Empat Satu

54.6K 2.6K 29
                                    

"ih verant imut banget masa !" Teriak Raina kegirangan saat melihat foto masa kecil verant di dalam satu album kecil berwarna biru tua yang diberikan oleh Marcel sebentar tadi.

"Marcel yang ini siapa ?" Raina bertanya kepada Marcel yang sedang  memotong buah apel hijau di samping kulkas bersama wajah nya yang serius. Dia langsung menoleh kearah foto yang di tunjukkan oleh Raina.

Kedua mata nya menyipit untuk mengesan siapa anak kecil yang dijewer kuping nya itu?

"Oh! ini mah Fano... dan seingat gue disitu dia keciduk sama ibu-ibu tetangga pas lagi mau manjat pohon mangga, dan akhirnya di jewer deh kuping nya sama tante Alexa." Raina cekikikan mendengar cerita tak berepisode itu, tapi dia berhasil di bikin penasaran.

Siapa tante Alexa?

"Tante Alex..."

"Raina...." Fano memanggil nya bersama suara khas pakboi yang tidak berguna. Raina datang menghampiri nya bersama mini album yang ada di tangan kirinya.

"Kenapa?" Fano berbaring di sofa lalu menepuk lantai dua kali, otak Raina masih memproses apa yang di maksudkan oleh pacar nya yang super horor ini.

"Duduk." Titahnya lembut sementara si gadis mungil sudah membentuk bibirnya seperti ini "O" dan mengangguk.

"Lo liat album nya disini aja." Raina menghela nafas berat.

"Aku pengen liat album nya bareng Marcel...." Wajah nya cemberut dan tak puas hati dengan apa yang di perintahkan oleh Fano.

Mata elang Fano sedang menatap Raina dengan penuh rasa kecewa saat mendengar kata-kata Raina yang hanya dia lepaskan di dalam hati, dan entah kenapa akhir-akhir ini dia sangat mudah terasa hati dan mudah kecewa terhadap Raina. walaupun hanya karna hal sepele, sebenarnya dia hanya ingin Raina menemani nya saat tidur karna dia ingin menatap wajah kekasih nya sebelum dia melihat kegelapan yang dia sendiri tidak menyukainya, ya itulah seorang Fano.

"Oke kalo lo nggak suka udah, sana pergi, nggak usah peduli sama gua." Fano langsung memutar tubuh nya dengan sebelah tangan nya sedang menutup separuh wajah nya.

Raina terdiam, bibir nya seakan tidak bisa bergerak untuk mengeluarkan perkataan kaget? itu sudah pasti karna dia tidak menyangka bahwa Fano akan seperti ini, entah Fano marah atau ngambek. karna perkataan nya sebentar tadi sangat pedas tapi tidak membentak seperti biasa nya.

"Rasd..." Raina menyimpan mini album itu diatas meja lalu menarik tangan kiri Fano dan menggenggam nya erat seperti ia takkan melepaskan nya, dia jadi serba salah.

"Rasd aku minta maaf..." Dia harus berusaha membujuk Fano dengan cara halus. karna jika dia menggunakan cara kasar hubungan mereka akan semakin memburuk. itu karna seorang Raina Clarissa sangat mengerti tentang cinta dan setiap hubungan itu ibarat seperti bunga yang tumbuh dengan subur dan wangi tapi tidak lupa juga di setiap tangkai nya memiliki duri yang sangat tajam dan beracun.

Maka dari itu berhati-hati lah dengan yang namanya

c i n t a.

"Fan.. maafin aku ya, oke aku duduk disini nemenin kamu sampe kita pulang ya?" Spontan Raina menarik tangan Fano untuk melihat keadaan laki-laki itu. Marcel langsung mengubah posisi nya, sungguh pemandangan yang paling nyesek buat para jomblo.

"Fano.." laki-laki itu masih gigih untuk tetap menutup matanya, Raina tau laki-laki itu belum tidur karna setiap kali Raina menyentuh kulitnya pasti nafas nya juga semakin berombak.

"Kamu udah tidur?" Raina mencubit pipi kiri Fano dan hasilnya bola mata dibalik kelopak mata bergerak kekanan dan kekiri.

Raina tidak suka memaksa, dia hanya mengikuti arus ini hingga ke pengakhiran nya, dan setelah wajah Fano menjadi bahan mainan jarinya. rambut panjang Fano mulai menjadi perhatian nya dan akhirnya kelima jari runcing nya bermain di situ.

tapi setelah sadar akan sesuatu Raina langsung menyentuh tubuh Fano untuk membangunkan meskipun dia hanya berpura-pura tidur.

"Fano.. bangun"

"Hei kontak lens nya dibuka dulu Fan. baru di lanjutin lagi tidurnya oke?" Setelah itu Fano membuka mata nya tapi tidak memandang Raina, dia langsung mencari tas nya yang ada dibelakang Raina.

"Nanti mata kamu rus..."

"Marcel tas gue mana?" Tidak ada respons dari Marcel membuat Fano menggaru tengkuk nya, namun Raina sedikit berkecil hati dengan ucapan Fano. cara bicaranya seolah Raina tidak ada disitu.

Apakah dia benar-benar marah?

"Buset dah ! kemana lagi tu si kampret." Maki nya dan bangkit dari duduknya ingin mencari tas nya dan mahu meninggalkan Raina.

"Ta-tas.. kamu ada disini." Bibir mungil nya bergetar bersama bola matanya yang sudah berkaca. kenapa Fano bisa berubah secepat ini? Fano tidak menoleh, malah dia pergi mencari dimana keberadaan mas rabun itu.

"Isk..isk" Fano menoleh saat mendengar isakkan halus dari Raina. dan dia datang menghampiri gadis mungil nya itu.

"Lo kenapa?" Fano sedang menahan senyum melihat kekasih nya menangis karna merasa serba salah siapa suruh bikin gue kecewa, tapi disatu sisi dia juga ikut sedih karna membuat pacar nya ini menangis, tapi begitulah

Yang penting prank yang udah gue rencanain tadi.  berhasil !

"Hei.. kenapa nangis?" Fano menarik dagu Raina membuat nya mendongak menatap Fano, alis dan hidung nya sudah memerah seperti habis di jepit pake jepitan kayu.

"Kamu marah sama aku?" Air mata nya juga ikut berjatuhan saat melontarkan pertanyaan itu. Fano tertawa kecil dan menggeleng

"Gue tadi cuman bercanda sayang.." Dan tangisan Raina meledak seperti bom. dengan secara spontan Fano langsung menariknya kedalam pelukan sambil tertawa puas.

"Fano jahat!" Wajah nya di tenggelamkan kedalam pelukan hangat dari seorang Fano, dan kedua pipi Raina sudah memerah seperti kepiting rebus karna pertama kalinya Fano memanggil nya "Sayang"

"i'm so sorry."

[TO BE CONTINUE]
SPECIAL WOMAN

Special Woman [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang