36. Sadar

69 13 7
                                    

"Jika fajar di setiap pagi saja mengetahui. Kenapa sulit untuk menyadari bahwa bintang itu masih ada di langit. Walau cahayanya tersamarkan sinar mentari. Namun harus kau ketahui, bahwa dia ada. Dan akan selalu ada. Bahkan saat kau tak menyadarinya"
🍁🍁🍁 Adhya Sinta 🍁🍁🍁

🍁

Rima termenung duduk di dekat jendela sambil menatap indahnya malam di kota London yang kini tengah turun hujan salju dalam intensitas sedang. Butiran-butiran putih kecil salju berjatuhan menabrak kaca jendela apartemen Rima. Salju itu perlahan turun ke bawah.

Tangan kanan Rima menyentuh kaca jendela itu. Ia merasakan kaca itu ikut dingin karena cuaca yang sampai -12°C. Untunglah di apartemen ini ada penghangat.

Tiba-tiba ia mengingat perasaannya pada Irsyad. Iya. Rima sangat mencintai Irsyad, sampai-sampai ia menunggu pria itu selama empat tahun dengan kepercayaan yang besar. Abangnya sudah pernah memperingatkannya, agar tidak terlalu mencintai dan berharap terlalu pada Irsyad. Namun, kata-kata Irsyad saat hari perpisahan dulu. Selalu membuat Rima percaya pada Irsyad kalau pria itu sungguh-sungguh dengan ucapannya.

Hingga sekarang ia merasakan buah dari penantiannya. Rasa sakit di hatinya. Kepercayaan Rima seketika hancur pada pria yang berprofesi sebagai tentara angkatan udara itu. Dan membuat Rima tak lagi ingin merasakan kembali cinta dalam waktu ini. Waktu yang sebenarnya Rima gunakan untuk menata kembali hatinya.

Di London ini, ia berniat menjauhkan diri dari Irsyad. Tak hanya untuk melanjutkan kuliah dan bekerja saja. Di sini Rima sering ikut komunitas muslim di London untuk terus menambah pengetahuan tentang agamanya.

Di London ia sering mengikuti kajian dari komunitas muslim di London. Yang pasti tak sebanyak di Indonesia saat menghadiri kajian. Sungguh indah saat Rima mengingat cukup banyak warga muslim di London yang tidak hanya dari Indonesia. Melainkan dari penjuru dunia. Yang tetap teguh memegang agama Islam sebagian jalan hidupnya, walaupun mereka tinggal di negara yang bebas. Masya Allah.

Kembali ke masalah hati. Untuk sekarang Rima pasrahkan semua pada Sang Pemilik Hati. Untuk rasa yang akan datang atau pun rasa yang harus ia lupakan, semua ia serahkan pada Allah. Dan ia akan mengikuti alur kisah yang telah Allah tetapkan untuknya.

Tapi kini ia sedang bingung, apakah benar jika ia merasakan hal itu untuk kedua kalinya. Tapi kenapa rasanya sungguh berbeda dari yang sebelumnya. Untuk yang saat ini, banyak keraguan dalam hati Rima yang terus berkecamuk. Kali ini ia lebih merasakan hal itu diikuti dengan keyakinannya untuk menyerahkan semuanya pada Allah.

🍁

Pagi hari tadi Rima sudah sampai di kampus dan masuk kelasnya. Seminggu belakangan ini Rima sudah meminta jadwal tetap untuk kuliah. Dan ia pun bisa membagi waktu kerja dan kuliah. Selama seminggu Rima akan kuliah dari Rabu sampai Minggu di pagi hari. Lalu untuk kerja ia sudah mengajukan shif sore ke perusahaan. Jadi ia tidak perlu takut jadwal keduanya bertabrakan.

Sudah setengah jam ini ia tengah fokus membuat sebuah laporan di meja kantor, matanya pun tak pernah lepas dari laptop di hadapannya.
Karena agak bingung ia menghentikan kegiatannya itu lalu berdiam sejenak. Ia memutar kursinya.
"Woahhh" teriak Rima terkejut dan hampir terjatuh dari kursinya. Untunglah ia bisa menahan tubuhnya.

"Astagfirullahalazim. Pak Ilham! Ngapain di situ ngagetin saya" protes Rima yang hampir jantungan.
Pria berkemeja putih dan celana hitam itu berdiri di ambang pembatas antar meja karyawan kantor. Ilham terkekeh. "Maaf maaf, nggak bermaksud ngagetin".

"Huft. Ada perlu apa pak?".

"Emm, saya mau makan malam. Kamu ikut deh" ujar Ilham.

Naungan CintamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang