Dua Sembilan

65.9K 3.2K 66
                                    

"Pada setuju nggak kalo Fano jadian sama Raina?" Dengan tangan Ben yang lincah menjemur pakaian itu langsung melontarkan pertanyaan tersebut. Marcel dan Khei menoleh

"Kalo gue sih, setuju-setuju aja. tapi gue yakin seratus persen kalo Fano jadian sama Raina. kita nggak bakalan bisa deket lagi sama tu kecebong!" Khei menghela nafas, melepaskan gadis kecil itu ternyata tak semudah yang dia fikirkan.

"Bentar, kalo Fano bisa. kenapa kita nggak bisa?" verant bertanya dengan nada super polos nya.

"Lo amnesia? udah lupa waktu Fano pacaran sama si nenek sihir? nggak usah deket, liat doang.. si Fano udah kek cacing dangdutan!" Marcel berdecak sambil menyodorkan gayung yang berisi penjepit kayu kepada Khei.

"Iya sih, tapi itu kan dulu rabun! siapa tau si Alien udah berubah." Verant bergerak mundur untuk bersandar di satu tiang, tangan nya bermain dilayar ponsel nya itu, sungguh membosan kan!

"Alien mah nggak bakalan berubah ver, tetep aja kek gitu. Aneh!" Mereka semua tertawa kecuali Marcel.

"kalo si Fano tau lo pada gosipin dia.. uh! nggak tau dah, kalian masih bisa napas ato nggak!" Marcel tersenyum miring.

"Yah.. selagi lo nggak ngasitau ke dia ya kita semua masih bernapas lah.." Verant menghulurkan ponsel nya kepada Marcel.

"Fotoin gue, soalnya mau gue upload di ig besok" verant membuat banyak gaya sedangkan Marcel hanya tenang memegang ponsel tersebut sambil mengarahkan nya ke wajah verant.

"Oh iya.. besok kita udah pulang ke jakarta, kok nggak kerasa ya liburnya?" Ben menggaru kepala nya, libur yang tidak terasa akan berakhir besok.

"Nggak kek waktu dulu. pas bareng si mak lampir, sumpah! gue nggak sanggup lama-lama disini. tapi pas bareng Raina gue nggak tau, berasa kek nyaman gituh.. bener kagak?" Mereka semua mengangguk dengan pertanyaan Ben,
Memang benar waktu beberapa tahun yang lalu mereka datang kesini. sehingga Khei menangis karna tidak ada sinyal telponan maupun internet.

"Eh gue mau keluar bentar pengen nyari angin, soalnya kalo sore-sore kek gini enak buat jalan-jalan" Khei berlalu pergi dari bawah kolong dan meninggalkan mereka disitu.

"Gue doain dapet jodoh di tengah jalan Khei!" Teriak Verant, Khei menoleh kebelakang sambil mengajukan jempol nya.

"Amin !" Setelah mengamin kan doa verant. bayangan Khei pun menghilang dari pandangan mata.

"Nggak tau kenapa gue kepengen gituh liat si Khei punya pacar," Verant tersenyum. Mereka menatap geli terhadap verant

"Kepengen liat orang punya pacar.. kamu sendiri kapan punya pacar?" Raina duduk di sebelah verant, verant nyengir lalu memberi ruang untuk Raina

"Lah. gue kan udah punya" Verant menoleh menatap Raina lurus, Kedua Alis Raina bertautan.

"Siapa?" Raina cemberut,

"Raina." Verant mengacak rambut Raina, senyuman kembali menghiasi wajah mulusnya itu.

"Ehem!" Fano berdehem kuat di atas teras membuat mereka semua mendongak melihat nya.

"Lo kenapa Fan? keselek batu nangka?" Tanya Verant serius, Marcel terkekeh sambil mendongak melihat Fano laki-laki itu masih dengan wajah datar nya, bola matanya sudah berwarna hitam pekat karna dia berencana untuk keluar mencari angin sore ini.

Fano turun menghampiri mereka dengan sebelah kupingnya yang disumbat earphone berwarna putih. Sebelah tangan nya di masukkan kedalam kantong celana dan rambut messy nya yang bergerak karna terkena angin sore

t a m p a n.

"Yah! mata nya item lagi.." kata batin Raina, menurutnya Fano terlihat menakutkan saat dia memakai softlens berwarna hitam pekat.

"Lo mau kemana Fan?" Ben menaruh baskom yang tersisa air perasan baju nya di samping Verant.

"Lo mau ikut?" Nadanya sangat mendatar, Ben sudah memukul jidatnya. Ditanya malah balik nanya

"Ya gimana mau ikut. lo belom jawab entar gue ikut eh ternyata mau boker." Marcel tertawa sebelum mengangguk dan setuju dengan apa yang di katakan verant.

"Gue mau ke sana. nikmatin hari terakhir gue disini" Fano menunjuk satu rumah kecil di pinggir sawah, tempat itu terlihat indah

"Bentar, gue mau ikut" Verant memasukkan ponsel nya kedalam kantong celana. Ben pula mencari pasangan sendal nya yang ia pegang.

"Eh gue juga ikut, gimana Rai? mau ikut?" Marcel bertanya dengan sebelah alisnya dinaikkan, Raina mendongak sebelum menganggukkan kepala nya.

"Mau." Marcel tersenyum.
ni kecebong imut banget.

"Eh?! sendal gue mana?" Nada Ben mulai khawatir

"Lo pake."

"Bukan bego! sebelah lnya lagi!"

"Lo pegang anying!"

"Eh iya. kagak liat" Fano memutar bola matanya, sungguh pintar anak nya om Serrand.

"Oke. Ayok"

SPECIAL WOMAN

"Huh, capek" Akhirnya Khei sampai ke tempat yang di tuju dan sekarang dia duduk di atas pohon kayu yang melintang di depan sungai.

"Waktunya nulis cat..."

"Pergi!" Khei menoleh ketika mendengar suara cewek disekitar situ.

"Lah gue baru nyampe malah disuruh pergi?" monolog Khei.

"JANGAN GANGGU AKU!" Khei menoleh lagi. seperti ia pernah mendengar suara ini. Tapi dimana

"TOLONG!" lamunan Khei mati saat suara itu berubah serak seperti menangis

"Ah! Cobaan apa lagi ini?!" Khei bangkit dan berlari kearah dua laki-laki yang sedang menganggu seorang gadis disitu

[TO BE CONTINUE]
SPECIAL WOMAN

Special Woman [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang