua udah siap. Pasti barang-barang yang bakal kamu bawa udah disiapin juga dong?" tanya Hendra dengan senyuman kecil.
"Udah....eh Astagfirullah!! Ilham belum packing yah" ujar Ilham tersentak kaget sendiri.
"Nah kan. Tebakan ayah bener. Pasti lupa lagi" ujar Hendra sudah tak heran lagi untuknya jika Ilham sering lupa masalah ini. Lupa berkemas koper kalo mau pergi jauh. Selalu di waktu-waktu yang sempit Ilham ingatnya.

"Ihh, kok ayah baru ngingetin sih. Aturan dari tadi. Ya udahlah Ilham duluan. Mau packing baju. Duluan Yah" ujar Ilham kemudian berlari meninggalkan ayahnya berjalan sendirian. Jarak rumah tidak jauh lagi dari mushola tempat mereka shalat isya. Jadilah Ilham lari menuju rumah dengan kesalnya pada dirinya sendiri.

"Assalamu'alaikum" seru Ilham ketika memasuki rumah.
"Wa'alaikumsalam. Loh ayah mana Ham?" tanya Bunda Risa.
"Ayah masih di jalan Bun, aku pulang duluan mau packing" ujar Ilham menghampiri Bundanya yang sedang menyiapkan makanan di meja makan untuk mencium tangan bundanya.
"Loh, kamu belum packing?!" tanya Bunda Risa tak percaya.
"Belum bun, makanya itu Ilham mau packing sekarang. Ilham ke atas ya bun" pamit Ilham kemudian pergi ke kamarnya.

Risa hanya menggeleng pasrah melihat kelakuan anaknya itu. Ia selalu tersenyum ketika ia melihat anaknya yang sekarang sudah dewasa. Risa rasa sangat cepat sekali waktu berlalu saat ia mengajari anak-anaknya itu berjalan dulu. Dan sekarang anak-anaknya sudah berjalan sendiri tanpa lagi butuh bantuan Risa untuk berjalan. Kini mereka telah menjadi siapa diri mereka.

🍁

Suasana pagi ini di bandara sudah mulai ramai di padati para calon penumpang yang akan melakukan penerbangan. Baik penerbangan domestik maupun manca negara.

Begitu juga dengan Ilham, ia diantar orang tuanya ke bandara. Dengan koper hitam besar juga tas punggung yang ia kenakan. Ilham yang hari itu memakai kemeja dan jeans tampak sumringah ingin pergi.

"Ihh, anak bunda seneng banget mau pergi. Dari dulu kalo kerja jauh dari rumah seneng ya. Nggak kasian apa bundanya kangen terus sama anak-anaknya" ujar Risa ketika Ilham memeluknya.
"Nanti Ilham bakal telpon ke rumah terus biar Bunda nggak kangen. Lagian ada Zafran bun, kan nanti tu anak pulang" ujar Ilham.
"Iya anak yang satu pulang yang satunya malah pergi" ujar Hendra.

Ilham tersenyum tak enak hati. Pasalnya memang pergi dan mengambil tugas kantor di luar negeri awalnya tidak diizinkan oleh Hendra. Karena ini sebenarnya bukan tugas Ilham melainkan tugas untuk Reza, sahabatnya.

Namun karena Ilham tak tega jika Reza yang harus mengambil tugas ini. Pasalnya sahabatnya itu baru saja menikah dan kini istrinya tengah hamil. Tugas memimpin cabang perusahaan di luar negeri ini mengharuskan Ilham tinggal di sana selama satu tahun. Jika Reza yang pergi ke sana. Berarti Reza harus meninggalkan istrinya. Makanya Ilham lah yang ambil alih.

"Ya ampun yah, cuma setahun aja loh. Kan Ilham bakal pulang juga nanti pas libur" ujar Ilham.
"Ya kamu itu seharusnya mimpin perusahaan di sini aja. Gantiin ayah" ujar Hendra menepuk pundak Ilham pelan.
"InsyaAllah yah, tapi bukan sekarang. Nanti saat Ilham udah siap. Ilham aja baru dua tahun jadi CEO. Ilham masih belum ada banyak pengalaman yah. InsyaAllah nanti abis tugas ini Ilham siap kok" ujar Ilham.
"Ya udah ayah tunggu" ujar Hendra tersenyum kemudian memeluk Ilham.

"Hati-hati nak. Jaga kesehatan disana" bisik Hendra pada anaknya.

🍁

Mengambil tempat duduk di pinggir dekat jendela. Ilham bisa melihat keindahan permukaan bumi dari atmosfer. MasyaAllah, sungguh indah ciptaan Allah.

Dari atas sini Ilham bisa melihat keindahan kota London yang kini tengah memasuki musim dingin di bulan November akhir ini. Dari ketinggian ini Ilham menerawang ke cakrawala yang membentang. Niatnya memilih mengambil tugas di London ini semoga bisa mengalihkan pikirannya. Dan membawa peribadi Ilham yang baru. Sungguh ia sangat ingin mengasingkan diri saat ini. Namun apalah daya, semua yang terjadi atas kehendak Allah.

Perasaannya sampai sekarang tak mau mengalah. Masih saja hatinya tak mau mengikhlaskan jika wanita itu bukanlah tulang rusuk yang Allah takdirkan untuknya. Bahkan setelah sebulan lamanya.

🍁🍁🍁

Assalamu'alaikum 😁😁😁😁
Gimana puasa? Lancar? Alhamdulillah kalo lancar, buat yang cwek pasti nggak lancar ya karena tamu bulanan biasanya udah dateng aja 😆

Aduhhh part ini khusus si Ilham 😍😍
Nggak bisa nahan senyum akuh buat part ini☺

Siapa nih di sini tim Ilham ???

Kalo aku sih masih setia tim Abang Ganteng Luqman 😅 (eleh pasti biar nggak ketauan endingnya Rima sama siapa 🤣🤣)

Semangat ya buat yang puasa, jangan lupa baca Al-Qur'an ya. Baca wattpad nya jangan sering-sering. Baca aja pas Naungan Cintamu update 🤣🤣🤣🤣
Hehehe becanda ✌✌✌

Naungan CintamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang