Dua Delapan

65.7K 3.4K 51
                                    

"Gue bosen anjir!" Khei sedikit berteriak karna hujan mulai semakinderas saat ini.

"Kita main tod aja, gimana?" ajak Raina sedangkan Gos masih berfikir

"Ayok.." Ben mengangguk ceria.

"Gue nggak ikut main" Ucap Fano yang masih fokus pada telapak tangan nya yang sudah basah akibat hujan yang deras.

"Setuju nggak kalo kita mukulin Fano secara berjamaah?!" Khei berteriak sambil mengangkat tangan kanan nya keudara dan itu membuat Fano menatap mereka sambil menelan salivanya dengan pahit. Mampus !

"Oke oke. gue ikut" Fano tersenyum hambar, bunda tolong aku.

SPECIAL WOMAN

Saat ini mereka semua diam membisu setelah Nenek Rao memarahi mereka, siapa yang tidak marah, toh orang lagi bobo cantik malah berisik.

"Lu si Ben brisik amat udah suara kek ayam sakit.. kecilin dikit napa!"

"Elu yang kek ayam pilek.. tapi lu juga ikut teriak kan ngaku lo bangkek!"

"Udah brisik.. ayo lanjut tapi jangan ada yang teriak."Ucap Marcel lalu memutar bekas saos cabe yang terbuat dari kaca itu, dan setelah sekian lama berputar akhirnya kaca itu berhenti dan penutup kaca itu menuju ke Raina dan bawah kaca itu pula menuju kearah Fano.

"Truth or dare?" Fano bertanya dengan sebelah alis nya yang diangkat, saat ini dia benar-benar tampan, dengan rambut nya yang acak-acakan dan bola matanya yang berwarna biru langit serta celana pendek berwarna hitam yang di padankan dengan tshirt adidas berwarna putih.

"Truth." Mendengar saja perkataan "truth" mereka langsung menghela nafas, dasar Raina penakut.

"Lo udah punya pacar?" Dengan lancar nya mulut Fano mengeluarkan pertanyaan tersebut, dan mereka semua berhasil dibuat terbatuk oleh pertanyaan Fano.

"Kode woi kode!" Teriak Khei menyindir Fano

"Peka woi peka!" balas Ben juga ikut menyindir Fano.

"Semoga dikacangin woi amin!" Tawa mereka pun pecah diruang tamu tapi sedetik kemudian mereka terdiam karna nenek Rao muncul dibalik pintu kamarnya.

"Mau tidur di luar?" Tanya nenek Rao membuat kelima laki-laki tampan itu merinding.

"Nggak nek." Mereka berlima tersenyum kecut. nenek Rao kembali masuk ke kamarnya dan mereka pun bernafas lega.

"Nggak punya." Raina menggeleng dengan polosnya membuat Fano tersenyum, sangat tipis dan hampir tidak terlihat, toh orang ditanya ya harus di jawablah
setuju kagak?

"Ehem!" Verant berdehem lalu menjeling Fano yang duduk di sebelah Khei, lebih tepatnya di depan Raina.

"Putar lagi!" Titah Marcel dan langsung Fano memutar botol kaca itu. dan akhirnya botol itu terhenti di depan nya dan balasan nya pula di hadapan Khei, laki-laki itu tersenyum jahat.

"Truth or dare, sayang?" Mereka semua menatap geli terhadap Khei yang seperti menggoda Fano,
ya sudah pasti Fano memilih Truth karna Khei bukanlah manusia yang waras.

"Truth." Jawabnya tenang

"Wu! Fano pengecut!" Ben mengejek dengan kedua tangan nya di angkat.

"Oke, lo suka sama Raina kan?"

d e g !

Sepert ada sesuatu yang menghentak kuat  tubuh Fano dan Raina sehingga keduanya bagai tercekik. Pertanyaan apa ini?

Semenit kemudian...

"Diem berarti suka." Dengan polosnya Khei berkata sebegitu, Raina sudah dilanda tomat rebus di pipinya, sedangkan Fano sedang menggaru sebelah alisnya, ya itulah kebiasaan nya saat malu.

