(Bumil Random) Pusing deui mau ngetik naon

16.5K 699 24
                                    

MO CURHAT DULU. BINGUNG DAH GW MAU NGETIK APAAN. LAGI SEPI INSPIRATION GAES.

TAPI BERUHUBUNG DAH KEPALANG TANGGUNG YE KAN, GPP DAH INI BACA AJA UPLOAD AN HARI INI.

JIKALAU MANEH SADAYANA KURANG SUKA YA MAAPKEUN, ๏╭╮๏

SELAMAT MEMBACA YAH, JANGAN LUPA KOMEN DAN VOTE.

CAPSLOCK JEBOL HAHA.

...***...

Hari Minggu yang cerah, Lita bangun pagi sekali. Tiba-tiba mengejutkan bi Irah di dapur. Dia ingin ikut masak. Lita sengaja membeli beberapa bahan untuk membuat capcay dengan seafood karena dia dangat suka seafood.

"Ealah nyah. Biar bibi aja yang masak. Nyonya mau bibi buatkan apa?"

"Ngga bi. Lita pengen ikutan masak."

Masalahnya Lita sedang hamil dan kata Ethan, entah kapan dia bilang, Lita tidak boleh melakukan hal-hal berat.

"Nanti tuan marah loh."

Lita langsung tertawa. Ethan yang baru saja sampai di dekat kulkas menghentikan langkahnya.

"Gini ya bi, Ethan nggak mungkin marah. Orang dia aja ngga peduli Lita mau jungkir balik, salto, kayang, akrobat, naik tower sekalipun. Dia baik akhir-akhir ini cuma karena Lita lagi hamil anak dia." Bi Irah menatap sendu ke arah tuannya yang tampak membeku setelah mendengar perkataan Lita, "bi, Lita pengen mandiri juga. Biar nanti kalau bayi ini lahir dan Ethan mau ceraikan Lita, Lita nggak nyusahin mama." Bi Irah nampak pucat, ia menggeleng ke arah Lita.

"Nyah, jangan bilang begitu. Tuan nggak akan ceraikan nyonya."

"Ethan benci sama aku, bi." Lita memilin-milin bajunya, "aku nggak paham kenapa bisa begitu. Tapi ya sudahlah... Aku nggak bisa berbuat apa-apa soal perasaan orang." Setelah mendengar semua itu, Ethan berbalik keluar dari dapur. Duh, kalau begini bi Irah hanya bisa berharap semoga apa yang Lita katakan tadi tidak benar.

Bi Irah hanya bisa menatap Lita yang sedang asyik mengolah bahan masakan dan sesekali mengingatkan Lita agar wanita itu hati-hati. Sebenarnya Lita hanya ingin mengalihkan perhatiannya saja. Kalau hanya diam di kamar dia akan ingat semua kejadian buruk yang menimpanya selama ini. Jujur saja, berada di dekat Ethan masih terasa menakutkan, tapi Lita tak ingin terus-terusan dikendalikan oleh rasa takutnya. Ia ingin berubah menjadi lebih tegar dan kuat lagi.

"Nah, sudah siap. Bi tolong bawakan ke meja makan ya."

"Iya, nyah. Nyah, maaf ya... Saran bibi, coba nyonya sabar sebentar lagi ya... Nyonya beri kesempatan pada tuan."

Lita hanya tersenyum. Tidak tahu harus mengatakan apa juga. Yang jelas hatinya masih berat. Ya setegar dan setabah apapun seseorang, kalau diperlakukan seperti Ethan memperlakukan Lita,  pasti juga sulit melupakan.

Malam ini agenda Lita adalah galau dan merenung seorang diri. Bukannya makan malam, ia malah duduk di kursi malas di tepi kolam dan menatap taburan bintang di langit. Lita mendadak rindu papanya. Papa yang selalu memberinya semangat dan motivasi, bahkan saat mamanya marah padanya sekalipun papanya akan selalu tersenyum dan mendukung Lita. Sebagai anak dia bisa apa? Dia belum sempat melakukan sesuatu hal yang dapat membanggakan papanya.

"Yang terakhir Lita lakukan saat papa masih ada adalah membuat papa malu. Papa pasti kecewa punya anak seperti Lita kan? Papa pasti malu kan?" Lita mengerucutkan bibirnya untuk menahan tangisnya. Ia lantas duduk tegak.

"Pa, harusnya waktu itu papa marahin Lita kayak mama. Yah, Lita anak yang nggak bener. Itu bukan salah mama sama papa." Mau tak mau air matanya turun juga.

All My Fault✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang