"Makasih ya." Fano mengangguk lalu tersenyum tipis dan beberapa detik kemudian kepala nya miring kekanan lalu menatap Raina dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kamu kenapa?" Raina tertawa saat Fano menatap nya seperti itu, Mata Fano yang mempesona berhasil membuat Raina salah tingkah.
"Ih kamu kenapa sih liatin aku kek gituh!" Raina mencubit lengan sasa Fano saat laki-laki itu masih menatap nya seperti tadi, bahkan dia menutupi wajah nya agar Fano tida melihat kedua pipinya yang sudah memerah seperti kepiting rebus.
"Hey..." Suara serak basah nya berhasil membuka dua telapak tangan yang menutupi wajah Raina, Raina dengan beraninya membalas tatapan bak elang dari seorang Fano.
"Apa?" Alis Raina naik turun.
"I love you."
"I love you more." Raina tersenyum menang saat Fano tidak berhasil membuat nya baper.
"Raina."
"Apa lagi?"
"Aku sayang kamu dari kemarin, hari ini, besok dan seterusnya."
"Fano! ih kebiasaan deh!" Fano tertawa lepas sambil mengacak rambut Raina.
"Oke, aku pulang dulu"
"Nggak mau masuk dulu?" Fano menggeleng lalu tersenyum melihatkan lesung pipit nya.
"Nggak perlu tembem." Fano menarik pipi kiri Raina sehingga meninggalkan bekas merah disana.
"Aku nggak tembem Fan! aku tirusan! kamu nggak liat ni?" Fano menggeleng lalu mencubitnya lebih keras sehingga Raina menepis tangan raksasa nya.
"Sakit Fan!" Raina memasang wajah cemberut dan setelah itu Fano mengacak rambutnya kembali.
"Yaudah, aku pulang. dan jangan lupa mandi ya tembem"
"Fano!!!!!!!" Fano terkekeh lalu memasang helm Full-face nya dan menghidupkan injin motor ninja nya.
"Dada.. sayang" Fano mengedipkan mata nya lalu tersenyum memperlihat kan gingsul nya.
"Iya! sana pulang."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam" Raina melambaikan tangan nya saat motor ninja Fano sudah melaju meninggalkan perkarangan rumah nya.
"Dasar cowok galak! untung sayang.. kalo nggak udah aku ceburin ke laut." Raina tertawa dengan perkataan nya sendiri, mungkin kalo Fano mendengar nya pasti bibir mungilnya di tarik oleh Fano.
Keesokan harinya.
Setelah tiga jam melewati pelajaran akhirnya bel istirahat berbunyi dan semua murid berlomba untuk mengisi perutnya yang kosong, berbeda dengan Fano yang masih duduk di tempat nya sambil memandang Raina yang sedang membereskan peralatan sekolah nya, dan setelah semua murid sudah pergi dia datang menghampiri gadis nya itu dengan sebelah tangan nya dimasukkan ke saku celana nya.
"Kenapa masih duduk?" Raina menggeleng dengan wajah gelisah nya membuat Fano memiring kan kepala nya.
"Nggak ke kantin?"
"Ngg-nggak, kamu pergi aja nanti aku nyusul." Fano menarik satu kursi lalu duduk berhadapan dengan Raina.
"Kamu kenapa hmm?"
"Eh.. anu--" Alis Fano naik turun karna Raina memotong kalimat nya.
"Anu apa?"
"Rok yang Sheila kasih kemarin--.."
"Kenapa, ada masalah?" Fano menatapnya lurus
"Kependekan." Ucap Raina tanpa menatap Fano
PAK !
"KENAPA LO NGASIH ROK SEPENDEK INI KE CEWEK GUA HAH?!!"
"Maaf ak--
"DIMANA OTAK LO HAH?! DI KAKI??!!"
"Maaf kak, aku ngga sengaja dan-dan aku lupa ukuran pacar kaka." Sheila hampir menangis saat dibentak oleh Fano, Raina sudah menahan nya tapi emosi Fano kali ini tidak dapat dibendung lagi.
"Cari rok yang lain kalo lo nggak mau kehilangan pekerjaan lo!" Dengan sangat sabar nya Fano menahan emosi nya saat melihat wajah tak bersalah dari Sheila.
Untung saja Raina berhasil membujuk nya dan akhirnya Fano sudah tenang dan kembali seperti tadi.
"Duduk aja, biar dia ambilin rok yang baru buat lo." Raina hanya bisa menahan senyum nya, kenapa Fano terlalu tampan saat marah seperti ini.
Fano menarik kursi lalu duduk di samping kanan Raina. "Terus tadi pas masuk sekolah ada yang liatin?"
"Ngg--
"Ada siswa yang ganggu?"
"Buk---"
"Mereka macem-macem? Iya?"
"Astaga! penyakitnya kambuh lagi!" Raina menutup mulut Fano karna selalu memotong pembicaraan nya.
"Dengerin aku dulu.."
"Oke-oke." Fano mendekatkan lagi jarak nya agar bisa menatap wajah kekasih dengan lebih dekat.
"Tadi sama sekali nggak ada yang liat soalnya aku yang paling pertama datang ke sekolah." Fano manggut-manggut mendengar penjelasan Raina.
Raina membetulkan posisi jaket hitam yang menutupi paha nya saat ini. "Fano jaketnya aku bawa pulang aja ya, besok baru aku balikin."
Fano menoleh menatap Raina. "Kamu suka?" Raina mengangguk lalu tersenyum dengan imutnya.
"Apa nya yang bikin kamu suka?"
"Cuman wangi nya aja sih, karna disini ada bau parfum kamu jadi aku suka." Fano manggut-manggut mendengar setiap kata yang keluar dari mulut imut pacar nya itu.
"Yaudah, kalo kamu suka ya.. ambil aja." Fano mencubit pipi nya yang semakin tirus.
"Beneran nih?" Fano mengangguk sambil mengacak rambut Raina.
"Beneran tembem." Fano semakin menguatkan cubitan nya dipipi kanan Raina membuat sang pemilik meringis kesakitan.
"Sakit tau." Dan akhirnya Fano menghentikan ulah nya sebentar
"Ih ! Jangan dirusakin Fano." Fano kembali mengacak rambut Raina yang sudah berantakan dan setelag nya dia tersenyum sembari memiringkan kepala nya, menatap kekasihnya instens
"Apaan sih liatin orang kek gituh!" Fano tetap diposisi nya seperti tadi meskipun Raina memukul lengan nya.
"Kamu cantik." Dan seketika kedua pipi Raina kembali memerah karna kata-kata itu.
"Aku tunggu di lapangan." Tanpa aba-aba lagi Fano langsung meninggalkan Raina yang masih mencerna segala apa yang di katakan oleh Fano tadi.
"Maksudnya.. lapangan basket?"
[TO BE CONTINUE]
SPECIAL WOMAN
![](https://img.wattpad.com/cover/172039558-288-k998667.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Special Woman [✔️]
أدب المراهقين"Kamu nggak akan tau gimana rasa nya di perlakukan seperti ratu, dan di jaga seperti permata" "Kecuali kalau kamu temenan sama cowok..- Raina Clarissa E n j o y t h e s t o r y start -05012019. end -21112020.