"Nggak usah liatin gue kek gitulah!" Pujuk Fano dengan suaranya yang seperti.. ingin menangis?

"Udahla gue mau turun kebawah, lagian hujan nya juga udah berhenti." Khei bangkit ingin meninggalkan mereka.

"Gue juga, soalnya baju gue pada belom kering hehe.." Ben nyengir sambil menarik lengan verant untuk bangkit.

"Jangan banyak gaya ya verant ku sayang.." Ben masih tersenyum apabila verant sama sekali tidak ingin bangkit dari duduknya

"BANGUN KAMPRET! LO PIKIR GUE MAU JEMURIN PAKAIAN LOH YANG KEK SETAHUN GAK DICUCI !?" Ben mengeluarkan jurusnya, sontak verant bangkit dan tersenyum, Raina dan Marcel menutup telinganya mendengar suara Ben yang terdengar di satu ruangan.

"Udah Ben.. jangan teriak gituh. kasian nenek Rao, tidurnya nggak nyenyak." Raina berkata lembut, Fano menatap Ben cemburu.. cie udah bisa cemburu

"Awas aja lo! untung ada Rainaku sayang, hehe maafin aku ya udah marah-marah." Ben mengedipkan sebelah matanya sebelum dia keluar menuju anak tangga untuk menjemur pakaian nya yang terkena air hujan, Raina terkekeh ada-ada saja.

"Gue duluan." Marcel bangkit, sontak Raina ikut berdiri membuat Fano menatapnya heran.

"Aku ikut ya sel?" Kalau sudah memasang wajah imut seperti ini, percayalah tidak ada seorang pun yang mampu menolaknya.

"Yaudah ayok. Fan! gue pinjem pacar lo bentar ya.." Marcel mengedipkan matanya, Fano tersenyum lalu mengangguk.

"Jaga baik-baik!" Fano melotot dengan bola mata birunya dan dia sangat serius, Marcel mengangguk.

"Tunggu diluar, ada yang mau gue omongin sama Raina." Tanpa berkata sesuatu Marcel langsung keluar meninggalkan Raina yang masih bingung disitu.

Raina masih tidak sadar jika hanya dia dan Fano yang tersisa diruang tamu saat ini

"Sejak kapan gue pacaran sama Fano?" Kata batin Raina dengan alisnya yang berkerucut.

"Sejak beberapa menit yang lalu." Sontak Raina kaget dengan suara Fano, laki-laki itu tersenyum kepada Raina membuat tubuh nya terasa lemah.
Senyuman itu ikhlas, tapi apakah aku masih bisa melihatnya besok? Ataupun sebentar nanti?

"Ka-kamu bisa..." Fano menggeleng, Fano bangkit lalu berdiri tepat dihadapan Raina, bola matanya menusuk kedalam bola mata hitam Raina.
Dia sangat tinggi, sehingga Raina mendongak membalas tatapan lembutnya itu.

"Nggak! gue nggak bisa ngelakuin itu, karna yang cuman bisa gue lakuin adalah menunggu jawaban dari cewek bernama Raina Clarissa." Ucapnya penuh romantis, Raina berdebar. Tapi diwaktu yang sama dia juga bingung.

"Gimana aku mau jawab, aku aja nggak tau pertanyaan apa yang kamu kasih ke-"

"Lo mau jadi pacar gue?" Seperti terkena listrik saat mendengar pertanyaan itu, dia menatap lurus kedalam bola mata Fano, dia tidak bisa memastikan apa laki-laki ini serius atau hanya bercanda.

"Kalo lo nggak mau. gue nggak maksa" Fano mengelus ubun-ubun gadis pendek itu, sambil mengukir senyuman. jantung Raina benar-benar tidak stabil.

"Kasih aku waktu!" Setelah mengeluarkan ayat itu Raina langsung berlari meninggalkan Fano yang masih menatap nya.

"Gue tunggu."

[TO BE CONTINUE]
SPECIAL WOMAN

Special Woman [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang