"Oh. jadi nenek tinggal disini sendirian?" nenek Rao mengangguk sebagai jawaban.
"Kasian nenek, emang nya anak nenek berapa? terus pada kemana semua?" tanya Raina, dia sangat tertarik mendengar cerita tentang nenek Rao.
"Ada empat satu laki-laku tiga perempuan, semuanya sudah punya rumah tangga, semuanya juga tinggal di kota. jauh sama nenek" jawab nenek Rao dengan tenang, meskipun hatinya terhiris karna satu pun anaknya tidak ada yang mengingat atau menjenguknya.
"Oh. jadi nenek udah berapa lama tinggal sendirian?" tak pernah habis pertanyaan yang diajukan oleh Raina kepada wanita tua itu.
"Semenjak kakek nya Khei meninggal tiga tahun yang lalu, nenek sudah mulai tinggal sendirian sampai sekarang." Raina hampir menitiskan air mata mendengar kisah hidup sang nenek.
"Lama banget ya nek. kan kasian nenek sendiri nggak ada yang nemenin." Raina menggenggam tangan kiri nenek Rao. niat ingin menyalurkan semangat bagi wanita tua itu.
"Kenapa harus kasian? kan banyak tetangga." Ucap nya sambil tersenyum
tetangga banyak? perasaan cuman sawah yang banyak.
"Tapi jauh nek." Jawab nya tak mau kalah
"Nenek sudah biasa nak" nenek Rao terkekeh melihat tingkah lucu Raina yang keanak-anakan.
"Nanti kamu tidurnya dikamar yang depan ya, bersebelahan sama kamar nya Khei." nenek Rao menukar topik, karna harus lapor kepada pak RT kalau dia kedatangan tamu dan ingin menginap selama seminggu.
"Baik nek." Setelah itu Raina langsung keluar dari ruangan dapur dan menggapai tas nya lalu berlari anak menuju kamar yang di tunjukkan
Tapi apa yang dia dapatkan adalah sosok yang terbaring bertiarap di atas kasur tanpa baju. sekali lagi saya ulang ya. tanpa baju
"Ah! ma-maaf aku nggak sengaja!" Raina mundur beberapa langkah keluar dari kamar itu sambil menggigit jarinya. pipi nya sudah merona merah bagaikan tomat rebus.
"Siapa lo bisa sesuka hati masuk ke kamar gua?" Suara mendatar itu mengagetkan Raina yang berdiri dihadapan laki-laki itu, siapa lagi kalau bukan Fano
"Aku nggak senga.."
"Muka gue bukan di bawah." Suara dingin milik Fano membuat Raina mendongak melihat nya. hampir saja tersembur tawa Raina ketika melihat Fano yang memakai kaca mata berwarna hitam.
Memang saat ini dia terlihat tampan. tapi kenapa dia memakai kaca mata di dalam rumah?
Benar kata Ben waktu itu, bahwa Fano adalah cowok aneh.
"Aku minta maaf, soalnya tadi nenek Rao bilang kamar aku.."
"KAMAR LOH DISANA !" Bentak Fano sambil menunjuk kamar yang tidak jauh dari kedudukan mereka saat ini.
"Bisa nggak sih kalo aku lagi ngomong itu jangan di cela? kan aku juga udah minta maaf, jadi nggak usah bentak-bentak!" Tanpa sadar gadis pendek itu menitiskan bulir air mata karna api kemarahan yang tidak bisa ditahan nya. setelah itu Raina pergi meninggalkan Fano sendirian disitu.
Fano terdiam, dia masih tak menyangka bahwa gadis itu menangis karna dirinya.
"Salah gua nih?" Fano menghela nafas sambil mengacak rambut nya yang kian memanjang.
Tanpa mereka sadar, sejak tadi Verant juga berada disitu dan menyaksikan apa yang terjadi. pada awalnya dia hampir tertidur di sofa tapi saat pendengaran nya mulai hilang, tiba-tiba dia mendengar satu teriakan kecil dan itu berasal dari Raina.
Dan ketika Fano kembali ke kamar nya, Verant langsung bangkit dari sofa, niat nya mahu mencari kemana gadis pendek itu berada.
[SPECIAL WOMAN]
"Nak Verant." laki-laki itu langsung menoleh ketika mendengar namanya di panggil oleh nenek Rao.
"Iya nek, ada yang bisa Verant bantu?" Nenek Rao menggeleng.
"Tadi nenek lihat teman kamu yang perempuan itu nangis. dia kenapa?" verant berniat untuk memberitahu semuanya, tapi kalau di
pikir-pikir lebih baik jangan, nanti urusan nya makin panjang."Nggak tau juga nek, ini juga Verant baru mau nanyak." Nenek Rao tersenyum, sedangkan verant sudah meminta seribu ampun terhadap wanita tua itu.
"Nenek liat dia tadi kemana nek?"
"Tadi nenek lihat dia kesana, di pinggir sawah barangkali."
"Oh. oke nek terimakasih" Nenek Rao mengangguk sebagai jawaban.
"Anak jaman sekarang." Nenek Rao menggeleng,
"Khei! mari kesini." Panggil nenek Rao terhadap Khei yang terlihat sibuk memasang sesuatu seperti antena, dan tidak lupa juga di temani oleh Marcel.
"Iya nek, kenapa?" Tanya Khei sambil mengelapa tangan nya yang basah.
"Kamu sibuk?"
"Ah nggak ! Khei nggak sibuk." Khei menggeleng membuat nenek Rao tersenyum.
"Oh. kalau begitu, bisa bantu nenek angkat galon?" Mata Khei membulat sempurna saat mendengarnya, toh dia tidak bisa angkat yang berat-berat.
"Bisa nek, Ben sini!" dia menerima permintaan neneknya tapi dia juga butuh bantuan.
"Apaan?"
"Bantuin gue."
"Lah, ini kan udah gue bantuin Khei?" Kedua alis Ben bertautan, apa maunya ni anak?
"Bantuin angkat galon, mayat!"
Khei memutar bola mata.[TO BE CONTINUE]
SPECIAL WOMAN
KAMU SEDANG MEMBACA
Special Woman [✔️]
Teen Fiction"Kamu nggak akan tau gimana rasa nya di perlakukan seperti ratu, dan di jaga seperti permata" "Kecuali kalau kamu temenan sama cowok..- Raina Clarissa E n j o y t h e s t o r y start -05012019. end -21112020.