Bimbang dan Kerinduan

13.8K 614 6
                                    

"Udah siap belum?" tanya Ethan dari luar kamar Lita. Lita yang masih repot memasukkan semua barang yang hendak ia bawa hanya mendengus sebal tanpa membalas pertanyaan Ethan. Lita masih bingung mencari dimana ia menaruh topi warna pinknya.

"Nyari apa sih?" Ethan melongokkan kepalanya, melihat kelakuan Lita yang sibuk sendiri.

"Topi aku ilang." Lita membuka semua lemari dan kardusnya, "yang kemarin beli di mall."

Ethan mengerutkan dahinya. Mana ia tahu, ia hanya membayarnya saja kan kemarin.

"Udah ngga usah pake topi. Ayok, udah ditunggu mama sama papa." Ethan mengambil tas Lita yang berat luar biasa keluar dari kamar Lita.

"Ih tapi aku pengen pake topi, nanti foto-foto juga." Ethan menghela napas. Lelah dia menghadapi sifat kekanakan Lita.

"Ayo kita berangkat." Ethan langsung menarik tangan Lita. Meski istrinya menggerutu, Ethan memilih menulikan telinganya dan segera memasukkan barang-barang Lita ke dalam mobil. Di luar, sudah ada mama Dina yang sedang menata perlengkapan piknik dengan bi Irah.

"Lita kamu bawa apa aja?"

"Baju, ma."

"Buat apa aja kok banyak banget?"

"Lita pengen renang." Ethan yang sedang memasukkan barang langsung menghentikan aktivitasnya.

"Ma, mending ngga usah kemana-mana deh. Dia makin aneh-aneh aja ntar." Sang mama tertawa mendengar kata-kata putranya itu. Baru kali ini Ethan secerewet ini. Biasanya Ethan itu cuek dan ceria, dulu sebelum bertemu dengan Serly. Tapi sekarang Ethan senang sekali merajuk dan protes pada mamanya. Kadang Ethan akan pulang ke rumah untuk sekadar curhat ke Dina karena kelakuan Lita yang semakin susah dikendalikan.

Sang mama mungkin hanya akan mengatakan kalau itu bawaan kehamilan. Kata Arumi, mamanya Lita, Lita itu anaknya anteng dan manis, jadi nanti kalau sudah lahiran Lita pasti kembali seperti semula. Ethan yang awalnya percaya dengan kata-kata mamanya lama kelamaan menjadi sangsi juga. Pasalnya kalau menilik kejadian kemarin di rumah sakit saja sudah membuat Ethan yakin kalau sifat asli Lita memang pecicilan.

"Eh, apasih? Ngga bisa ya. Aku udah beli baju renang."

"Mana bisa, airnya dingin. Ntar kamu tenggelam."

"Engga, aku bisa renang."

"Mana ada? Mama kamu bilang kamu ngga bisa renang."

"Ya kan aku cuma mau nyemplung doang."

"Ethan, Lita... Udah ributnya. Ntar danaunya keburu tutup." Interupsi dari sang papa membuat keduanya diam. Tapi Lita dan Ethan masih saling tatap dengan tatapan sengit. Padahal Lita sudah beli baju renang yang bagus. Soalnya kata mama Dina nanti akan piknik di pinggir danau. Letaknya jauh. Butuh waktu dua hingga 3 jam perjalanan.  Baru juga jalan beberapa menit Lita sudah ketiduran.

"Gampang banget sih molornya." gerutuan Ethan membuat papa, mama, dan bi Irah tersenyum.

"Namanya juga lagi hamil," kata sang mama.

"Serly dulu engga." Seketika atmosfer dalam mobil menjadi keruh karena baik mama maupun papa Ethan masih enggan membicarakan Serly.

"Cukup Ethan, ngga usah ngomongin Serly." kata mamanya.

Ethan menipiskan bibirnya.

"Bi, Bastian biar saya gendong." Mama Dina mengambil alis Bastian dari bi Irah.

Perjalanan ke danau hampir sunyi jika saja Ethan tidak menyalakan musik. Tapi kadang kala Lita akan terbangun tiba-tiba dan mematikan musik dengan sesuka hatinya. Ethan hanya bisa menatap Lita dengan tatapan tajam. Tapi Lita malah sudah tidur lagi. Kata dokter memang wajar kalau Lita suka tidur, hormon dan bawaan kehamilan memang kadang seperti itu.

All My Fault✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang