Mencari Hiburan

14.4K 754 6
                                    

Lita menangis hebat di dalam kamarnya. Ia mencengkeram pinggiran ranjangnya karena rasa nyeri di dadanya. Sungguh perkataan Ethan bagai pisau yang menusuk tepat di jantungnya. Seumur hidup Lita tidak pernah dekat dengan lelaki lain selain papanya, bisa bicara dengan Ethan saja merupakan mimpi yang jadi kenyataan.

"Ma, Lita salah apa?" lirih gadis itu.

Lita menatap ke arah cermin. Apa ia terlalu jelek untuk Ethan? Apa ia terlalu kurus? Atau malah terlalu gemuk? Kenapa Ethan malas menatap wajahnya?

Lita terisak pelan, ia mengusap wajahnya dengan kasar dan menjambaki rambutnya hingga kusut. Mungkin memang benar jika ia terlalu jelek. Selesai membasuh wajahnya, Lita mengeluarkan alat make upnya. Wajahnya ia sapu dengan BB cream untuk menyamarkan lingkaran hitam tipis di bawah matanya, lalu menutupnya dengan bedak dan eye shadow. Setelah memakai blush on dan lipstik warna peach dan pink, wajah Lita tampak lebih berseri.

Lita tersenyum. Lalu air matanya kembali menetes. Ia masih kalah cantik dari Serly.

"Mikir apa sih kamu, Lita. Mana bisa kamu secantik Serly? Ada-ada saja." Lita segera menghapus make upnya dan pergi tidur.

***

Pagi-pagi sekali Ethan sudah keluar dari rumahnya. Ia harus menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum meeting nanti siang. Sambil menggigit roti yang ia beli di perjalanan tadi, Ethan naik ke lantai dimana ruangannya berada. Wajahnya yang tampak lebih fresh tersenyum tipis saat nama Serly tertera di layar ponselnya.

"Halo sayang?" sapa Ethan.

"Hai, Sayang... Kamu dimana?" tanya Serly di seberang sana.

"Aku di kantor. Kamu sedang apa?" Ethan membuka pintu ruangannya dan meletakkan tasnya di atas meja.

"Aku sedang bersiap-siap, harus siaran jam 8 nanti." kata Serly.

"Hati-hati, cuacanya sedang buruk akhir-akhir ini." kata Ethan menasehati. Serly tertawa. Ethannya selalu saja berlebihan padanya.

"Aku tahu Ethan, aku bukan anak kecil lagi. Kau jangan lupa makan siang nanti, kalau sempat aku akan ke kantormu. Okay." Ethan tersenyum walau ia tahu Serly tidak dapat melihatnya.

"Iya, kamu juga. Jangan lupa makan siang dan istirahat. Aku tidak ingin kamu sakit, Baby..." ujar Ethan lembut.

"Uuh, aku jadi rindu padamu. Bye, Ethan sayang..."

"Bye, Serly sayang..." Serly menutup panggilan teleponnya.

Ethan memeriksa laporan demi laporan dari berbagai divisi. Nanti ia harus mempresentasikan laporannya di meeting siang nanti. Masalah Lita sudah cukup membuat emosinya naik turun. Kenapa Lita harus masuk ke dalam kamarnya? Jelas malam itu ia duluan yang masuk ke dalam kamar dan Lita pasti mengetahuinya. Jadi gadis itu pasti sengaja. Kenapa Lita tega menghancurkan pernikahannya. Ia pikir Lita adalah gadis lugu yang baik.

Ethan menggelengkan kepalanya. Lalu melanjutkan pekerjaannya dan mencoba melupakan masalahnya.

"Than, kok sudah masuk kerja?" Henri masuk ke dalam ruangan Ethan dengan membawa laporan dari divisinya. Henri adalah salah satu teman baik Ethan, ia menjabat sebagai manager dari divisi pemasaran.

"Memang kenapa harus tidak masuk?" tanya Ethan balik.

"Kau baru menikah, Than. Jika kau lupa itu terjadi malam minggu kemarin." kata Henri.

"Menikah? Itu bukan pernikahan jika bersama wanita selain Serly." kata Ethan cuek.

Henri menggeleng pelan, "bagaimana bisa Lita tetanggamu itu tidur denganmu?"

All My Fault✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang