Lima Belas

84.6K 4.6K 56
                                    

Pada awalnya hanya Marcel yang bernyanyi, karna semua memilih menikmati angin yang menampar kulit wajahnya.

Cahaya matahari pada saat ini tak terlihat karna adanya mendung yang menghalangi sinaran nya.
Dan tidak di sangka pada saat itu seorang Verant menahan dirinya agar tidak ikut bernyanyi, tapi lama-kelamaan jari Marcel berbunyi membuat dia tak sanggup menahan nya lagi.

"Telah habis sudah cinta ini tak lagi tersisa tuk dunia karna telah ku habiskan sisa cintaku hanya untukmu,"

Dengan senyuman yang tak lekang dari bibir, Raina mengetuk koper milik Ben menambahkan lagi warna untuk lagu tersebut.

Khei dan Ben ikut bernyanyi, sedangkan Fano sibuk mengabadikan moment itu dengan merakamnya, adakala mata Fano mencuri melihat Raina yang mengetuk koper hingga bunyi nya masuk dengan lagu yang dinyanyikan oleh mereka,

"Allahuakbar"

"Allahuakbar..."

Suara azan berkumandang  menandakan sholat Asar telah pun tiba, mereka semua berhenti bernyanyi lalu menoleh kearah masjid yang berwarna hijau muda.

"Bang kita sholat dulu!" Mendengar teriakan Khei Gafrel langsung mencari ruang untuk parkir di hadapan mesjid tersebut. dan setelah itu mereka semua melompat turun dari mobil pick up itu, hanya Fano dan Raina saja yang belum turun.

"Bendera jepang berkibar?" Tanpa rasa malunya, Fano bertanya dengan suara mendatar.
Raina menoleh lalu menggeleng sebagai jawapan nya.

"Kalo gitu turun." Setelah melihat reaksi gadis itu Fano menghela nafas sebelum melompat turun, dia mengerti kenapa gadis ini hanya diam membisu.

"Sini gue bantu." Fano menghulurkan kedua tangan nya. siap untuk menyambut Raina dari atas. sangat jelas wajah Raina yang begitu takut, ingin saja Fano tertawa melihat tingkah gadis bertubuh pendek dan kecil itu. tapi dia tahan, takut gadis ini berkecil hati

"Nggak apa-apa?" Raina masih ragu untuk melompat turun, Fano meyakinkan Raina dengan menghadiahkan gadis itu satu senyuman tipis. sangat tipis dan hampir tak terlihat

Melihat kejadian tersebut Marcel sempat mengabadikan moment itu dimana Fano dan Raina saling berpegangan tangan.

"Khei, liat tu anaknya om Alano." Marcel menepuk pundak Khei, yang pada awalnya sibuk membuka tali sepatu nya langsung mendongak kedepan,

Khei menggeleng. sambil tersenyum sinis
"Anjir tu anak, pinter banget  nyari kesempatan."

"Bukan muhrim" tambah si Ben dengan wajahnya yang dibasahi air wudhu.

"Pada gosipin gue?" Kemunculan Fano membuat mereka sedikit kaget

"Udah tau, pake nanya." Verant masuk kedalam mesjid sambil terkekeh. dan setelah membuka sepatu Fano berjalan menuju paip air dengan wajah kesalnya.

"Kayak nya bakal ada yang mampus ni setelah sholat berjamaah." Gafrel yang melewati mereka sempat melayangkan kata-kata yang menakutkan.

Bukan nya Gafrel tidak kenal siapa itu Fano, laki-laki yang membalas kejahatan dengan cara halus. tapi dia tak pernah menyakiti sahabat nya, dan Fano akan tegas dengan sesuatu yang benar-benar serius, dan marah kepada seseorang jika orang itu benar-benar bersalah.

Dan setelah menunaikan sholat Asar berjamaah,
mereka sudah siap untuk melanjutkan perjalanan mereka, tapi saat ingin melanjutkan perjalanan tiba-tiba sepatu kiri milik Verant hilang, dan hal itu membuat mereka harus menunda sebentar perjalanan yang harus di lanjutkan.

"Kemana lagi hilang nya tu sepatu," Suara yang tadinya mengejek tiba-tiba bertukar menjadi khawatir.

"Khei, lo nggak liat sepatu gue?" Khei menggeleng. sedangkan Verant yang sudah memakai sepatu sebelah kanan nya itu mundar-mandir mencari pasangan sepatu nya di setiap sudut mesjid.

"Emang nya pas lo buka tadi lo simpen nya dimana bego?" Ya itulah celetukan hebat dari Bernanda.

"Tadi pas gue buka, gue simpen nya di sebelah sepatunya Marcel." Verant menjawab dengan penuh khawatir, udah sepatu harganya jutaan. pake hilang lagi segala kalo hilang dua-dua nya nggak masalah, lah ini cuman sebelah. kan nyiksa batin jadi nya.

"Udah. ikhlasin aja lah, soalnya gue nggak nginep, takut umi khawatir kalo pulang nya kemaleman." dengan santai nya Gafrel berkata sebegitu. sedangkan Fano hanya diam menjadi pemerhati.

"Ada bener nya juga sih bilang bang Gafrel, mendingan ikhlasin aja. soalnya perjalanan kita masih jauh mana bang Gafrel harus pulang." Tambah Khei, dia turut khawatir tapi bukan karna sepatu Verant yang hilang tapi karna sinyal yang mulai menghilang.

"Ayolah Ver!" Teriak Fano. dan akhirnya verant berjalan menuju mobil.

"Ye elu kan yang hilangin sepatu gue ngaku gak lu?!" Verant menunjuk Fano yang sedang menatap nya dingin.

"Sudah Ver.. nanti kalo udah pulang kerumah kasi tau ke papa, suruh beliin yang baru." Marcel mengusap ubun-ubun verant yang sedang sedih.

"Lu juga! lu kira gue anak kecil !" Verant menepis tangan Marcel membuat laki-laki itu tertawa

"Cepetan naik!" Gafrel menghidup kan mesin membuat mereka semua berlarian dan melompat naik keatas mobil pick up itu.

"Oke?"

"Mantap!"

Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju ke rumah nenek Rao Ramoniza.

"Sabar ya Verant." pujuk Raina sambil mengelus belakang verant yang dari tadi cemberut.

"Eh. iya sayang aku sabar kok.. lagian aku juga udah ikhlasin sepatunya," Begitu mendengar perkataan sayang langsung mata Raina membulat dan pipi nya merona merah.

"Apa liat-liat? makanya cari pacar biar nggak jomblo kayak sekarang!" Verant memarahi mereka yang sedang melotot ketika perkataan sayang ditujukan kepada Raina.

[TO BE CONTINUE]
SPECIAL WOMAN

Special Woman [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang