"Raina, plis bangun sekarang." Khei memutar bola matanya, sejak kapan Fano seperti ini? over!
"Dia cuman pingsan bego, lebay bat elah!"
"Ini semua gara-gara lo bangsat! lo nggak usah banyak omong!" Marcel berdiri menepuk pundak Khei, karna hanya dia yang bisa mengontrol emosi dua makhluk yang bernama Khei dan Fano, ini yang kedua kalinya mereka bertengkar hanya karna cewek.
"Sabar Khei, nggak usah di tanggepin apa yang dibilang Fano. kan lo sendiri juga tau Fano kek gimana kalo lagi emosi" Khei mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan Marcel, dan setelah itu Marcel kembali ke posisi awal. pada ngarepin si Verant sama si Ben ngehalang mereka bertengkar? sampe babak belur juga mereka cuman liatin aja.
"Eh, iya ini udah masuk Asar ni, kuy lah sholat berjemaah." Verant menunjukkan layar ponselnya yang sedang mengeluarkan suara Adzan menandakan sudah masuk waktu Asar.
"Yang imam siapa?" Tanya Marcel sambil melipat sedikit hujung celananya.
"Ya, lo lah Keano Marshell! siapa lagi coba kalo bukan lo?kan cuman lo yang tau caranya." Verant mendorong kepala Marcel dan sehingga laki-laki itu hampir hilang keseimbangan tubuhnya.
"Yeh. makanya belajar... ngotak dong!" celetuk Marcel.
"Yeh lo juga ngotak! ajarin gue kampret! mentang-mentang udah tau semuanya, dasar belagu !" Verant melangkah keluar menuju paip air yang ada dibawah anak tangga, diikuti oleh Ben yang hanya diam membisu. entah kenapa sejak pulang dari tempat sungai, anak itu sama sekali tidak bicara sepatah kata pun.
"Buruan lah." Titah Ben agar Verant segera mengambil air wudhu. Verant menatapnya heran dan Marcel juga begitu.
"Lo kenapa Ben, sariawan?" Ben menggeleng lemas, ya memang itu pertanyaan yang akan di lontarkan untuk Ben jika dia hanya berdiam diri dan tiadak banyak omong, meskipun hanya beberapa jam. tapi dunia dunia ini terasa sunyi jika dia tidak bersuara.
"Terus? kok diem?"
"Gue brisik lo nggak suka! gue diem lo nggak suka juga, mau lo apa?" Ben membentak verant.
"Mau gue apa? gue mau makan sate sama buka instagram." Verant tidak berkecil hati dengan kata-kata Ben karna dia sudah biasa dengan semua ini.
"Terserah!" Ben memutar bola mata, lalu dia melangkah dan membaca doa sebelum mengambil air wudhu.
"Orang marah itu sahabat nya setan loh..." Verant memang seperti itu, suka membuat orang naik darah
"Emang lo suka temenan sama setan Ben?"
"Ver! nggak usah jadi anak kecil plis.." Marcel menegur verant yang suka mengganggu Ben ketika mood nya sedang hilang.
"Aku cuman bercanda bang Marcel.."
SPECIAL WOMAN
Kini seorang Fano si dingin sedang menatap wajah sayu dan pucat yang sedang terbaring di atas kasur, lelaki itu menggenggam tangan kecil Raina berharap gadis itu segera sadar, dia rindu senyuman manis seorang Raina dan juga ocehan tidak jelas dari gadis pendek itu. jujur dia telah jatuh cinta kepada gadis itu, bukan karna wajah nya yang hampir sama dengan pasangan nya yang dulu.
Dia mencintai Raina, karna gadis itu lebih mendahulukan perasaan orang lain dibanding perasaan nya sendiri, dan bagaimana cara gadis itu menunjukkan perhatian nya terhadap orang lain.
"Kapan bangun nya ni cewek?" Dia bertanya dengan suara serak basahnya yang mampu membuat setiap gadis tersentuh ketika mendengar nya.
"Lo bener-bener cewek yang bisa nya cuman nyusahin gue!" Lelaki itu menghela nafas, sugguh hati nya tak keruan melihat keadaan gadis itu, apa kata ibunya nanti saat dia tahu anak gadisnya sedang tidak baik-baik saja.
"Gue nggak suka liat lo kek gini!" Dalam diam gadis itu mendengar segala apa yang di ungkapkan oleh Fano, memang dia sudah sadar tapi dia tahan sebentar dia ingin mendengar apa yang dikatakan oleh Fano.
"Lo nggak capek apa merem terus? gue nggak suka liat orang yang gue sayang kek gini. gue mohon buka mata lo!"
"Plis... bangun" Hampir saja gadis itu tersenyum, tapi kedua alisnya mulai bertautan saat mendengar suara Fano yang seakan mengendur Fano nangis?
"Fano." Raina menyentuh puncak kepala Fano membuat laki-laki itu mendongak menatap nya, tidak! dia tidak menangis, ingin saja Raina menampar laki-laki itu karna Fano sedang menatap nya dengan wajah datar
"Raina lo.. nggak usah banyak gerak dulu!" Bentak nya penuh kekhawatiran, baru saja gadis itu mahu merubah posisinya, Fano terlebih dahulu menghalang nya.
"Aku pengen banget gampar muka kamu.. "
"Kenapa?" Alis Fano bertautan mendengar keiinginan Raina yang cukup mengerikan.
"Datar mulu.. senyum dikit napa." Fano tersenyum tapi dibuat-buat.
"Udah."
"Iya. tapi yang lain pada kemana?" Raina bertanya dengan alis yang diangkat.
"Nggak usah dicari." Fano menggapai semangkuk bubur di atas nakas Raina menatapnya bingung.
"Kenapa gak usah dicari?" Fano menghela nafas, sepertinya dia memang tidak bisa bersikap lembut kepada cewek.
"Disini ada gue yang nemenin lo, jadi jangan banyak nanya ni! buka mulut lo." Raina masih menatap sendok yang di penuhi bubur buatan Refano Andrian Selland.
"Kamu pengen bunu aku, Fan?" Raina bertanya dengan sedikit kasar membuat Fano menatap nya heran.
"Maksud lo?" Kedua alisnya bertautan, Raina menghela nafas
"Ini tuh kebanyakan Fano" Fano membulatkan matanya.
"Hah! serius? sorry gue nggak tau." Fano tertawa kecil sambil membuang sedikit bubur yang ada di sendok, sehingga tersisa hanya di hujung sendok nya saja. aduh dia ketawa.. sendok adek juga bang.
"Kamu buatin ini untuk aku?" Fano mengangguk, meskipun buburnya terasa enak tetap saja tidak terpengaruh dengan apa yang Raina fikirkan sekarang, darimana dia belajar bersikap lembut seperti ini?
"Fano." Panggilnya lagi, Fano hanya mendongak dengan alisnya diangkat sebelah.
"Kamu habis kesambar petir?" Sontak Fano terkekeh dengan pertanyaan Raina yang tak masuk di akal.
[TO BE CONTINUE]
SPECIAL WOMAN
KAMU SEDANG MEMBACA
Special Woman [✔️]
Fiksi Remaja"Kamu nggak akan tau gimana rasa nya di perlakukan seperti ratu, dan di jaga seperti permata" "Kecuali kalau kamu temenan sama cowok..- Raina Clarissa E n j o y t h e s t o r y start -05012019. end -21112020.