7. Terimakasih Mihrima

77 14 15
                                    

"Kekecewaan adalah awal dari sesuatu yang baik. Yang telah Allah siapkan untukmu"
🍁🍁🍁Adhya Sinta 🍁🍁🍁

🍁

Tunggu siapa yang barusan Abang Luqman katakan, Ilham? Temannya Reza?. Si pendamping pengantin Reza saat menikah kemarin. Ya ampun, benarkah ini.

"Dek" panggil Luqman yang melihat Rima diam saja.

"Kenapa bang?" tanya Rima yang tersadar dari lamunannya. Angin berhembus cukup kencang membuat Rima merapatkan kedua tangannya.

"Leh kok nanya. Ya gimana kamu siap sekarang abang bawa laptopnya ke depan?" tanya Luqman. Sejenak Rima tak menjawab hanya menatap layar ponselnya yang menampakkan wajah Luqman.

"Emm, Rima mau ngomong sama Abi bentar bang" ujar Rima.

"Ya udah abang kasih ke Abi" Luqman pun beranjak keluar kamarnya. Ia menuju dapur dan menaruh laptopnya di meja makan. Kemudian ia memanggil Abinya, sesuai apa yang Rima mau.

"Assalamualaikum Abi" ujar Rima tersenyum sumringah.

"Waalaikumsalam. Jadi gimana Rim?" tanya Ibnu.

"Abi udah kasih tau mereka tentang itu?" tanya Rima. Tanpa menjelaskan Ibnu tau apa yang dimaksud Rima.

"Belum, Abi mau tau apa keputusanmu. Kamu terima apa nggak dia?" tanya Abi Ibnu serius.

Rima terdiam. Untuk pertama kalinya akan ia beritahu orang tuanya apa keputusannya. Dengan menarik nafas panjang Rim mempersiapkan dirinya.
"Bismillah Abi, Rima terima" ujar Rim dengan mantap.

Abi Ibnu dan Luqman tersenyum mendengar jawaban Rima.

🍁

Luqman dan Ibnu pun kembali ke ruang tamu dengan membawa laptop. Mereka kembali bergabung dengan Ilham, Hendra dan Umi Fatimah.

"Nak Ilham ini kita udah tersambung video call sama anak saya" jelas Ibnu.

Luqman menaruh laptopnya di ujung meja. Saat itulah untuk kedua kalinya Ilham melihat Rima. Sebuah senyum singgah di bibir Ilham. Namun ia tetap menjaga pandangnnya dengan hanya melihat sesekali layar laptop itu.

"Assalamualaikum" seru Rima di layar laptop.
"Waalaikumsalam" jawab semua yang berada di ruang tamu.

"Jadi sebelumnya, nak Mihrim. Saya adalah Hendra, ayah dari Ilham. Mungkin nak Rima tau siapa Ilham, walau tidak seberapa kenal. Dan anak saya akan mengutarakan lagi niat kami" jelas Hendra kemudian melihat ke Ilham.

Ilham pun mengangguk. "Seperti yang ayah saya bilang. Saya datang kerumah ini punya niat baik. Saya bermaksud untuk melamar anak Abi dan Umi, Mihrima Najma Humaira maukah kamu menjadi pendamping saya dalam menuju jalan Allah?" ujar Ilham dengan penuh keyakinan menatap layar yang menampakkan Rima sedang berada di sebuah restoran.

Ya ampun, Rima tercengang. Bahkan Ilham telah memanggil orangtuanya dengan Abi dan Umi. Kebingungan sebenarnya berkecamuk di benak Rima. Kejadian saat ini pasti akan terjadi. Hal itu sebenarnya sudah pernah Abinya ingatkan jauh-jauh hari.

Tapi tetap saja Rima tak terlalu berfikir itu benar akan terjadi. Dan sekarang ia harus membuat keputusan. Apa yang ia katakan ini telah ia persiapkan. Jadi Rima pun mengambil nafas dan tersenyum.

"Ilham, maaf saya tidak bisa menerima lamaranmu" ujar Rima.
Seketika Reza, Ilham, dan Hendra terkejut dalam diam mereka.

"Kenapa?" tanya Ilham tanpa sadar.

"Maaf, bukan penolakan saya ini tanpa alasan. Alasannya adalah karena sebulan yang lalu seseorang melamarku, dan aku akan menerima lamaran darinya. Maaf Ilham" ujar Rima dengan penyesalan.

Rasanya ada sesuatu yang baru saja menabrak hatinya. Jawaban itu baru saja menghancurkan hatinya. Pertama kali ia mencintai seorang wanita, namun berakhir dengan penolakan. Saat ini Ilham harus tersenyum. Agar tak terlihat oleh yang lain jika hatinya hancur.

Namun dari perkataan Rima tadi ada yang mengganjal. Sesuatu yang tidak Ilham mengerti.
"Maksudmu 'akan menerima lamarannya' itu bagaimana?" tanya Ilham.

Rima tak menjawab. Dan terdengarlah suara seorang pria.
"Sebulan yang lalu seorang pemuda melamar Mihrima. Namun saat itu Mihrima binggung menjawabnya, dan pemuda itu menyuruhnya untuk memikirkan jawabannya selama ia pergi bertugas. Pemuda itu adalah seorang pilot pesawat tempur yang kini tengah bertugas di Afganistan. Saat pemuda itu kembali Mihrima akan menerima lamaran itu. Jadi, nak Ilham kami minta maaf karena mengecewakan nak Ilham dan keluarga. Kami memang tidak memberitahu orang lain dulu tentang ini sebelum Mihrima menjawab" jelas Ibnu dengan tersenyum.

Ilham yang menyimak pun mengangguk. "Iya Abi, Abi tidak perlu minta maaf".

"Ilham mungkin memang Allah mempertemukan kita untuk saling mengenal. Dan saya yakin Allah pasti telah memilihkanmu seorang wanita yang lebih baik dari saya. Wanita yang memang dengannya kamu merasakan mencintai karena Allah. Saya akan berdoa untuk kebahagiaanmu" ujar Rima tersenyum. Senyuman yang mengingatkan Ilham tentang hari ini.

"Terimakasih Mihrima. Aku juga berharap kamu akan bahagia dengan pilihanmu. Dan semoga ridho Allah selalu bersamamu" Ilham pun tak menunjukkan senyumnya.

Ilham mampu tersenyum saat ini karena ia mengingat Allah. Ia yakin jika memang ini terjadi padanya, berarti ini yang Allah takdirkan untuknya. Ia tak boleh marah.

Ia mencintai Mihrima karena Allah. Jadi ia harus mengikhlaskan Mihrima bukan takdirnya karena Allah. Tak ada yang bisa terjadi jika Allah tidak berkehendak.

Setelah mendengar jawaban dari Rima. Ilham, Hendra dan Reza tak lama pamit pulang. Ilham pulang dengan membawa tangan kosong dari apa yang ia inginkan.

🍁🍁🍁

Hai hai 👋👋
Assalamu'alaikum semuanya. Aku balik lagi nih.
Alhamdulillah aku bisa update di malam minggu ini 😁😁.

Ada yang nungguin nggak??
Nggak ada ya nggak papa. 😁😂
Yang penting Aya(aku) update.

Kalo gitu semangat ya, nunggu kelanjutannya.

Jangan lupa shalat dan baca Al-Qur'an nya yah kawan-kawan.

See you in the next part 😆😁

Naungan CintamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang